Kim Yeri tak sengaja menumpahkan segelas kopi di kemeja pelanggannya. Bosnya marah dan mengancam untuk memecatnya bila Yeri tidak mengganti rugi kemeja milik pelanggan yang menuntut kafe mereka agar segera ditutup.
Yeri menjual anaknya, Kim Sohyun...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sudah jam lima, dan Sohyun masih berkutat dengan novel lama milik Jungkook. Gadis itu sama sekali tak ingin beranjak. Novel telah mengalihkan dunianya dalam empat jam terakhir. Sekalipun Jungkook berteriak minta tolong karena ada serigala buas yang mengejarnya, Sohyun berani mengabaikan hal itu demi menyelesaikan bacaannya.
Sohyun menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang. Punggungnya pegal karena terus-terusan berada di posisi duduk tegak. Jika tidak merusak mata, maka sudah sejak tadi Sohyun memutuskan untuk membaca sambil tiduran.
"Hei, kau. Mana makan malamku?" sebuah suara memecah keheningan yang Sohyun ciptakan di kamar ini. Gadis itu menoleh, menatap pemilik suara berat itu dengan tatapan ingin menerkam. Oh, ayolah! Sohyun hampir saja loncat dari kasur, menghempaskan buku tanpa tau halaman terakhir yang dibacanya—dan berdampak pada bangunnya gadis kecilnya itu. Hanya karena sebuah suara yang keluar tiba-tiba, semua kemungkinan yang akan membuat mood-nya buruk bisa keluar dalam hitungan detik.
"Ya! Kenapa tidak mengetuk pintu dulu?" Sohyun berdecak kesal. Ia kembali duduk di tepi ranjang, mengambil pembatas bukunya, lalu menaruhnya di tengah-tengah halaman terakhir yang dibacanya.
Jungkook hanya diam, memilih untuk tidak menjawab Sohyun—yang dirasa tidak ada untungnya bila dijawab. Ia berbalik, meninggalkan kata-kata dengan nada memerintah yang tegas. "Aku mau makanannya sudah siap. Sepuluh menit, di meja makan."
Setelah mengatakannya, Jungkook berlalu. Meninggalkan kekesalan dalam diri Sohyun. Begini, Sohyun bukan tipe gadis penurut. Ia tidak suka diperintah. Menurutnya, jika ia melaksanakan apa yang diperintahkan, sama saja dengan membiarkan harga dirinya diinjak-injak dengan orang lain.
Dan sekarang mungkin Sohyun harus merelakan—lebih tepatnya membiarkan—harga dirinya diinjak-injak oleh Sang Majikan. Meskipun tubuhnya sudah seratus persen milik Jungkook, tapi harga diri tetap miliknya sendiri. Ironisnya, Jungkook tidak suka dibantah. Sohyun tahu, ia akan menimbulkan masalah besar bila mengabaikan perintah pria itu.
Sohyun menghela napas gusar. Ia meletakkan novelnya di nakas, lalu bangkit dan berjalan dengan langkah gontai menuju dapur. Sepuluh menit? Apa yang bisa dimasaknya dengan waktu sepuluh menit?
Tentu Jungkook akan meminta makanan yang tidak biasa. Jika sekali ia salah memberikan makanan pada anjing itu, mungkin dia akan menggigiti tubuh Sohyun hingga tersisa kerangkanya saja.
Menuruni tangga, Sohyun masih berpikir keras tentang apa yang harus dimasaknya. Ramyeon? Apa Jungkook suka ramyeon? Atau jjangmyeon? Oke, Sohyun akui pria itu memiliki selera makan khas orang barat. Percayalah, dua hari ini ia sering melihat Jugkook memakan junkfood tengah malam. Ia jarang sekali makan makanan seperti yang disebutkan diatas. Pipinya juga terliat tirus. Sepertinya memakan junkfood membuatnya kekurangan berat badan.
Saat melewati ruang tengah, Sohyun sama sekali tidak melihat keberadaan Jugkook. Sepertinya pria itu berada di kamarnya, tidur bersama dengan berkas-berkas yang tak sempat dikerjakannya di kantor. Jujur, aku tak mengerti Jungkook bekerja sebagai apa. Dia selalu membawa berkas ke kamarnya. Kalau tidak dengan berkas, maka pilihan untuk berselingkuh adalah laptop atau tab kesayangannya.