💖23

1.2K 99 21
                                    

Mercedes tipe C200 berwarna putih berhenti tepat di halaman rumah Davina. Adit keluar dari kursi penumpang di belakang dan membantu Davina untuk turun. Dava pun ikut turun dan membantu memapah Adik cantiknya itu. Ya meskipun memang Davina sudah bisa berjalan sendiri.
Mira dan Sarah menyambut kepulangan Davina.
"Welcome home" ucap Mira dan memeluk Davina.
"Thank you Tante" ucap Davina.
"Selamat kembali ke rumah ya Vin" ucap Sarah. Davina memukul tangan Sarah dengan wajah merajuknya.

"Kenapa lu ngga nengokin gua?" Ucap Davina. Sarah tersenyum kecil dan mencoba mencari alasan.

"Hmm tugas kampus banyak banget. Tapi kan aku selalu titip kue ke Adit. Maaf ya" ucap Sarah. Davina masih mencebik.

"Aku buat coklat mouse loh mau?" Tanya Sarah.
Davina terlihat berfikir.

"Oke kali ini gua maafin" ucap Davina.
"Makasih Davina" ucap Sarah
"Tapi gua ngga mau coklat mouse. Maunya Sandwich buatan lo" ucap Davina. Sarah tersenyum dan mengangguk.

"Yaudah biar Sarah bikin Sandwich, Adit antar Davina ke kamar ya." Ucap Mira. Adit pun mengangguk setuju.

"Yaudah, kaka juga harus kembali ke kantor. Kamu istirahat ya Davina jangan nakal" ucap Dava. Davina pun mengangguk. Dava berpamitan dan meninggalkan mereka.

"Yaudah sana kalian ke kamar" ucap Mira.
Adit menatap Sarah sesaat. Kemudian Sarah memberi Anggukan persetujuan kepada Adit sekilas. Davina menyadari itu dan dengan cepat Ia merangkul manja lengan Adit.

"Sayang.. gendong" ucap Davina manja. Adit mengeryitkan keningnya.
"Kamu kan bisa jalan" ucap Adit
"Iya.. tapi aku lemes. Gendong ya please" ucap Davina. Adit terdiam sesaat. Kemudian Ia membungkukan dirinya.
"Engga gitu aku gak mau di belakang" ucap Davina dan dengan manjanya Ia merangkul leher Adit. Dengan berat hati Adit pun mengangkat Davina dengan gaya bridal Style.

"Manja banget ya kalau ada Adit. Yaudah kalian ke kamar ya. Sarah kamu bikinin Davina sandwich ya." Ucap Mira. Sarah yang sejak tadi memandang cemburu kepada Adit dan Davina pun mengangguk. Adit membawa Davina menuju kamarnya dan Sarah hanya dapat menatap mereka dengan iri. Sarah sungguh tau bahwa hubungannya dengan Adit akan berjalan semakin berat. Ia sungguh tak tau apa lagi yang harus Ia lihat antara Adit dan juga Davina.
***
Sarah menemui Adit di taman kampus. Adit yang melihat kedatangan Sarah pun bergegas berdiri.
"Hei" sapa Adit lembut dan tersenyum. Sarah tak membalas sapaan atau senyum Adit. Ia hanya terdiam di hadapan Adit.

"Kenapa? Kok cemberut gitu?" Tanya Adit. Sarah menggelengkan kepalanya. Kemudian Ia duduk di kursi taman. Adit ikut duduk di samping Sarah,Sarah pun memberikan kotak makan siang kepada Adit masih dengan wajah muramnya.

"Kamu kenapa?" Tanya Adit
"Sampai kapan kita akan seperti ini?" Tanya Sarah.
"Maksudnya?" Tanya Adit balik.
"Ya sembunyi seperti ini. Kapan kamu akan punya keberanian untuk mengatakan kepada Davina?" Tanya Sarah lagi. Adit menghela napasnya. Ia mengusap bahu Sarah.
"Kamu sabar ya. Aku pasti bilang ke Davina. Tapi kamu tau kan Davina belum sepenuhnya sembuh" ucap Adit
"Lalu kapan Adit?" Tanya Sarah. Adit terdiam sesaat. Ia membelai rambut Sarah dengan lembut.
"Secepatnya. Maafkan aku Sarah tapi tolong bersabarlah" ucap Adit.
"Percaya pada ku kamu tidak akan bisa melepaskan dia."ucap Sarah. Adit menggelengkan kepalanya.
"Aku akan melepaskannya. Aku mau kamu Sarah. Aku tidak mau Davina"ucap Adit. Sarah menghela napasnya,hatinya terasa begitu Sakit. Di satu sisi Ia ingin percaya pada Adit tapi di sisi yang lain Ia percaya bahwa selamanya Davinalah yang akan selalu menang.

"Tolong percaya pada ku" ucap Adit. Sarah hanya menatap wajah Adit. Ponsel Adit pun berdering. Baik Adit atapun Sarah sama-sama menatap layar ponsel Adit. Adit mendapatkan satu panggilan dari Davina. Adit menatap Sarah seakan meminta izin untuk mengangkat telfonnya.

No Doubt,Just Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang