Kim Yeri tak sengaja menumpahkan segelas kopi di kemeja pelanggannya. Bosnya marah dan mengancam untuk memecatnya bila Yeri tidak mengganti rugi kemeja milik pelanggan yang menuntut kafe mereka agar segera ditutup.
Yeri menjual anaknya, Kim Sohyun...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Siapa yang posesif?"
Ara menggeliat pelan, membuatku harus mengelus-elus rambutnya agar gadis itu tertidur kembali.
Setelah yakin Ara sudah tidur, aku menangkap siluet wanita berparas cantik dengan pakaian minim bahan berwarna hitam. Dia wanita yang bercumbu dengan Jungkook tadi.
Kulihat Jungkook melirik wanita itu lewat sudut matanya. Ia bangkit, berjalan mendekati wanita itu. Aku hanya bisa tersenyum miris. Jelas saja Jungkook lebih memilih wanita itu daripada aku---yang notabene-nya adalah budaknya. Kurasa sikap manis sebelumnya hanya sogokan agar aku tidak marah padanya.
"Aku. Pada gadisku. Kenapa?" Jungkook melewati gadis yang sudah maju beberapa langkah dari pintu. Pria itu membuka kotak P3K yang menggantung di dinding luar kamar---akupun tak sadar ada kotak P3K disana.
"Dia? Gadismu?" Wanita itu berbalik. Ia menatap Jungkook, lalu berdecih pelan. "Tak kusangka seleramu rendah."
Jungkook tertawa kecil. Ia membawa sebuah betadine, kapas, perban, dan plester kecil di genggamannya. "Jika dia rendah, lalu kau apa? Lebih rendah?"
Kutatap wajah wanita yang kini berubah merah padam. Matanya menatap nyalang Jungkook yang sudah duduk di tepi ranjang. Aku tak sadar pria itu sudah meraih tanganku, meneteskan betadine pada jariku yang terluka.
"Brengsek." umpatnya, lantas berbalik dan menutup pintu kamarku nyaring.
Aku diam menatap kepergiannya. Awalnya, aku mengira wanita itu adalah seorang jalang yang disewa Jungkook demi memuaskan hasratnya. Melihat mereka yang terlihat mengenal satu sama lain membuat opini yang melintas melayang ke udara begitu saja.
Mungkin dia kekasih Jungkook. Dan jika benar begitu, maka aku sudah membuat hubungan sepasang kekasih merenggang.
"Jungkook-ssi."
"Sudah kuingatkan berapa kali padamu? Jangan terlalu formal bila sedang bicara padaku. Aku merasa di kantor,"
Aku berdehem pelan, mengatur degup jantung yang mulai berdetak tidak normal. "Lupakan. Apa yang tadi kekasihmu?"
"Kenapa? Kau cemburu?" Jungkook menyeringai. Aku mengalihkan pandanganku ke arah lain---selain Jungkook. Sudah tiga kali dia bertanya tentang 'kau cemburu?'. Kurasa dia benar-benar ingin aku cemburu padanya.
Aku mengendikkan bahu. Jungkook menggunting plester yang tadi dibawanya menggunakan gunting, melilitkannya di jariku yang sudah dibalut perban tipis. "Alih-alih cemburu, aku lebih merasa berperan sebagai karakter jahat disini.
"Ah, atau memang aku terlihat seperti selingkuhanmu?"
"Aku juga punya standar dalam memilih selingkuhanku."
Ya, pria itu menyindirku dengan status majikan-budak. Padahal sebelumnya, dia berkata bahwa wanita itu lebih rendah daripada diriku---secara tidak langsung iya. Tapi aku menyimpulkannya begitu.