05 : Ice Cream

837 144 23
                                    

"Eonnie!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eonnie!!!"

Aku berlari menuju kamarku--dan Ara, setelah mendengar teriakan gadis kecil itu. Apa lagi ini? Sudah cukup dengan teriakan Jungkook yang menyuruhku membuatkannya secangkir kopi di sela-sela pekerjaanku mencuci piring, sekarang giliran Ara yang berteriak.

Ini pasti ulah Jungkook.

Saat pintu kubuka, kupandangi dua insan yang tengah melakukan kegiatan yang berbeda. Ara dengan buku gambar juga pensil di tangannya, dan Jungkook yang terlihat sibuk dengan ponselnya.

Ara merengek. Menatapku sambil menunjuk Jungkook. "Eonnie, Jungkook-oppa nakal!"

Aku berjalan menghampiri Ara. Gadis itu menghambur ke pelukanku. "Kenapa, Sayang?"

"Tadi Jungkook-oppa mencolet-colet gambal Ala..."

Pandanganku beralih pada Jungkook. Bayi besar itu sepertinya menyembunyikan sesuatu yang tak ingin aku ketahui.

"Jungkook-ah, apa yang kau lakukan pada Ara?"

"Tidak." balas Jungkook singkat. Pandangannya tak teralih dari ponsel persegi panjang miliknya.

"Maksudku gambarnya..."

"Aku hanya memodifikasinya sedikit. Gambarnya kurang sempurna,"

Aku melotot. Sedangkan Jungkook kini menatapku tanpa rasa bersalah.

"Bohong! Jungkook-oppa melusak gambal Ala. Lihat, gulitanya jadi aneh begini!" Ara protes mendengar jawaban Jungkook.

"Jadi kau menggambar gurita? Kukira kau menggambar kucing. Kurang jelek,"

"Eonnie!" Ara kembali mengadu.

"Jungkook, bisakah kau diam dan meminta maaf? Kupikir kau orang yang dewasa dan pintar. Membedakan gurita dengan kucing saja tidak bisa!" Aku menatapnya kesal. Sudah dua hari Ara disini, dan aku mulai merasa bahwa Jungkook-lah yang paling sulit diatur. Bahkan Ara selalu menurut dengan apa yang kuperintahkan.

Jangan tanya bayi besar itu. Dia sangat sulit diatur. Garis bawahi, SANGAT SULIT diatur.

Jungkook mencibir pelan. "Gambarnya saja yang jelek,"

"Gambalku tidak jelek!"

"Sudah, sudah... Ara biarkan saja Jungkook-oppa. Nanti biar eonnie yang hukum." ujarku sambil mengelus pelan rambut lurus Ara.

Ara yang masih kesal, bergerak keluar dari pelukanku. Ia menarik tanganku, lalu berjalan keluar kamar.

"Kita jalan-jalan, eonnie. Bial saja monstel itu di lumah sendilian," ketusnya.

Aku menahan tawaku melihat wajah Jungkook yang merah padam. Sungguh, lucu sekali bila melihat anak kecil meledek Jungkook. Wajah datarnya seakan terganti dengan ekspresi lain. Itu jauh lebih baik. Lagipula, aku tahu Jungkook tidak bisa marah pada anak-anak. Hei, semua orang begitu, bukan?

Serenity ; jjk+kshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang