happy reading~
Semakin mengejar dunia,
dunia malah semakin berbalik meninggalkanmuDani harus kembali ke rumah sakit. Walaupun keluarga kecil itu sudah berkumpul dan biaya seluruhnya sudah Dani selesaikan bukan berarti Dani melepaskan tangan begitu saja.
"Mas mau balik ke rumah sakit?"
"Iya, nggak mungkin lepas gitu aja. Mas juga harus tanggung uang makan mereka." Tari mengangkat kedua jempol tangannya untuk abangnya.
"Buagus! Selepas Isya nanti jemput Tari lagi ya. Tari juga mau ketemu sambil cerita bareng Ibu. Bosan juga di kos-kosan melulu."
"Uang bensin mas nggak murah loh." canda Dani.
"Puft! Mas kan udah kerja! Pelit banget sih sama adiknya." Dani tergelak saat-saat begini saja baru lah Tari akan manja.
"Tari, mas mau tanya sesuatu sama kamu."
"Hm ya tinggal tanya lah. Apa susahnya sih Mas."
"Randy itu siapa?" Tari terdiam, lidahnya terasa kelu untuk menjelaskan siapa Randy itu.
"Bukan siapa-siapa kok Mas." Dani mengangguk-nganggukkan kepalanya.
"Kamu nggak bisa bohong sama Mas. Mas kenal kamu sejak kamu dalam kandungan Ibu loh." Tari memutar bola matanya malas. Dani ini kalau sudah penasaran tidak akan kira-kira. Sama seperti dirinya kalau sudah penasaran dengan soal-soal yang belum Tari dapatkan jawabannya. Kepo luar biasa.
"Randy itu senior Tari. Dulu kami temenan, sahabatan lah cuma sekarang udah nggak lagi."
"Kenapa? Kalian ada masalah?"
Nggak ada Mas. Tari yang ngejauhin Kak Randy. Selain malu sama dia, Tari juga membatasi berbaur dengan laki-laki yang bukan mahram.
Tapi itu hanya bisa Tari katakan dalam hatinya. Jika Tari mengatakan langsung pada Dani akan susah nantinya. Beribu pertanyaan akan Dani ajukan.
"Tapi Mas tau darimana tentang Kak Randy?" Tari mencoba mengalihkan topik pertanyaan Dani. Semoga saja Dani tidak bertanya hal yang aneh-aneh setelah ini.
"Ibu yang cerita. Randy itu pernah datang ke rumah sakit waktu kamu dirawat." Tari kembali terdiam.
"Kamu nggak naksir sama dia kan?"
Naksir? Satu kata itu sulit untuk Tari defenisikan. Tari tidak pernah tahu akan perasaannya. Dia memang pintar di bidang pelajaran tapi tidak untuk perasaannya. Namun, Randy lah yang menjadi alasan Tari untuk berkuliah satu kampus dengan laki-laki itu. Apakah itu yang disebut naksir? Atau bahkan lebih?
"Hm. Oke deh. Mas udah tau jawabannya." Dani mengetuk-ngetuk kemudinya. Adiknya ini tak dapat menyembunyikan semuanya dari Dani. Sudah Dani bilang kan, Dani mengenal Tari sejak dalam kandungan Ibu mereka.
"Apa emangnya?"
"Keliatan jelas kamu suka sama dia mungkin lebih."
"Ih Mas tuh sok tau!"
Dani mengangkat kedua bahunya tidak acuh pada Tari yang protes."Mas nggak ngelarang kamu suka sama laki-laki. Itu wajar tapi mas perlu tau dia laki-laki yang bagaimana. Serius nggak dia sama kamu." Tari sungguh malas membahas ini semua. Bagaimana pula Randy yang serius padanya. Randy itu sama sekali tidak menyukai Tari. Itu yang dapat Tari simpulkan selama ini. Lagian laki-laki itu tidak pernah menampakkan batang hidungnya lagi. Sudah sangat jelas kan?
"Mas."
"Hm?"
"Mas nggak balik?"
"Kamu ngusir mas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Waktu
General FictionCerita mainstream. Semuanya akan indah pada waktunya.