11 : Big Brother

625 118 7
                                    

Long chapt. Jangan lupa vomment yahh :")

 Jangan lupa vomment yahh :")

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai Jung---Sohyun?"

Aku hanya tersenyum masam membalas tatapan terkejutnya. Memang aku juga terkejut, tapi lebih mengejutkan lagi bahwa yang datang sekarang adalah pria yang pernah mengisi hatiku.

"Oh, hai! Apa kabar?"

"Masih terus memikirkanmu. Boleh aku masuk?"

Aku menyingkir, memberikan jalan masuk untuk pria itu. Ia duduk di sofa, sedangkan aku memutuskan untuk menutup pintu dan berinisiatif membuatkan Chanyeol teh hangat. Setidaknya aku harus bisa menjadi tuan rumah yang baik-setelah sebelumnya gagal menjadi sahabat yang baik.

Kakiku bergerak mendekati lemari piring. Kuambil gelas berukuran sedang, juga teh celup yang berada di atas lemari. Pikiranku masih melayang pada saat aku masih bersama ibuku. Chanyeol sering datang mengunjungiku. Ia sering membawakan makanan, bahkan pakaian kakaknya yang sudah tidak terpakai. Dia tahu dengan jelas bagaimana kondisiku saat itu.

Tak jarang ibu melihat Chanyeol datang. Niatan melarang tak bisa dikemukakan, sebab ibu tahu Chanyeol adalah orang yang keras kepala. Sekeras apapun ibu memaksa, pria itu akan tetap pada pendiriannya. Hingga akhirnya kepindahan keluarganyalah yang menjadikan hidupku lebih suram dari keluarganya.

Ironisnya, pria itu pergi begitu saja disaat aku membutuhkannya. Dan sekarang, dengan mudahnya ia bilang masih memikirkanku?

Brengsek.

Aku membawa segelas teh itu saat berjalan ke ruang tamu. Tak ada yang berubah. Pemandangannya sama seperti tadi. Chanyeol yang sibuk dengan majalah pria di bawah meja tamu---tentu saja itu milik Jungkook. Aku tak yakin ia bisa membawa dua majalah sekaligus, sementara tadi ia datang dengan tangan kosong.

"Sohyun-ah." suara lembut pria itu mengusik pikiranku. Teringat masa dimana pria itu mengatakan bahwa ia akan selalu ada disisiku. Atau beberapa janji manis lain yang ternyata hanya bualan belaka.

Sakit hati? Tentu saja. Siapa yang tidak sakit saat diberikan harapan palsu seperti itu? Aku bahkan bertekad akan melupakannya. Tapi ternyata Tuhan tak mengizinkannya. Pria itu masuk lagi ke dalam kehidupanku.

"Lupakan semua yang lalu. Aku benar-benar tak bisa berpikir lebih sehat saat mendapatkan pernyataan akan menikah dengan gadis Islandia." Chanyeol mengambil teh dihadapannya, menyeruputnya dengan anggun. Pesonanya masih sama, elegan. Tentu saja pria itu tak akan jauh-jauh dari pesona elegannya. Aku tak melupakannya, karena jelas sekali bahwa aku jatuh karena pesona dan perlakuannya---juga janji-janjinya---padaku.

Aku tertawa hambar. "Melupakan hal semacam itu tak semudah menikah dengan gadis Islandia, Chanie."

Hening. Tak ada yang berani mengeluarkan suara. Kami berdua sama-sama tertegun ketika aku mengucapkan kembali panggilan sayang itu setelah beberapa tahun tak mengucapkannya. Sensasi aneh menggelitik perutku. Sungguh, aku tak percaya masih bisa mengucapkan panggilan kecil pada Si Brengsek itu. Si Brengsek yang mungkin masih kucintai.

Serenity ; jjk+kshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang