PROLOGUE

1.7K 189 35
                                    

     "Yeri-ssi! Bawakan kopi ini ke meja nomor tiga!" perintah pria dengan celemek yang melingkar pas di badannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yeri-ssi! Bawakan kopi ini ke meja nomor tiga!" perintah pria dengan celemek yang melingkar pas di badannya.

Seorang wanita berumur tiga puluh tahun---yang dipanggil Yeri, berjalan menghampiri pria tadi. Ia mengambil secangkir Americano Coffee dan menaruhnya di atas nampan. Lalu berjalan keluar dari dapur kafe tempat ia bekerja.

Matanya melirik ke arah meja nomor tiga. Netranya menangkap siluet tampan seorang pria dengan rahang yang kokoh dan hidung yang mancung. Matanya tidak terlalu sipit. Perpaduan sempurna yang menghasilkan wajah tak kalah tampan dari boyband-boyband Korea yang digemari gadis-gadis maupun pria pecinta 'wajah sempurna'.

Yeri mengulas senyum, teringat akan mendiang suaminya saat pertemuan pertama mereka. Manis. Prianya melamar disaat mereka tengah merasakan euforia kencan pertama. Orangtua mereka melarang mereka menjalin hubungan---walaupun hanya sekadar pacaran, maka dari itu mereka memutuskan untuk menikah di Seoul, meninggalkan tempat penuh kenangan dan keluarga mereka demi mempertahankan cinta mereka.

Miris, tapi Yeri merasa perjuangan itu sia-sia kala lahirnya sang buah hati. Membawa kesialan tersendiri bagi keluarga mereka, termasuk Yeri.

Yeri terlarut dalam masa lalunya. Hingga ia tak sadar bahwa di depannya ada sepasang kaki yang menghalangi jalannya.

Wanita itu kehilangan keseimbangan-nya. Kopinya melayang, hingga akhirnya mendarat cukup tragis di kemeja seorang pria.

BRUK!

Yeri meringis sambil mengusap lututnya yang mencium lantai kafe. Ia mendongak, membelalak ketika mendapati kopi yang seharusnya ia suguhkan, malah tumpah di kemeja orang yang seharusnya meminumnya.

Dengan sigap, Yeri berdiri sembari memperbaiki roknya. Ia tersenyum masam pada pria yang terkejut karena kopi panas telah tumpah di kemejanya.

"Maafkan aku, Tuan. Aku tidak sengaja menjatuhkan kopi pesanan anda." Yeri membungkuk sopan.

Pria itu menatap Yeri tajam. Ia berdiri lalu mengepalkan tangannya. "Aku kesini untuk minum kopi. Bukan memintamu untuk memandikanku dengan kopi."

"Maaf, Tuan. Aku--"

"Dimana pemilik kafenya?!"serunya tegas. Matanya mencari-cari pemilik kafe dengan pancaran amarah yang kentara ditujukan kepada wanita berusia tiga puluhan itu.

Dan sekarang, mereka sudah menjadi pusat perhatian pengunjung kafe yang ingin menikmati pesanannya.

Yeri menunduk ketika John datang dengan raut kebingungan. Ia tak tahu harus berbuat apa selain menunggu John memecatnya atau menyuruhnya melakukan sesuatu untuk mencegah dipecatnya wanita itu dari kafe tempat penghasilannya selama ini.

John memandang Yeri dan pria tampan tadi bergantian. "Ada apa ini?"

"Apa kau yang menerimanya menjadi pelayan?" Pria itu menatap John sambil menunjuk Yeri yang masih menunduk ketakutan.

Serenity ; jjk+kshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang