Mobil Adit berhenti di depan rumah Davina. Seberapapun tak nyamannya Adit pada Davina yang bisa Ia lakukan hanya bersabar dan bertahan. Adit mencoba membangunkan Davina yang lagi-lagi tertidur. Kalau sudah seperti ini yang bisa Adit lakukan hanya menggendong Davina untuk turun karna akan butuh waktu lama untuk membangunkan Davina. Adit pun keluar dari mobilnya lalu mengangkat tubuh ramping Davina. Adit masuk ke dalam rumah Davina setelah di bukakan pintu oleh Satpam.
"Hai dit," sapa Mira yang melihat Adit datang dengan Davina di tangannya.
"Halo Tante" Sapa Adit balik.
"Langsung bawa ke kamar aja ya dit,Dava belum pulang." Ucap Mira. Adit mengangguk mengerti. Ia pun berjalan menuju lantai dua namun di tangga Ia bertemu dengan Sarah yang berniat untuk Turun. Adit cukup terkejut melihat Sarah ada di sana. Namun tidak dengan Sarah,Ia sudah tau kalau Adit kekasih Davina. Baik Sarah dan Adit tak ada yang memulai percakapan. Sarah hanya menggeser tubuhnya agar Adit bisa lewat. Kemudian Ia melanjutkan langkahnya. Begitupun dengan Adit, ia masuk ke dalam kamar mewah tuan putrinya itu. Semuanya di dominasi warna ungu muda kesukaan Davina. Adit pun meletakan Davina pada kasurnya. Ia melepaskan heels Davina lalu menyelimuti putri cantik itu. Baru saja Adit akan pergi. Davina merangkulkan tangannya pada leher Adit.
"Adit sini aja" ucap Davina dan menarik Adit mendekat. Adit menatap Davina tanpa ekpresi. Wanita di hadapannya itu memang benar-benar cantik. Bukankah Ia harusnya bersyukur karna memiliki kekasih secantik Davina.
"Tidur" ucap Adit. Davina menggelengkan kepalanya.
"Adit sini aja. Nginep sini aja ya" ucap Davina. Adit tak mengatakan apapun Ia hanya mencoba melepaskan tangan Davina pada lehernya. Namun Davina justru mengeratkannya, Ia menarik Adit dan mencium bibir Adit. Seperti biasa Adit tak menolak namun juga tak membalas ciuman Davina. Tepat saat itu Sarah pun masuk dan melihat itu. Sarah akan berbalik namum sialnya Ia menabrak sesuatu.
Adit menoleh ke arah Sarah,begitupun Davina. Adit menjauhkan dirinya dari Davina dengan tenang.
"Maaf.. tadi aku di suruh mama anter minum buat Adit" ucap Sarah. Davina menatap Sarah bete.
"Yaudah taruh di sini. Ngapain berdiri di situ" ucap Davina jutek. Sarah pun mendekat dan meletakan satu gelas sirup di nakas samping kasur Davina dan juga beberapa potong kue lapis.
"Yaudah terus ngapain masih diem di sini? Mau ngeliatin Adit? Sadar diri kali."ucap Davina. Sarah pun memilih untuk menyingkir dari tempat itu dengan cepat. Adit tak mengatakan apapun Ia hanya duduk di kasur Davina. Davina pun sudah bersandar pada kepala kasurnya. Ia memegangi tangan kiri Adit.
"Dia siapa?" Tanya Adit. Davina terlihat berfikir.
"Ohh..si gendut itu. Anaknya Mira." Ucap Davina dan mengambil kue lapis dan memakannya.
"Euhm..ini enak. Coba deh" ucap Davina dan menyodorkannya pada Adit.
"Kamu aja" ucap Adit.
"Ini serius enak cobain" paksa Davina. Adit pun menghela napasnya dan memakan kue lapis dari tangan Davina. Ia mengunyahnya dan merasakannya bahwa benar kue itu enak.
"Enak kan?" Tanya Davina. Adit mengangguk.
"Pasti si gendut itu yang bikin. Kemarin dia juga bikin cream soup enak" ucap Davina dan mengambil kue lagi. Lalu menyuapi dirinya dan juga Adit. Adit merapikan sudut bibir Davina. Kemudian Ia melirik jam tangannya.
"Aku pulang dulu" ucap Adit dan melepaskan tangan Davina dari tangannya. Davina mengerucurkan bibirnya.
"Yah baru juga sebentar" ucap Davina.
"Aku ada tugas Davina" ucap Adit dan berdiri dari duduknya.
"Yaudah besok jemput aku ya?" Pinta Davina. Adit mengangguk singkat. Kemudian meninggalkan Davina. Ia keluar dari kamar Davina dan menutup pintu kamar Davina. Adit turun ke lantai satu dan di sana udah ada Mira juga Sarah.
"Udah mau pulang dit?" Tanya Mira
"Iya tante," ucap Adit
"Makan dulu yuk,ini tante dan Sarah mau makan malam.
Oh iya kenali ini Sarah anak tante" ucap Mira. Sarah sudah akan mengulurkan tangannya kalau saja Adit tak menjawab lebih dulu.
"Oh iya, Adit sudah kenal. Sarah sekelas sama Adit" ucap Adit.
"Oh.. sudah kenal. Baguslah,Sarah ini itu pacarnya Davina. Bukan pacar sih tunangannya Davina. Ayo Adit makan dulu yuk" ucap Mira
"Adit duluan ya tante,Adit harus kerjain tugas" ucap Adit
"Oh gitu yaudah salam buat mama ya. Bilang mama main kesini gitu." Ucap Mira. Adit tersenyum tipis dan mengangguk.
"Mama masih di singapura tan,tapi nanti kalau sudah pulang Adit sampaikan salamnya. Adit permisi dulu ya Tam. Selamat malam" ucap Adit. Mira menepuk bahu Adit. Sebelum Adit benar-benar meninggalkan mereka. Sarah masih menatap ke arah perginya Adit hingga Mira menyadarkannya.
"Jangan di liatin. Dia bukan pria yang ada dalam jangkauan kamu. Ayo kita makan" ucap Mira dan merangkul pundak Sarah.
"Mereka udah lama ya pacaran?" Tanya Sarah.
"Adit dan Davina dekat sejak mereka kecil. Davina selalu mengejar-ngejar Adit dan sebaliknya Adit selalu menjaga Davina. Yah sampai sekarang tetap begitu." Ucap Mira dan mereka berduapun duduk di kursi makan. Mira mengambilkan piring untuk sarah.
"Jangan terlalu banyak makannya. Kamu ngga mau diet? Kalau langsing seperti Davina kan cantik." Ucap Mira. Ucapan yang sungguh sangat merusak mood Sarah untuk makan. Andai saja mamanya tau apa yang di lakukan Davina padanya hari ini. Untuk apa punya tubuh bagus wajah cantik kalau sikapnya se bar-bar itu.
"Sarah ngga pengen kurus" saut Sarah dan mengambil makanan dengan cukup banyak. Mira menahan tangan Sarah.
"Kamu nih kalau di bilangin. Jangan makan banyak-banyak nanti tambah gemuk" ucap Mira. Sarah mencoba menarik tangannya dari tangan mamanya hingga sebuah tangan dengan lembut melepaskan tangan Mira.
"Biarin aja ma, lagi juga memangnya kenapa gemuk? Lucu kan" ucap Dava dan duduk di samping Sarah. Dengan gemas Dava menarik pipi Sarah.
"Makan yang banyak. Di kampus pasti melelahkan sekali" ucap Dava dan tersenyum lembut.
"Ih kamu nih Dava. Sarah itu perempuan dia harus diet. Gimana mau punya pacar kalau gendut gitu? Cari pekerjaan juga pasti susah" ucap Mira. Dava mengusap kepala Sarah.
"Mama ngga usah di dengerin. Kamu makan yang banyak. Kalau kamu susah cari kerja itu artinya mereka bukan perusahaan yang hebat karna hanya memintingkan fisik. Kaka sangat senang kalau anak sepintar kamu bekerja di perusahaan kakak dan kalau ada pria yang berani untuk mengatai atau menyakiti mu bilang pada ku. Akan aku pisahkan kepala dari badannya" ucap Dava dan tersenyum lagi.
"Dava..kamu nih belain terus deh" ucap Mira. Dava tertawa kecil melihat ibu tirinya yang kini gantian merajuk.
"Udah ah ma...jangan ngomel-ngomel nanti tambah tua loh." Goda Dava.
"Yaudah kamu mau makan juga ngga?" Tanya Mira. Dava mengangguk.
"Iya dong,siapa ini yang masak?" Tanya Dava
"Sarah dong" ucap Sarah. Mira mengambilkan piring untuk Dava. Dava pun mengambil makannya dan mencicipinya.
"Enak ngga kak?" Tanya Sarah.
"Biasa" ucap Dava. Sarah sudah akan menundukan kepalanya kalau saja Dava tak melanjutkan kalimatnya.
"Yah..Biasa..sama seperti biasanya Enak banget" ucap Dava dan disusul senyuman dari Sarah.
"Gitu dong senyum. Jadi tambah cantik. Jangan kaya mama tuh manyun terus nanti jadi Tua" ledek Dava. Baik Sarah ataupun Mira mereka hanya tersenyum. Tanpa mereka sadari dari atas Davina memandang ke arah mereka. Ia hanya mengangguk-anggukan kepalanya dan menonton mereka makan.
"Keluarga bahagia sekali." Cibir Davina yang kemudian memutuskan untuk kembali ke dalam kamarnya.
***
Hari ini jakarta terasa lebih panas dari pada biasanya. Cuaca benar-benar tak baik. Siang panas,malam hujan. Selalu seperti itu beberapa hari ini. Davina membawa milk shake strawberry di tangannya. Entah ini sudah milshake ke berapa yang Ia minum.
"Gila ya panas banget" ucap Davina
"Euhm.. ngga separah musim panas di jerman sih" saut Brivta
"Pantes lu item" saut Tamara
"Hei..hei. gua itu exotis ya."ucap Brivta dan Davina hanya tertawa. Kemudian tanpa sengaja Ia menoleh ke arah parkiran dan melihat mobil miliknya terparkir dengan rapi di sana.
"Eh itu bukannya mobil gua?" Ucap Davina dan mendekat ke arah mobilnya. Brivta dan Tamara pun mengikuti.
"Bukannya lu berangkat sama Adit ya?" Tanya Brivta. Davina terlihat berfikir. Siapa yang berani menggunakan mobilnya sedangkan Ia yakin Dava pasti membawa mobilnya sendiri.
"Ngga mungkin si gendut itu yang bawa mobil gua kan ya?" Ucap Davina. Brivta dan Tamara saling berpandangan. Mereka sungguh tau apa yang sebentar lagi akam terjadi.
"Euhm.. lu bukannya sebentar lagi ada kelas ya? Kalau Adit liat lu masih di sini pasti dia Bete. Gua antar ke kelas yuk" ucap Tamara mencoba mengalihkan Davina. Namun berbeda dengan Brivta sepertinya wanita sexy satu ini memang suka mencari keributan seperti Davina.
"Ini mobil lu kan Davina. Bukannya lu ngga suka ya kalau ada orang yang pake punya lu?" Ucap Brivta
"Bitta ihh" ucap Tamara setengah berbisik.
"Emang kurang ajar ya si gendut itu!"bentak Davina dan bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Tamara menarik tangan Brivta yang akan menyusul Davina.
"Bitta.. lu tuh ya." Keluh Tamara
"Hiburan tau Tam.. liat si cantik ngamuk. Udah ah ngga usah serius-serius amat"ucap Brivta dan menyusul Davina. Davina menghentikan langkahnya.
"Kenapa berhenti?" Tanya Brivta.
"Gua ngga tau kelas si gendut itu!"ucap Davina kesal. Brivta pun menepuk keningnya sendiri.
"Jurusannya? Fakultasnya?" Tanya Brivta. Davina pun menggeleng. Ia memang tak tau apa-apa tentang Sarah. Lagi pula apa pentingnya untuk dirinya.
Tamara mengusap bahu Davina.
"Vin,udah deh cuekin aja. Bisa jadi kak Dava yang bawa mobil itu" ucap Tamara menenangkan.
