💖47

1.7K 112 17
                                    

Davina berada di atas kasurnya Ia sedang membolak balik albjm kenangannya. Ada lebih dari 10 Album di sana yang sudah Davina lihat sejak tadi.

Dava masuk ke dalam kamar Davina dan ikut naik ke atas kasur Davina.

"Sedang sibuk nyonya?" Tanya Dava. Davina mengangkat kepalanya dan menatap Dava. Ia tersenyum sekilas lalu kembali menatap foto-foto di album itu.

"Aku sedang memilih barang yang akan aku bawa nanti" ucap Davina

"Bawa?" Tanya Dava

"Hmm.. aku dan fero memutuskan untuk tinggal di New york setelah menikah" ucap Davina tanpa melihat Dava.

"Kenapa aku tidak tau?" Ucap Dava.

Davina menutup album fotonya dan menatap Dava. Ia mencebikan bibirnya.

"Aku bukan anak kecil lagi Dav. Tidak semua hal harus kamu tau.  Aku akan menjadi istri seseorang sebentar lagi" ucap Davina.

Dava bangun dari duduknya dan mendekat kepada Davina. Ia menatap Davina dalam-dalam. Dava mengambil tangan Davina dan menggenggamnya.

"Vin.." ucap Dava
"Apa?" Tanya Davina
"Apa kamu yakin?"ucap Dava
"Kenapa harus tidak?"ucap Davina dan melepaskan tangannya dari Dava. Ia turun dari kasurnya dan berjalan menuju pintu. Dava mengikuti Davina. Davina membuka pintu namun Dava menahan tangan Davina.

"Vin.." ucap Dava lagi. Davina berbalik menatap Dava.

"Apa? Apa kak?" Ucap Davina

"Vin.. aku tau kamu masih mencintai Adit" ucap Dava

"Lalu aku harus apa? Bahkan sekalipun aku masih sangat mencintai Adit dan mungkin hanya mencintainya. Aku harus apa? Aku harus bagaimana kak?" Ucap Davina

"Hanya tolong jangan lari dari kenyataan vin. Jangan menyakiti diri mu dengan memaksakan diri menikah dengan Fero. Hentikan sekarang Vin.. Fero pasti akan mengerti." Ucap Dava. Davina menganggukan kepalanya.

"Iya.. Fero pasti akan mengerti dia akan selalu mengerti. Karna dia akan mengerti aku tidak mungkin meninggalkannya. Aku tidak mungkin datang dan pergi semau ku. Bukan hanya aku yang punya hati. Fero juga punya kak. Aku ngga punya hak untuk menyakitinya berkali-kali. Aku tidak lari dari kenyataan kak.. menikah dengan Fero adalah cara ku menerima kenyataan. Kenyataan bahwa Adit tak mencintai ku. Kenyataan bahwa menanti Adit hanya akan menjadi sia-sia. Aku sedang menerima kenyataan saat ini kak. Aku tidak menyakiti diri ku. Aku sedang menyelamatkan diri ku untuk luka yang lebih dalam lagi kak." Ucap Davina

"Tapi bagaimana kamu bisa hidup dengan Fero jika kamu tidak mencintainya?" Tanya Dava lirih.

"Adit bisa hidup dengan ku tanpa pernah mencintai ku. Jika nanti aku harus merasakan sakit. Aku akan anggap itu hukuman karna aku sudah terlalu lama menyakiti Adit." Ucap Davina

"Vin.." ucap Dava. Davina menggelengkan kepalanya.

"Tolong kak cukup.. hentikan. Sekalipun aku mencintai Adit dia tercipta bukan untuk aku kak." Ucap Davina. Dava tak mampu mengatakan apapun lagi. Ia sungguh tak tau harus mengatakan apa lagi. Ia tak ingin Davina menyesal tapi Davina benar bertahan dengan Adit pun sudah tak mungkin.

***
Fero yang tadi berniat akan masuk ke dalam kamar Davina mendengar semua percakapan antara Dava dan Davina. Ia mengepalkan tangannya sendiri. Ia tau Davina tak bahagaia saat ini. Namun sungguh Ia tak ingin melepaskan Davina lagi. Ia tidak bisa melepaskan Davina.

"Kamu dengar kan kak?" Ucap Sarah yang entah di sana sejak kapan. Fero menatap Sarah dengan mata yang sudah merah dan berkaca-kaca.

"Dia mencintai Adit dan hanya akan begitu. Lepaskan Davina kak" ucap Sarah. Fero menatap Sarah dengan marah. Entah apa yang membuat Fero begitu merasa marah saat ini. Fero mendekat kepada Sarah Ia meremas pundak Sarah dengan satu tangannya. Membuat Sarah sedikit meringis kesakitan.

No Doubt,Just Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang