4. Kondangan

5.4K 268 6
                                    

Happy reading~

.

.

Ternyata sesuai dugaan Randy, acara pernikahan temannya diadakan cukup meriah. Randy sebenarnya tidak begitu menyukai keramaian itu lah yang menjadi alasan Randy tidak berniat untuk datang ke acara teman sekolahnya –Zahra. Hanya saja Zahra adalah orang yang paling bermulut pedas jika sudah marah dan Randy tidak mau menjadi korban mulut pedas Zahra. Demi keselamatan Randy lebih memilih datang daripada kena sembur oleh Zahra.

"Acaranya lumayan juga, Kak." Perempuan yang sedari tadi berada di sebelah Randy akhirnya bersuara. Tari sibuk melihat dekorasi pernikahan teman Randy yang simple namun mewah apalagi bernuansa putih dipadu dengan cream.

"Biasa aja menurut gua. Kenapa? Lo mau dibuatin begini?" Randy melirik Tari dengan senyum yang mengejek.

"Yah, kalau nanti gue nikah. Gue mau dekorasinya begini aja. Simple juga, jadi nggak terlalu rempong harus paduin warna-warna lain." Dengan semangat Tari mengatakannya.

Ya udah sama gua aja.

Randy menggeleng-gelengkan kepalanya. Membuang pikiran absurd yang baru saja terlintas di dalam pikirannya.

"Memangnya ada yang mau sama elo? Lo kan jomblo, jadi jangan kebanyakan halu deh." Tari mendengus mendengarnya. Lihat saja nanti, Tari akan mencari sosok laki-laki yang benar-benar menyukainya dan membuktikannya pada Randy bahwa perkataan laki-laki itu salah.

Sedangkan di dalam hati Randy bersorak bahagia. Bagaimana bisa, Tari dekat dengan laki-laki? Randy tahu jika Tari ini tidak pernah berpacaran sekali pun. Tari selalu menolak laki-laki yang menyatakan perasaan mereka pada Tari karena alasan Tari lebih memilih untuk fokus pada pendidikannya daripada berpacaran.

Ternyata bukan hanya Randy saja yang datang. Beberapa orang yang Randy kenal juga datang ke acara pernikahan Zahra. Randy sangat mengenal teman-temannya itu saat di sekolah dulu hanya saja Randy tidak begitu dekat dengan mereka karena alasan tertentu.

"Gue belum tahu, nama yang nikah siapa? Nanti waktu ngucapin selamat, malu dong gue salah nyebut nama."

"Namanya Zahra." Tari mengangguk-ngangguk.

"Cewek, ya. Gue sih udah jamin. Cewek mana sih yang nggak kenal sama lu."

"Namanya juga gua ganteng pasti lah terkenal di kalangan cewek-cewek. Lo cemburu?" Kalau saja mereka berdua tidak berada di sebuah acara pesta, Tari pasti sudah menjambak rambut Randy sampai gundul! Kenapa bisa Tari memiliki sahabat yang kelewat narsis seperti Randy ini?!

Cemburu katanya? Cemburu? Nggak woy! Nggak salah lagi!

Seorang laki-laki tiba-tiba saja menepuk bahu Randy. Saat Randy melihat wajah laki-laki tersebut rasanya Randy ingin mengutuk laki-laki itu dalam hati Randy tapi sebisa mungkin Randy mengontrol ekspresi wajahnya. Tidak menyukai seseorang mungkin adalah hak seseorang namun jangan pernah kembangkan rasa tidak suka itu karena kita tidak pernah tahu orang yang tidak kita suka itu malah menolong kita suatu hari. Randy mencoba bersikap santai saja. Bisa saja laki-laki ini sudah berubah karena waktu.

"Lu Randy, kan?"

"Iya, gua Randy. Lo Angga, kan?" Tari yang duduk di sebelah Randy masih fokus pada dekorasi pesta. Tari tidak begitu peduli dengan Randy bersama dengan kenalannya itu. Tari tahu diri jika dirinya disini hanya lah orang asing.

"Syukur dah lu masih kenal sama gue! Gue kira lu lupa sama gue, Sob! Ngomong-ngomong lu sekarang kuliah dimana? Semenjak kita udah tamat sekolah susah banget ngekontak elu." Randy hanya tertawa. Sebenarnya Randy tidak bermaksud sombong pada teman-temannya buktinya Randy masih menyapa Zahra. Randy sudah menebak jika laki-laki ini lah yang memang memutuskan kontak dengan Randy bukannya berprasangka buruk pada Angga tapi Randy tahu kelakuan Angga. Randy tak ingin mengatakannya. Biarkan saja, pikir Randy.

Detak Waktu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang