7. Perubahan

4K 224 0
                                    

Happy reading~
.
.

Masih terselip rasa takut di dalam diri Tari. Beberapa kali Tari melihat kiri dan kanan takut-takut Rino mendatanginya kembali. Tari menghembuskan napasnya dengan kasar. Kenapa pula dirinya malah merasa paranoid seperti ini? Ah pakaian ini. Jujur Tari belum terbiasa dengan kerudung yang menutupi kepalanya. Memang perubahan itu membutuhkan proses namun rasa nyaman merasa terlindungi juga Tari rasakan. Awalnya ada rasa ragu saat dirinya menetapkan hatinya untuk berkerudung. Ragu akan kah dirinya bertahan dengan kerudung ini atau malah akan melepaskannya. Cepat-cepat Tari beristigfar. Jangan sampai keraguan itu menguasai dirinya untuk merubah rencananya agar menutup aurat.

"Wah! Tari? Lo Tari, kan? Seriusan lo Tari?" perempuan heboh mendatangi Tari ketika Tari akan duduk di kursinya. Tari hanya tersenyum lembut sedikit malas dengan reaksi orang-orang akan perubahannya.

"Lo kemana aja sih? Tumben banget nggak masuk sampe dua hari itu juga tanpa keterangan. Sampe-sampe Pak Botak nyariin elo, Tar. Dia nyariin mahasiswi kesayangannya yang doyan bertanya." Popi -teman sekelas Tari itu tergelak. Tari membalasnya hanya dengan tersenyum.

Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada Tari. Tari sengaja merahasiakannya itu adalah aibnya yang tak pantas untuk disebar luaskan. Dengan Randy saja, Tari sangat malu apalagi dengan yang lainnya.

"Gue ada sedikit urusan." hanya kalimat singkat itu yang bisa Tari ucapkan. Popi hanya mengangguk kikuk. Popi juga tahu jika Tari ini memang tidak begitu ceriwis seperti dirinya.

"Hm, iya deh. Kemarin ada tugas kelompok. Lo masuk aja ke kelompok gue!"

"Iya, nanti gue kasih tahu, Pi." Popi kehabisan topik perbincangan. Tari memang tidak se-cerewet dirinya tapi ini bukan lah Tari. Biasanya Tari akan menanggapi dirinya tapi tidak sesingkat ini. Ada apa dengan Tari?

"Lo kalau ada masalah bisa cerita sama gue, Tar. Sedari tadi singkat banget lo ngomongnya. Sesingkat hubungan gue sama mantan gue." Popi mencoba bercanda kali saja suasana sedikit mencair namun nihil Tari hanya tersenyum tipis. Bagaimana tidak Tari masih merasakan ketakutan walaupun begitu Tari masih bersyukur tidak mengalami trauma karena Tari dapat mengontrol dirinya apalagi Tari sudah mempelajari hal ini dalam jurusannya. Hanya saja bayang-bayang itu, bayang-bayang perlakuan Rino masih terlintas di pikirannya.

"Astagfirullah," ucap Tari pelan dan tak didengar oleh Popi.

Popi kembali ke tempat duduknya karena kelas sudah dimulai.

***
Randy fokus pada ponselnya sesekali berteriak karena lawan mainnya tak mau kalah.

"Den! Den bantuin gue yaelah! Mana lo? Tolongin gua. Darah gua udah mau habis nih!"

"Sabar elah! Lu nggak liat gue juga diserang sama lawan woy!"

Riyan hanya memandang kedua temannya itu dengan malas. Randy dan Denis begitu berisik padahal mereka hanya memainkan sebuah game online tapi sudah seperti orang yang kesetanan dan sukses membuat seisi kantin memandang mereka dengan aneh. Sebenarnya Riyan malu memiliki teman seperti Randy dan Denis tapi Riyan bisa apa. Riyan hanya bisa menerima kenyataan pahit ini.

Riyan menopang dagunya, entah lah dirinya harus dikatakan mengenaskan atau bagaimana. Memikirkan kondisi hati dan perasaannya yang terus-terusan ditolak oleh si gadis berkerudung itu. Gadis yang berhasil mencuri hatinya selama hampir dua tahun ini. Dasar bucin!

Riyan memicingkan matanya ketika melihat perempuan yang begitu familiar.

Itu Tari bukan?

Memang kantin tidak begitu jauh dari fakultas psikologi. Wajar saja Riyan dapat melihat Tari namun yang membuat Riyan heran. Tari yang sudah memakai kerudung. Setahu Riyan, Tari tidak mengenakan kerudung. Perempuan itu lebih sering mengenakan kemeja dan rambutnya selalu dikucir kuda. Perubahan yang sedikit membuat Riyan curiga.

Detak Waktu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang