"Sohyun-ah..."
"Hm?"
Chanyeol menggaruk tengkuknya, menatapku dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. "Kau tidak izin pada Jungkook dulu?"
Jungkook baru saja pergi bersama Namjoon. Dia bilang mereka akan membeli sesuatu---yang katanya akan sangat berguna bila ditaruh di rumah ini.
Dan aku---dengan lancangnya, meminta Chanyeol untuk menginap di rumah ini tanpa sepengetahuan Si Pemilik.
Aku tertawa melihat wajahnya yang kaku. "Memangnya kita akan melakukan apa sampai aku harus izin pada Jungkook?"
Chanyeol mengendikkan bahu. "Dia kan pemilik rumahnya.
"Lagipula kau juga kekasihnya."
Wtf?!
Kekasih darimananya, bodoh? Kekasih debu rumah sih, iya. Nah, kalau kekasih pemilik debu rumahnya, kan, lain kisah lagi.
"Language, please."
Kali ini giliran Chanyeol yang tertawa. Aku tak tau apa yang lucu, tapi melihat wajahnya yang memerah karena tawa, aku yakin apa yang menjadi bahan tawanya pasti lebih dari 'lucu'.
"Kau menertawakan apa?" tanyaku. Mata Chanyeol terlihat berair. Ia menyekanya, lalu jari telunjuknya menunjuk ke arah wajahku. "Wajahmu! Masam sekali!"
"Berisik."
Aku memutuskan untuk membawa ramyeon-ku ke meja makan. Yah, akhir-akhir ini aku sering sekali makan ramyeon. Tiba-tiba selera dan ilmu memasak tiba-tibaku hilang bersama Ara. Entahlah, gadis itu membawa banyak perubahan ke rumah ini. Setiap anak kecil memilikinya, bukan?
Kepulan uap ramyeon mengambang, lantas menghilang bersama udara. Chanyeol duduk di kursi sebelahku, memasang wajah kelaparan yang khas sekali.
Kutiup sesendok ramyeon yang masih panas. Saat ingin memasukkannya ke mulut, Chanyeol langsung merebut sendok itu. Kemudian memasukkan ke dalam mulutnya dan mengunyahnya tanpa rasa bersalah sedikit pun.
"Ya! Itu punyaku!" seruku, tertahan ketika melihat Chanyeol mengusap ujung bibirnya yang terkena kuah ramyeon. Tenggelam dalam pesona sahabat kecil yang kini duduk di sebelahnya.
Chanyeol tersenyum miring. "Kenapa? Baru sadar bahwa temanmu ini tampan?"
Aku memukul pundaknya---bercanda. Sedangkan Chanyeol hanya tertawa karena berhasil menebak dengan benar.
"Seharusnya kau berterima kasih sudah kupuji begitu." gerutuku tak terima.
"Oh, jadi kau mengakuinya?"
Aku mengunyah perlahan ramyeon dengan kuah yang sudah menghangat tanpa menatap mata pria itu. Malu mungkin adalah kata yang mampu mendeskripsikan perasaanku sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenity ; jjk+ksh
FanfictionKim Yeri tak sengaja menumpahkan segelas kopi di kemeja pelanggannya. Bosnya marah dan mengancam untuk memecatnya bila Yeri tidak mengganti rugi kemeja milik pelanggan yang menuntut kafe mereka agar segera ditutup. Yeri menjual anaknya, Kim Sohyun...