"Mana mungkin Dava yang pake. Bukan Dava pasti" ucap Brivta. Tamara benar-benae ingin sekali menggetok kepala si Brivta agar tak menghasut Davina macam-macam. Davina melirik Brivta. Brivta mengedikan bahunya.
"Vin udah yuk ngga usah di bahas. Lu kan mobilnya banyak atau Lu bisa beli mobil baru kan?" Ucap Tamara.
"Ini tuh bukan masalah mobil! Tapi itu punya gua!"ucap Davina. Brivta mengangguk.
"Setuju! Jangan-jangan habis ini dia bisa ambil punya lu yang lain vin" ucap Brivta. Mata Davina pun berkilat marah. Ia benar-benar tak bisa membiarkan ini. Davina pun bergegas pergi meninggalkan keduanya. Tamara memukul bahu Brivta lalu kemudian menyusul Davina. Brivta tertawa kecil sebelum menyusul keduanya. Ia sungguh merindukan hal-hal seperti ini.
***
Davina masuk ke dalam sebuah ruang kelas yang di infokan ada Sarah di sana. Tanpa basa basi Davina langsung begitu saja. Matanya mencari keberadaan Sarah yang juga sudah melihat ke arahnya. Davina menghampiri dengan marah dan tanpa mengatakan apapun segelas milkshake yang es nya sudah mencair di siramkan Davina pada Sarah begitu saja. Membuat seluruh orang yang ada di sana terperangah dan terkejut tentu saja dengan Sarah.
"Ada apa Davina?" Tanya Sarah kaget dan segera berdiri mengibaskan bajunya.
"Ada apa? Siapa yang bilang lo boleh pake mobil gua hah? Dasar miskin! Awas ya lu sekali lagi lu berani menyentuh apapun yang menjadi milik gua. Gua sendiri yang mastiin hidup lu ngga akan tenang!" Bentak Davina. Semua mata menatap kearah mereka.
"Apa ngeliatin gua? Mau gua siram juga?" bentak Davina pada yang lainnya. Dosen yang ada di sana pun hanya menatap pada Adit yang semula terlihat tak peduli. Dosen itu seakan meminta Adit untuk mengeluarkan Davina dari sana.
"Eh! Punya sopan santun ngga sih! Bukan karna ini kampus punya bokap lu, lu bisa ganggu belajar kita" ucap Shakila dan berdiri menghadap Davina. Ia sungguh merasa muak dengan sikap Davina.
"Kenapa ngga bisa? Gua bisa ngelakuin apapun!" Ucap Davina. Shakila tertawa sinis.
"Lu pikir lu sehebat apa? Lu itu cuma anak manja yang arrogant!" Ucap Shakila.
"Paling engga gua bukan anak tanpa ayah kaya lo!" Ucap Davina. Shakila hampir saja akan menampar Davina kalau Adit tidak menangkap tangan Shakila. Shakila menatap Adit tak percaya begitupun Davina.
"Dit" ucap Shakila. Adit menatap Shakila dingin.
"Dit! Pacar lu udah keterlaluan tau ngga! Lu tuh pacarnya harusnya lu bisa ingetin dia! Bukan terus ngebela dan ngekorin dia mirip kacungnya tau ngga!" Bentak Shakila. Adit masih memegang tangan Shakila. Hingga Rendy dan juan menghampiri mereka. Rendy dengan pelan melepaskan genggaman tangan Adit pada pergelangan tangan Shakila.
"Udah ya bro,lu ngga akan ngelawan Shakila kan" ucap Juan. Adit melepaskan tangan Shakila dan menampik tangan Rendy.
"Hubungan gua dan Davina. Itu urusan gua. Jangan pernah berani nyentuh Davina selama masih ada gua" ucap Adit dan mengambil tangan Davina lalu mengajak Davina keluar dari ruangan itu.
****
Happy Readingg 😀😀😀
KAMU SEDANG MEMBACA
No Doubt,Just Love!
Romance"Cinta itu bukan tentang memberi dan menerima.Tetapi tentang terus memberi tanpa pernah berfikir apa yang akan kamu terima."