Adit menggenggam tangan Sarah di dalam Taxi.
"Adit, apa kita akan benar-benar melakukan ini?" Tanya Sarah ragu. Adit mengangguk."Setelah kita kembali ke Jakarta aku akan menjelaskan pada Davina kalau kita memilih untuk bersama" ucap Adit. Sarah menatap Adit sesaat.
"Kamu ragu pada ku?" Tanya Adit. Sarah menggeleng perlahan.
"Aku akan menjaga mu. Aku janji" ucap Adit. Sarah mengangguk mencoba percaya pada keputusannya sendiri dan Adit.
***
Hari begitu cepat menjadi pagi. Sarah menatap ponselnya yang masih dalam ke adaan mati. Shakila ikut menatap Sarah."Apa Davina masih meneror mu?" Tanya Shakila
Sarah mengangguk."Apa sih maunya itu anak manja. Menyusahkan sekali. Udah cuekin aja" ucap Shakila dan Sarah pun mengangguk lagi. Sebenarnya hatinya masih merasa gelisah.
"Sha.." panggil Sarah. Shakila mengangkat wajah cantiknya dan menatap Sarah.
"Apa kamu pernah mencintai pria yang sudah memiliki kekasih?" Tanya Sarah. Shakila masih menatap Sarah intens.
"Lo suka Adit? Apa kalian menjalin hubungan di belakang Davina?" Tanya Shakila tiba-tiba saja. Sarah membulatkan matanya. Ia sungguh tidak tau bagaiaman Shakila bisa bertanya seperti itu.
Shakila menghela napasnya,Ia mendekat kepada Sarah.
"Hak kalian untuk mencintai siapapun. Tapi menurut gua akan lebih baik kalau kalian ngga main api. Karna kalau kalian ngga bisa kendaliin,api itu bia ngebakar diri kalian. Ya balik lagi itu keputusan kalian" ucap Shakila
"Tapi aku dan Adit sama-sama saling cinta" ucap Sarah. Shakila mengedikan bahunya.
"Kalau gitu artinya kalian udah siap untuk kemungkinan terburuk. Gua ngga mau ikut campur dengan hubungan siapapun. Tapi ngga ada satu wanita di dunia ini yang mau untuk di selingkuhi. Davina bisa sangat berbahaya buat lo. So, saran gua lebih berhati-hatilah. Karna yang lo rebut adalah Adit. Kalau lu pakai mobilnya aja bisa di siram milshake bukan ngga mungkin kalau lu ngambil Adit bisa di siram air keras" ucap Shakila. Sarah menoleh menatap Shakila. Perasaanya pun kembali ragu. Sarah sungguh tidak tau apa yang harus Ia lakukan. Rasanya Ia lebih tak mampu melihat Adit terus tertekan dan semakin terluka. Sarah hanya dapat terdiam dalam pikirannya sendiri.
***
Sarah dan lainnya berada di sebuah tea room. Mereka sedang mengerjakan tugas mereka. Meneliti apakah masih ada yang kurang atau tidak seraya menikmati secangkir teh dan kue-kue manis seperti macaron.
"Menurut kalian apa judulnya?" Tanya Juan
"Kemarin Sarah udah kasih beberapa judul. Lihat deh" ucap Rendy dan memberikan lembaran kertas kepada Juan. Juan membacanya lalu memberikannya kepada Adit. Tepat saat Adit ingin membaca seorang wanita dari masa lalu Rendy pun menghampiri mereka. Ya,wanita itu tak lain adalah Brivta."Adit" panggil Brivta yang mendekat dengan wajah cukup panik.
Adit yang merasa namanya di panggil pun mengangkat kepalanya dan menatap Brivta."Kenapa?" Tanya Adit.
"Adit lu harus balik ke jakarta. Davina kecelakaan"ucap Brivta. Sarah yang kaget mendengar itu pun tanpa sengaja menyenggol gelas tehny hingga tumpah. Adit membulatkan matanya dan berdiri dari duduknya.
"Jangan bercanda" ucap Adit. Brivta mengambil ponselnya dan menunjukan foto Davina. Semua orang di jakarta coba buat ngehunungin salah satu dari kalian disini" ucap Brivta. Tanpa mengatakan apapun Adit pun meninggalkan orang-orang yang Ada di sana. Brivta pun menyusul Adit. Yang lain hanya terlihat kebingungan. Namun tidak dengan Sarah,di saat seharusnya Ia merasa begitu khawatir kepada adiknya mengapa Ia malah merasa sedih karna Adit yang pergi begitu saja untuk Davina. Hatinya mencelos begitu saja. Adit bahkan tak meminta izinnya. Ya,memang tidak perlu. Bukankah yang paling utama memang selalu Davina?
***
Dengan penerbangan paling cepat yang ada,Adit kembali ke jakarta. Ia langsung menuju rumah sakit dimana Davina di rawat. Adit berlari melewati koridor rumah sakit,Ia harus memastikan kondisi Davina baik-baik saja. Karna hanya dengan begitu Ia dapat memulai hidup barunya dengan Sarah. Ia sungguh merasa takut terjadi sesuatu pada Davina yang membuatnya tak bisa pergi.
Adit masuk ke dalam kamar Davina. Kasur Davina sudah di kelilingi banyak orang. Dengan perlahan Adit melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam sana. Baru saja Ia mendekat dan sebuah tamparan mendarat sempurna pada pipi Adit. Tamparan yang dari datang dari Ibu Adit.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Doubt,Just Love!
Romance"Cinta itu bukan tentang memberi dan menerima.Tetapi tentang terus memberi tanpa pernah berfikir apa yang akan kamu terima."