"Hati-hati!"
Sohyun melambaikan tangan ketika kepala Ara menyembul dibalik jendela mobil. Mobil yang ditumpangi Jimin dan Ara melesat keluar, hingga akhirnya menghilang dari pandangannya.
Gadis itu berjalan masuk ke dalam rumah. Jungkook masih bermain bersama Chanyeol dan Namjoon---yang awalnya kukira kakak Ara. Mata ketiganya fokus pada ponsel masing-masing. Sohyun memutuskan untuk ke kamarnya. Ia ingin menyelesaikan novel yang tertunda karena Jungkook kemarin malam.
Sohyun membuka halaman yang sudah diberinya pembatas, kemudian mulai membaca. Matanya bergerak mengikuti kata-kata yang berbaris rapi di atas kertas. Bibirnya terkadang mengukir senyum karena kalimat yang dibacanya. Jarinya mengelus ujung halaman, membaliknya jika ia sudah selesai membaca halaman itu.
Tak butuh waktu lama bagi Sohyun untuk menyelesaikan sebuah novel setebal novel J.K. Rowling. Paling tidak sehari tanpa gangguan sudah cukup membuatnya puas akan novel yang dibacanya.
Sohyun memang kutu buku. Dari kecil, gadis itu suka membaca buku yang diberikan Ayahnya sepulang kerja. Saat ia masih sekolah, ia sering sekali menggunakan uang jajannya untuk membeli majalah di toko buku. Dulu, Sohyun memiliki teman yang bisa diajak untuk membeli buku. Sejak kecelakaan yang menimpa Ayahnya, Sohyun jadi jarang membeli ataupun membaca buku. Gadis itu lebih memilih berdiam diri di rumah, atau menghabiskan waktunya di depan buku-buku pelajaran.
Begitu pula saat kelulusannya. Sohyun kecil tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah oleh Ibunya. Ia hidup dan tumbuh bersama buku-buku pelajaran---entah milik siapa---yang tergeletak di rak belajarnya. Bukunya masih buku pelajaran kelas dasar. Sohyun hanya bisa bersekolah di sekolah dasar. Menurut Ibunya, mendapat ijazah kelulusan sekolah dasar saja sudah cukup membantunya untuk mencari pekerjaan nanti.
Sohyun lebih memilih membaca bukunya daripada harus bekerja di luar rumah. Buku sudah menjadi temannya sejak kecil. Buku apapun itu, Sohyun akan melahapnya dalam kurun waktu sehari.
Kegiatan Sohyun terpaksa berhenti ketika ia mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Kepalanya malas menoleh, tapi akhirnya terpaksa setelah mendengar suara pria yang masuk.
"Hai."
Demi Tuhan, kenapa dia kesini?
"Oh, h---hai." aku menyapanya balik. Tak menyangka suaraku bisa segagap barusan. "Sepertinya kau salah masuk ruangan,"
"Ah, tidak. Aku memang ingin ke kamarmu." timpalnya sambil berjalan pelan mendekati ranjangku.
Aku menegakkan tubuh, menyender pada kepala ranjang. Buku yang ada diantara pahaku kututup setelah sebelumnya meletakkan pembatas. "Ada apa?"
"Aku ingin konsultasi."
"Masalah apa?"
"Hatiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenity ; jjk+ksh
FanfictionKim Yeri tak sengaja menumpahkan segelas kopi di kemeja pelanggannya. Bosnya marah dan mengancam untuk memecatnya bila Yeri tidak mengganti rugi kemeja milik pelanggan yang menuntut kafe mereka agar segera ditutup. Yeri menjual anaknya, Kim Sohyun...