14 : Weird

482 102 18
                                    

Aku menghembuskan napas gusar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menghembuskan napas gusar.

Jungkook tak henti-hentinya memanggilku. Aku---yang saat itu sedang asyik membaca novel di kamar, hanya bisa naik-turun tangga mengingat Jungkook tak ingin diganggu di bawah sana.

Sebenarnya tidak, sih. Jungkook sedang bermain game bersama teman-temannya. Kukira dia akan menghabiskan malam liburnya seorang diri. Ternyata dia mengundang orang lain.

"Sohyun, ambilkan air putih!"

"Sohyun, buatkan makan malam!"

"Sohyun, matikan lampu kamarku!"

"Sohyun!"

"Sohyun!"

"Kenapa kau cerewet sekali, sih?! Kalau main ya main saja. Dasar!" akhirnya aku mengeluarkan omelan yang sudah tertahan di ubun-ubun. Sungguh, Jungkook tak bisa berhenti memanggilku walau sepuluh menit saja. Aku bahkan tak bisa konsentrasi membaca karena suara berisiknya saat bermain game.

Jungkook mengabaikanku. Aku mendengus, lantas beranjak ke dapur untuk mengambil snack yang diminta pria itu.

Aku benar-benar pembantu.

Hei, memangnya kau berharap menjadi apa, Sohyun? Kau kan memang dibeli sebagai pembantu.

Dibeli.

Kenapa aku benci fakta itu?

Aku mengambil tiga bungkus keripik singkong di kulkas, kemudian berjalan kembali ke ruang tengah tempat Jungkook dan teman-temannya berkumpul.

Kulempar bungkus keripik itu di atas karpet, kemudian menatap Jungkook malas. "Ada lagi, Tuan?"

"Tidak. Kau bisa pergi."

Teman di sebelahnya berkata, "Kook, sebaiknya kau jangan menyuruhnya terus. Kasihan dia,"

Lihatlah, temannya bahkan mengasihaniku. Kenapa dia tidak punya rasa empati sedikitpun?

Ah, aku lupa. Dia kan, bukan manusia.

"Diamlah, Tae. Itu tugasnya,"

Kurang ajar!

Aku bergegas menuju kamarku lagi. Kali ini berniat mengabaikan panggilan Jungkook yang kesekian kalinya. Persetan dengannya yang akan marah. Aku sudah muak.

Di kamar, aku melanjutkan kegiatan membacaku yang tertunda---atau lebih tepatnya belum dimulai sama sekali sejak Jungkook memanggilku.

Buku yang kubaca ditulis menggunakan bahasa Inggris. Aku cukup kesulitan, mengingat kemampuanku belajar bahasa luar sudah tenggelam seiring waktu. Terakhir kali aku belajar bahasa Inggris ketika Ibu memutuskan untuk berhenti menyekolahkanku.

Handphone? Aku tak memilikinya. Kondisi keuangan kami kritis saat itu. Untuk membeli buku pelajaran saja aku harus bekerja sebagai kasir mini market. Itupun diam-diam karena jika Ibu tahu, aku tidak diperbolehkan keluar rumah lagi.

Serenity ; jjk+kshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang