Happy reading.
Allah akan memberikan apa yang dibutuhkan hamba-Nya bukan apa yang diinginkan hamba-Nya dan sepertinya kamu adalah orang yang aku butuhkan
-Lestari Indrian-
Kepulan asap memenuhi ruang TV, Tari bersama secangkir tehnya menatap televisi yang menayangkan program berita. Bukannya terfokus pada TV, Tari malah fokus pada pikirannya.
"Adek." sebuah tangan menyadarkan Tari dan ternyata tangan itu adalah tangan ibunya.
"Ngelamun aja. Matanya aja yang ke TV tapi pikirannya kemana-mana." Ibu Tari ikut serta duduk disamping putrinya.
"Kalau kamu ragu, kamu nggak harus terima kok."
Tari menggeleng, ini sudah keputusannya. Yang dia pikirkan, apakah pilihannya itu sudah pas? Semua memang sudah Ayahnya ceritakan, bagaimana pandangan Ayahnya tentang Randy.
Tari dapat simpulkan kalau Randy yang sekarang sangat berbeda dengan Randy yang dulu.
"Ayah menilai Randy cukup baik buat kamu. Bisa jadi imam yang baik juga, ayah mengajaknya shalat berjamaah di mesjid dan dia jadi imamnya. Ayah pikir dia bakal tergagap tapi diluar ekspektasi ayah, dia sepertinya sudah biasa menjadi imam di mesjid. Dari semua penilaian yang ayah tangkap hanya itu yang menjadi point utama untuk ayah."
"Tapi Ayah, aku kenal Kak Randy gimana. Aku cuma takut dia itu hanya janji aja, Yah."
"Dia udah cerita ke ayah semuanya. Kamu ga percaya dia karna dia seorang playboy kan?" Tari mengangguk mengiyakan.
"Image lama memang nggak akan pernah hilang dari pandangan orang tapi dari waktu ke waktu nggak mungkin nggak ada perubahan dari dirinya, dek. Laki-laki mana yang rela jauh-jauh kesini untuk menyampaikan keseriusannya ke kamu dan menceritakan masa lalunya ke ayah. Jika kamu masih tetap nggak percaya, kamu bisa shalat istikharah meminta petunjuk Allah."
Ibu Tari mengelus rambut putrinya.
"Jangan dibawa stres. Serahin semuanya sama Allah. Keraguan itu datangnya dari setan.""Ibu. Misalnya gimana kalau Tari memilih langsung menikah aja?"
"Ngebet banget, dek?" Ibu Tari tersenyum mengejek.
"Ibu!" rengek Tari pada Ibunya.
"Itu gimana keputusan kalian berdua terutama Randy nya. Kamu yakin kan?"
"Insya Allah, Tari yakin Bu."
Karena jawaban atas istikharah-ku adalah Kak Randy.
***
Randy menatap tak percaya. Matanya mengedip berkali-kali.
Mas Dani :
Ini soal ta'aruf, Tari udah ngasih jawabannya buat lu.Randy :
Iya, Mas?Randy berusaha menenangkan dirinya. Mencoba menerima penolakan jikalau dirinya memang ditolak.
Mas Dani :
Dia nggak mau ta'aruf.Bahu Randy merosot seketika saat membaca satu kalimat dengan diakhiri titik oleh Dani. Randy meletakkan kembali ponselnya ke atas nakas. Tubuhnya dia baringkan diatas kasur, tidak peduli dengan suara notifikasi ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Waktu
General FictionCerita mainstream. Semuanya akan indah pada waktunya.