22 : Hubungan

379 85 8
                                    

"Kapan aku bisa pulang?"

Sudah terhitung lima kali Sohyun mengatakan itu sejak Jungkook keluar dari kamar mandi. Gadis itu terus menanyakan hal yang sama berulang kali. Jungkook sampai bingung hendak menanggapinya seperti apa.

"Ayolah So. Kau perlu perawatan yang cukup. Bagaimana bisa pulang jika kau sendiri tidak mau beristirahat?" Jungkook duduk di kursi sebelah Sohyun. "Mau buah?"

Sohyun menghela napas gusar, kemudian mengangguk. "Tapi, kan, aku baru saja bangun!"

"Tetap saja kau perlu istirahat yang banyak."

Gadis itu ingin protes lagi, tetapi sepotong apel justru menyumpal mulutnya.

Jungkook terkekeh. "Jangan memberontak, So. Kalau kau sembuh, kita bisa cepat-cepat menikah."

Kunyahannya berhenti tiba-tiba. Jika gadis lain akan merasa senang ketika mendengar kata itu, Sohyun justru sebaliknya. Bukankah seharusnya Jungkook dan Hyojin menikah? Bagaimana hubungan mereka sekarang?

Meski Jungkook menolak, ia masih berada dibawah kuasa Ayahnya bukan?

Melihat raut gadisnya berubah, Jungkook merutuk dalam hati. Sepertinya ia salah bicara. Jelas ini masih menjadi kata sensitif bagi Sohyun. Apalagi dengan kondisi yang baru sembuh seperti ini.

"Hey, kau tahu aku tidak benar-benar akan menikah dengannya." Tutur Jungkook lembut. Ia menyuapkan kembali potongan apel yang sudah ia iris ke mulut Sohyun, tetapi gadis itu justru bergeming. Ia tidak merespon.

Perlahan, pria itu menghela napas pelan. Saat ingin bersuara, pintu kamar inap tiba-tiba terbuka.

Jungkook menoleh. Jantungnya berdetak cepat ketika menangkap siluet Chanyeol yang masuk dengan satu keranjang buah-buahan. Ia merasa takut. Tapi tidak tahu apa yang harus ditakutkan dari pria pengecut seperti Chanyeol.

"Kenapa kau kemari?" Jungkook bertanya dingin. Ia bangkit dari duduknya, meletakkan apel dan pisau di meja dengan pandangan tertuju pada pria di ambang pintu. Tatapannya tajam dan mengintimidasi. Chanyeol tertawa kecil ketika melihat tatapan yang biasa Jungkook berikan pada tersangkanya. Benar-benar luar biasa.

"Kenapa?" Tanya Chanyeol balik.

Sohyun yang baru sadar akan kehadiran Chanyeol, mengulas senyum kecil. "Mendekatlah, Chan-ie! Aku merindukanmu,"

Deg!

Jungkook menahan napasnya. Dadanya terasa sesak sekarang. Padahal yang Sohyun ucapkan bukan sebuah ancaman untuknya. Tapi kenapa ia merasa sakit dan gugup disaat bersamaan?

Ini gila. Pertama kalinya seorang detektif dengan penyamaran dan kinerja terbaik di Seoul mengalami hal ini tanpa sebab. Bukankah itu lucu?

Dilihatnya Chanyeol yang mengukir senyum dan berjalan mendekat. Tanpa diberi tahu pun Jungkook tahu lelaki itu ingin mengambil posisi di samping Sohyun. Menggantikan posisinya sebelum pria itu datang.

Jungkook bersikeras mengendalikan hatinya. Setelah beberapa kali berpikir, ia memutuskan untuk duduk di sofa pojok ruangan dan mengamati kegiatan dua makhluk itu. Setidaknya ia harus berjaga-jaga.

Hey, siapa yang tahu jika Chanyeol memiliki rencana buruk?

"Bagaimana kabarmu?" Chanyeol mendudukkan dirinya di kursi. Keranjang buah tadi ia letakkan di nakas. Pandangannya tertuju pada pergelangan tangan Sohyun. Bekas sayatan pisau itu masih ada.

Jika saja kondisi Sohyun sudah membaik, ia pasti akan menanyakan atas dasar apa gadis itu melakukan kegiatan ini---atau bisa dibilang percobaan bunuh diri.

Sohyun yang Chanyeol kenal bukan gadis yang mudah putus asa. Mungkin wajar jika gadis itu merasa lelah. Beban hidupnya memang berat. Chanyeol tahu dengan jelas hal itu. Tetapi bunuh diri bukan solusi yang biasa Sohyun pakai untuk memecahkan masalahnya.

Sohyun-nya tidak seperti itu.

Sohyun tertawa hingga matanya menyipit. "Seperti yang kau lihat."

Chanyeol membalasnya dengan gumaman samar. Ia mengusap tengkuknya perlahan. "Ada yang menitip salam padamu."

"Siapa?"

"Toben."

Sontak, tawa Sohyun pecah diiringi dengan kekehan khas milik Chanyeol. Mendengar nama anjing yang tidak pernah Sohyun temui belakangan ini membuat mood-nya membaik. Ada rasa senang tersendiri ketika mendengar nama yang ada di masa lalu.

Apalagi Toben merupakan salah satu teman terdekatnya setelah Chanyeol. Anjing itu selalu menemaninya ketika Chanyeol sedang sekolah atau mengambil les di luar rumah.

Sementara di pojok ruangan, Jungkook panas-dingin sendiri melihat interaksi keduanya. Padahal hanya sebatas menanyakan kabar. Tapi ia sudah merasa tidak suka melihat pemandangan di depannya itu.

Ditambah ketika ia melihat tawa Sohyun. Rasanya ia ingin sekali menghancur-leburkan pria yang baru saja membuat gadisnya tertawa lepas.

"Di ruangan ini kalian tidak berdua, guys." Celetuk Jungkook, berharap akan mendapatkan atensi dari dua manusia di hadapannya itu.

Tetapi bukannya sebuah perhatian, pria itu justru mendapat pengabaian manis. Seakan-akan keduanya berpikir bahwa tidak ada manusia lain selain mereka disini.

Perlahan ia menghela napas. Sepertinya berdiam diri disini bukanlah ide yang bagus. Ia justru terlihat seperti seorang ayah yang mengawasi anak beserta kekasih dari anaknya bermesraan.

Hah!

Jungkook tertawa miris mendengarnya. Ya, hubungannya dan Sohyun tidak jauh dari majikan-pembantu kan?

Tapi, kenapa ia berharap lebih?

AAA TOLONG JANGAN HUJAT AKU KARENA KELAMAAN GA APDET😭

Maafkan diriku, sungguh aku minta maaf:((
Aku mampet banget sama cerita ini. Minder sendiri karena karya orang bahkan lebih bagus dan mateng ceritanya. Sedangkan aku, bikin asal-asalan, ga niat.

Beberapa bulan ini aku ngilang buat merenung. Aku pengen berhenti nulis karena ngerasa ini bukan bakatku lagi, tapi aku nggak tega sama kalian yang udah ngikutin cerita ini. Karena aku sendiri tau rasanya jadi pembaca.

Dan, maaf karena part ini ga nyampe 800 word. Aku mentingin apdetan, asupan kalian meski dikit hehe...

Mianhae, sebesar-besarnya:"(

Serenity ; jjk+kshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang