Davina terus menggedor pintu kamar hotel Adit. Air matanya terus berjatuhan. Isakannya semakin kencang tersengar.
"Adit buka...Adit buka kamarnya. Adit Davina minta maaf.. Adit.." teriak Davina dan terus memukuli pintu hotel Adit. Para pegawai hotel pun mencoba untuk mendekat kepada Davina. Namun Davina semakin mengamuk saja.
"Jangan mendekat... pergi..pergi" bentak Davina dan terus menggedor pintu kamar Adit.
"Adit buka Adit..."
"Adit...buka pintunya... Davina mohon" jerit Davina
Fero memecah kerumunan di sana. Ia berlari ke arah Davina.
"Davina.. cukup" ucap Fero. Davina tak menggubris Fero Ia hanya terus menggedor pintu kamar hotel Adit
"Adit..keluar...Adit"
"Vin!" Bentak Fero dan menarik Davina menjauh dari pintu tersebut. Fero melihat tangan Davina yang sudah memerah karna terlu keras mengetuk pintu kamar Adit.
"Fero.. tolong bukain pintunya."rengek Davina.
"Adit engga Ada di sana. Dia dan Sarah udah pergi" ucap Fero
"Engga...Adit ngga boleh pergi.. Adit ngga boleh Pergi Fero. Bawa dia kesini. Fero.. tolong bawa" ucap Davina dan kembali meronta-ronta.
"Davina tenanglah.." pinta Fero
"Kembalikan Adit pada ku Fero.. Fero..tolong" ucap Davina dan memukuli Fero lemah. Namun tak berapa lama tubuh Davina merosot tak sadarkan diri.
Fero dengan cepat menopang tubuh Davina dan mengangkat Davina. Ia memasukan davina ke dalam kamar Davina.
.
.
.Adit terus berjalan dengan menggandeng tangan Sarah. Ia sungguh takut saat ini begitu pun sarah. Tapi Ia sendiri begitu marah. Entah apa yang membuatnya begitu marah. Ia harus meninggalkan Davina. Harus sekarang jika Nanti Ia takut tak akan sanggup meninggalkan Davina lagi. Adit menguatkan genggamannya kepada tangan Sarah.
"Adit.. berhenti Adit" ucap Sarah. Namun Adit hanya terus berjalan dan berjalan tanpa memperdulikan permintaan Sarah.
"Adit kita tidak bisa seperti ini. Bagaimana dengan orang tua kita?" Ucap Sarah
Adit masih tak memperdulikan ucapan Sarah. Yang Ia pikirkan sekarang Ia hanya harus pergi. Harus lari sejauh mungkin dari Davina.
"Adit. Kita mau kemana..." ucap Sarah lagi
"Adit!"
"Tidak tau! Aku tidak tau mau kemana! Aku tidak tau harus bagaimana! Aku tidak tau! Aku sungguh tidak tau! Aku hanya ingin pergi dari Davina. Kemanapun asal dengan mu, kemanapun asal tidak dengan Davina. Aku sungguh tidak tau harus kemana dan bagaimana. Berhentilah meneriaki ku dengan pertanyaan yang sungguh aku tak bisa jawab" ucap Adit setengah membentak dengan frustasi. Ia memang sungguh tak tau apa yang di lakukan saat ini.
"Adit.."
"Tolong.. Sarah percaya dan ikut saja pada ku" ucap Adit yang kali ini sudah menurunkan nada suaranya dan memohon kepada Sarah.
"Adit.. ini Salah. Adit kamu harus kembali. Adit bagaimana dengan orang tua kita?" Ucap Sarah
"Mereka tidak peduli dengan kita Sarah. Mereka hanya peduli dengan diri mereka dengan Davina." Ucap Adit dan menyentuh pipi Sarah.
"Dit..tapi ini salah dit. Ini.."
"Ini apa Sarah? Ini apa? Sejak awal kita memang sudah salah! Sejak awal kamu yang paling tau kalau kita salah! Lalu mengapa memulainya? Mengapa memberikan harapan pada ku? Kenapa Sarah? Mengapa membuat aku mencintai mu lalu sekarang kamu bilang ini Salah? Terlambat Sarah! Kita memang sudah salah! Sudah sejak awal! Sudah sejak kamu berusa mendekat pada ku!" Bentak Adit.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Doubt,Just Love!
Romance"Cinta itu bukan tentang memberi dan menerima.Tetapi tentang terus memberi tanpa pernah berfikir apa yang akan kamu terima."