Davina sudah rapi dengan pakaiannya. Ia keluar dari kamarnya dan bersiap untuk berangkat ke kampus. Ia bertemu Sarah yang juga akan bersiap untuk ke kampus. Davina dengan sengaja berjalan melewati Sarah dengan menabrak lengan Sarah sehingga buku-buka yang di pegang Sarah berjatuhan pada Anak tangga.
"Duh! Kalau punya Badan itu jangan lebar-lebar. Jadi nyempitin jalan kan." Ucap Davina pada Sarah. Sarah tak mengatakan apapun Ia hanya memungut buku-bukunya. Bertengkar dengan Davina tentu bukan pilhan yang baik di pagi hari.
Davina sudah duduk di ruang makan. Ia memakan roti panggang dengam selai nutela kesukaanya yang benar-benar di kuasai oleh Davina sendiri.
"Vin, kakak mau dong selainya" ucap Dava dan akan mengambil selai tersebut namun tangannya di tepuk oleh Davina.
"Dont touch!" Ucap Davina galak.
"Udah kamu yang lain aja" ucap Mira. Sarah mendorong sandwich yang di buatnya ke depan Dava.
"Cobain kak" ucap Sarah. Dava tersenyum senang. Ia mengusap lembut kepala Sarah.
"Thats my girl. Thank you" ucap Dava. Davina melirik tak suka. Ia mencibir dengan mengulang ucapan Dava dengan wajah di jelek-jelekan.
"Kamu cobain juga Davina" ucap Sarah. Davina melirik sesaat,Ia sudah akan mengambil namun di urungkannya.
"Ngga mau. Nanti gendut kaya lu" ucap Davina dan melanjutkan memakan Roti dengan selai nutelanya.
"Euhm enak banget. Kok beda sih ini apa isinya?"tanya Dava dan melihat isinya.
"Cincang Tempe dengan telur" ucap Sarah.
"Tempe? Wah..tapi serius ini enak" ucap Dava. Mira pun ikut mencicipi. Mira ikut mengangguk.
"Iya ini enak sekali" ucap Mira. Davina menatap penasaran pada sandwich itu.
"Ayo cobain Vin" ucap Sarah.
"Engga!" Ucap Davina keukuh. Mira menyodorkan pada Davina.
"Euhm coba kamu yang pastiin ini enak atau ngga? Kamu kan lebih spesifik kalau menilai" ucap Mira. Davina dengan ragu-ragu pun memakannya sebenarnya Ia juga penasaran dengan Rasa sandwich itu. Davina mengerjapkan matanya tak percaya,sandwich itu memang benar-benar enak.
"Ehmm..lumayan" ucap Davina dengan canggung.
"Bilang aja enak" ucap Dava. Mira menyenggol lengan Dava agar tidak meledek adiknya itu.
"Kamu, mobil lagi di bengkel kan Sar? Mau pake mobil kaka?" Tanya Dava. Sarah menggeleng.
"Ngga usah kak. Aku naik angkutan aja" ucap Sarah.
"Bareng gua aja" ucap Davina dan mengunyah Rotinya
"Nah benar tuh" ucap Mira. Sarah menggeleng dengan cepat. Pergi ke kampus dengan Davina? Tentu saja kabar buruk.
"Engga usah Vin. Makasih. Aku naik angkutan aja" ucap Sarah
"Kenapa emangnya? Gua bawa mobil kok. Sekalian juga kan." Ucap Davina. Dava menatap Davina cukup lama.
"Kenapa? Ngeliatin kaya gitu?" Tanya Davina pada Dava.
"Kamu ngga niat macem-macem kan sama Sarah" sergah Dava
"Huss Dava kamu nih sama adiknya kok ngomong gitu" ucap Mira. Dav masih menatap Davina. Davina meletakan rotinya yang belum habis. Ia meminum jus apelnya lalu berdiri dari kursinya.
"Kalau ngga mau yaudah gua kan cuma nawarin. Bersikap baik di kira buruk. Apa lagi gua bersikap buruk. Susah emang kalau jadi cewek cantik kaya gua"ucap Davina dan mengambil tasnya. Mira pun menahan lengan Davina.
"Sarah mau kok ikut kamu ya kan sarah?" Ucap Mira. Sarah menghela napasnya. Apa ibunya benar-benar tak tau orang seperti apa Davina itu.
"Sarah.." ucap Mira.
"Iya" ucap Sarah dengan malas-malasan. Sarah pun bangkit dari tempatnya. Ia bersalaman dengan Dava dan juga Mira. Davina hanya mengedikan bahunya dan meninggalkan tempat itu.
***
Davina dan Sarah sudah berada di dalam mobil. Mereka sudah hampir separuh perjalanan dan sejauh ini Davina tak melakukan hal buruk apapun Ia hanya mengendarai dengan tenang sesekali mengikuti lagu dari musik yang Davina putar dengan suara Fals milik Davina yang sebenarnya sedikit mengganggu Sarah yang notabennya adalah penyanyi. Davina melirik sepatu yang di pakai Sarah.
"Sepatunya lucu" ucap Davina , Sarah melirik sepatu miliknya. Kemudian tersenyum.
"Iya ini hadiah dari sahabat aku di Bali." Ucap Sarah. Davina mengangguk.
"Tanya dong beli dimana. Gua mau" ucap Davina. Sarah mengangguk antusias.
"Iya nanti aku bilangin" ucap Sarah.
"Good, ukuran kaki lo berapa?" Tanya Davina
"39" ucap Sarah. Davina mengangguk lagi.
"Gua juga 39, gua mau coba dong siapa tau bagus di kaki gua" ucap Davina. Sarah pun mengangguk dan menyerahkan sepatunya. Davina pun mencoba pada kakinya.
"Yah.. tentu aja bagus. Di kaki lu aja bagus apa lagi di kaki gua" ucap Davina. Sarah melongok sedikit pada kaki Davina yang ya memang sepatu itu terlihat lebih bagus dalam kaki Davina.
"Iya sepatunya jadi cantik banget" ucap Sarah. Davina yang melihat Sarah sedikit longgar memegang bukunya. Davina pun mengambil buku Sarah dan membuangnya ke luar Jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Doubt,Just Love!
Romance"Cinta itu bukan tentang memberi dan menerima.Tetapi tentang terus memberi tanpa pernah berfikir apa yang akan kamu terima."