02 : Begin

923 166 22
                                    

     Aku mendengus kala menatap debu yang kembali terbang ke belakang, tertiup oleh angin yang berasal dari tempat terakhir aku membuang debu-debu kotor di rumah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mendengus kala menatap debu yang kembali terbang ke belakang, tertiup oleh angin yang berasal dari tempat terakhir aku membuang debu-debu kotor di rumah ini. Pintu sialan!

Hei, kenapa aku banyak mengumpat akhir-akhir ini?

Entahlah. Mungkin hanya sekadar... melampiaskan?

Aku kembali berjalan ke belakang, menyapu debu yang tadinya beterbangan. Kadang aku mendengus lagi saat angin yang jahil kembali meniup debu itu agar terus bermain bersamaku.

Dua menitku hanya kuhabiskan dengan berkutat bersama debu sialan itu. Dan akhirnya pekerjaan pertamaku selesai. Aku berbalik badan, dan mataku langsung membelalak melihat sosok pria yang sudah berdiri di depanku.

Jeon Jungkook. Pria itu bersandar di dinding putih yang berada tepat di sampingku. Tangannya ia masukkan ke dalam saku celana, dan matanya menatapku datar tanpa ekspresi.

Aku mengernyit kala pria itu mengikis jarak diantara aku dan dia. Aku semakin melangkah ke belakang, sedangkan Jungkook malah maju ke depan. Hingga akhirnya punggungku menubruk pintu kayu yang sudah kututup setelah membuang debu tadi.

Ah, aku jadi menyesal. Kenapa aku harus menutup pintunya?!

Jungkook menatap manik mataku. Tangannya mengunci diantara dua sisi tubuhku. Jarak kami cukup dekat, dan aku tak tahu seberapa dekatnya. Mungkin jika aku memberitahunya, kalian akan pingsan.

Hembusan napasnya pun terasa, menerpa wajahku. Mataku tak berani menatap matanya, memutuskan untuk menatap ke arah lain.

Awalnya, aku berniat menyelinap ke bawah lengan kekarnya untuk kabur. Tapi aku takut Jungkook akan membuangku karena tidak menurut dengan majikan. Ya, aku sadar diri bahwa aku hanya menumpang untuk tinggal di rumah Jungkook. Memangnya aku harus menyikapinya seperti apa? Cuek? Yang ada aku akan tinggal di kolong jembatan dengan setumpuk kardus sebagai alas tidurku.

"He--hei. Ada apa ini?"mulut sialan! Kenapa kau gagap disaat-saat seperti ini? Nah kan, aku mengumpat lagi!

Aku dapat merasakan tangan Jungkook yang bergerak turun. Jantungku berdetak tak karuan. Padahal aku sudah meneriakinya agar tetap waras seperti saat aku bertemu dengan pria ini pertama kali. Tetapi kenapa ia rewel sekali?

"Aku..."

Sungguh. Jungkook terlihat menggoda sekali. Jika kau melihatnya dari bawah, kau akan melihat postur wajah dan rahangnya yang sempurna.

Tunggu.... apa barusan aku memujinya?

Aku masih menunggu ucapan selanjutnya keluar dari bibir tipisnya. Tentunya dengan irama jantung yang lucu bila ia mendengarnya.

Serenity ; jjk+kshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang