Sarah menapakan kakinya di kampus yang terkenal dengan para mahasiswa/i nya yang berasal dari keluarga berada dan terpandang. Tak aneh rasanya jika sepanjang Sarah melintasi tempat itu yang Ia lihat adalah para mahasiswa/i yang berpakaian mahal. Sangat berbeda sekali dari kampusnya dulu. Fasilitas yang di miliki universitas ini pun terbilang begitu luar biasa. Bahkan sampai saat ini Sarah belum dapat menemukan ruang Administrasi. Tak jauh dari Sarah berjalan terlihat 3 wanita cantik yang salah satunya di kenali oleh Sarah. Dengan wajah senang Sarah pun menghampiri adik tirinya itu.
"Hei.." sapa Sarah. Ketiga wanita yang sedang mengbrol itu pun terdiam dan menatap Sarah. Tamara menatap wanita bertubuh gempal itu dengan ngeri. Pasalnya Ia tau wanita itu sama saja mencari masalahnya menyapa kedua temannya itu."Hai Davina. Aku boleh tanya ngga ruang Administrasi dimana ya?" Ucap Sarah marah. Wanita cantik dan Sexy yang berada di samping Davina pun menatap Sarah dengan pandangan merendahkan.
"Vin,you know her?" Tanya wanita cantik bernama Brivta itu. Tidak Brivta tidak berkuliah di sana,namun karna Ia sahabat karib Davina sungguh akan sangat mudah baginya keluar masuk kampus itu. Davina menatap sinis ke arah Sarah.
"Kenal, anaknya Mira. Cream soup buatannya enak dan jangan lupakan dia selalu bangun pagi." Cibir Davina mengikuti semua ucapan kakaknya saat sarapan hari itu. Brivta mengangguk mengerti.
"Wow,saudara lu dong" ledek Brivta. Davina mengangguk. Ia melipat tangannya di depan dada.
"Gengs udah yuk tinggalin aja" ucap Tamara. Brivta tersenyum licik.
"Kenapa harus di tinggal,saudara sahabat kita ini kan sedang mencari tempat bukankah harusnya kita antar?" Ucap Brivta. Davina mengangguk setuju.
"Benar sekali,bagaimanapun kamu kakak ku kan. Maaf tidak memperlakukan mu dengan baik hari itu. Aku sulit untuk dekat dengan orang baru" ucap Davina dan berpindah tempat menjadi di samping Sarah,Ia merangkul pundak Sarah. Sarah pun tersenyum Ia senang di anggap oleh Davina.
"Ayo kita antar dia" ucap Davina.
Brivta pun mengikuti Davina. Di susul dengan Tamara. Tamara mencoba memprotes Brivta tanpa suara karna Ia tak mau Davina mendengar.
"Just a game" saut Brivta yang juga tanpa suara. Lalu meninggalkan Tamara. Ia pun berjalan di samping Sarah dan berkenalan dengan salah. Tamara pun tak dapat melakukan apapun. Ia senang Brivta dan Davina kembali tapi itu sama artinya dengan nasib buruk untuk orang lain.
Davina membawa Sarah ke sebuah ruangan yang adalah ruang musik yang sudah lama tak di pakai. Brivta menutup pintu itu.
"Kok kita kesini?" Tanya Sarah. Davina tersenyum sinis. Ia melipat tangannya dan duduk di salah satu meja yang ada di sana.
"Euhm entahlah mungkin aku lupa ruang Administrasi dimana. Tapi bukankah tempat ini bagus?" Ucap Davina.
"Sarah pasti suka tempat ini" ucap Brivta. Sarah menatap takut kepada dua wanita di depannya. Perasaanya berubah menjadi tidak enak.
"Kenapa wajah mu kaka?" Ucap Davina.
"Euhm aku harus ke ruang administrasi. Aku ada kelas jam 1" ucap Sarah.
"Masih jam 10 sekarang.. masih lama menuju jam 1. Kenapa kau jelek sekali kaka? Kau ini kan kaka ku. Kau haru tampil cantik untuk pantas menjadi kaka ku" ucap Davina. Brivta berjalan mendekat pada Sarah. Begitupun Tamara yang di perintahkan oleh Davina. Brivta menarik Sarah agar wanita itu duduk.
"Aku akan membuat mu cantik" ucap Davina dan mendekat pada Sarah.
"Tidak perlu Davina aku.."
"Sst.. siap yang bilang kamu boleh menolak. Kalau Davina bilang sesuatu itu artinya harus di lakukan." Ucap Davina. Sarah pun hanya terduduk dengan takut. Kedua pundaknya sudah di taham cukup keras. Davina mengambil kaca mata Sarah lalu membuangnya begitu saja.
"Kaca mata apa itu? Tidak fashionable." Ucap Davina. Davina pun memulai mengambil alat make upnya dan bersiap untuk merias wajah Sarah.
"Jangan Davina" ucap Sarah
"Diamlah. Jangan membuat mood ku semakin rusak" ucap Davina. Sarah pun hanya terdiam. Davina mulai merias wajah Sarah tentu saja dengan riasan yang membuat wajah Sarah menjadi seperti badut. Sarah tak dapat melakukan apapun selain menangis di tempatnya. Apa lagi dengan kaca matanya yang saat ini entah berada dimana."Done.. aahh nomu yeoppo.. cantik sekali kamu" ucap Davina dengan riang.
"Kenapa kamu kaya gini? Apa salah ku?" Tanya Sarah.
Davina mengangkat dagu Sarah.
"Pertama karna lo gendut dan jelek. Gua benci banget liat orang-orang buruk rupa kaya lo!" Ucap Davina
"Kedua gua benci banget liat orang ngga tau diri kaya lo. Emangnya lu pikir lu siapa ? Berani ngajak gua ngobrol? Gimana mungkin lu ngerasa kita berada dalam satu kasta? Meskipun kita satu rumah sadarlah siapa gua dan siapa lu. Gua tuan putrinya dan lo CUMA Pem..Ban..Tu" ucap Davina lagi. Davina melepas tangannya dari wajah Sarah.
"Ini peringatan terakhir buat lu. Gua bisa ngelakuin yang lebih dari ini. Ngerti?" Ucap Davina dan meninggalkan mereka. Brivta mengikuti Davina pergi, Tamara ingin membantu Sarah mengambil kaca matanya namun teriakan Davina membuatnya segera menyusul Davina.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Doubt,Just Love!
Romance"Cinta itu bukan tentang memberi dan menerima.Tetapi tentang terus memberi tanpa pernah berfikir apa yang akan kamu terima."