💖13

1.2K 121 11
                                    

Hujan tak berhenti sejak sore tadi. Hingga saat ini jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Dava mondar-mandir di ruang tamu,pasalnya sudah berkali-kali Ia menghubungi Davina namun tak di angkat begitupun Adit. Sudah malam dan Davina belum juga ada kabar.
"Dia sama sekali ngga telfon Kalian?" Tanya Dava. Sarah menggelengkan kepalanya begitupun Mira.
"Terakhir di kampus gimana Sar?" Tanya Mira
"Tadi waktu sampai kampus Davina bertengkar dengan salah satu mahasiswi terus Adit lihat dan pergi. Davina ngrjar Adit setelah itu aku ngga tau lagi" ucap Sarah. Dava memijit kecil kepalanya.
"Coba telfon ke rumah Adit kak" ucap Sarah.
"Dia belum pulang" ucap Dava
"Mungkin Davina sama Adit."ucap Mira
"Paling ngga kasih kabar dong ma," ucap Dava
"Aku coba hubungi teman-temannya Adit ya kak." Ucap Sarah. Dava menatap Sarah sesaat.
"Kamu punya?" Tanya Dava. Sarah mengangguk dan Ia pun menghubungi Rendy.

Sarah: Halo,ka Rendy ya..ini Sarah.
Rendy:iya Sar, kenapa?
Sarah:Ada kak Adit ngga?
Rendy: Adit ada kok. Mau ngomong sama dia?
Sarah: iya mau. Tolong ya kak.
Adit:kenapa?
Sarah: kak Dava mau ngomong

Sarah memberikan ponselnya kepada Dava. Dava pun menerima dan menghubungi Adit.
Dava: halo dit Davina sama lu ngga?
Adit: Engga mas. Tadi sore terakhir ketemu. Kenapa mas?
Dava:Davina belum pulang. Telfonnya ngga di angkat dan sekarang mati.
Adit: Kayanya gua tau dia dimana bang. Nanti gua kabarin lu lagi.
Dava: oke thanks dit.

Adit masih terduduk di kasur Rendy. Ia memberikan ponsel Rendy.
"Kenapa dit?" Tanya Rendy.
"Mungkin ngga orang nunggu di suatu tempat dari jam 3 sore sampai jam 10 malem" ucap Adit. Rendy terlihat berfikir.
"Kalau orang biasa sih engga. Tapi kalau dia Davina akan sangat mungkin" ucap Rendy

Adit menghela napasnya dan turun dari kasur. Ia sungguh merasa lelah menghadapi Davina.
"Gua pinjem mobil lu ya" ucap Adit malas. Rendy mengangguk dan memberikan kunci mobil pada Adit. Adit pun meninggalkan kamar Rendy.
***
Di dalam sebuah Cafe. Davina masih duduk di tempatnya. Tak berpindah sedikit pun, air matanya terus menetes membasahi wajah cantiknya. Terlihat sekali matanya yang sudah membengkak, entah sudah berapa lama wanita cantik itu menangis. Sesekali isakannya pun masih terdengar. Beberapa mata memandang ke arahnya. Terutama pelayan yang ada di sana. Namun Davina tak perduli. Ia hanya terus menangis di sana. Ia memang bukan wanita yang baik tapi paling tidak Ia bukan wanita yang tak mau mengakui kesalahannya apa lagi jika itu di depan Adit.
Adit masuk ke dalam cafe tersebut  Ia mendekat kepada Davina yang masih terduduk di sana.
"Kamu mau sampai kapan di sini?" Tanya Adit. Davina tak merespon Adit.
"Ayo pulang" ucap Adit lagi. Davina masih tak merespon Adit. Air matanya hanya terus berjatuhan. Adit mengacak-acak rambutnya sendiri. Ia pun menarik Davina.
"Ayo pulang Davina!"ucap Adit yang sedikit menaikan nada suaranya. Davina menampik tangan Adit.
"Davina Tolong aku capek!" Ucap Adit.
"Kalau capek ya pulang aja! Aku ngga minta kamu untuk di sini.!" Bentak Davina balik. Davina mencoba menahan isakannya.
"Yaudah terserah kamu" ucap Adit.
"Iya emang selalu terserah aku. Emang kapan Kamu bener-bener peduli sama aku! Pulang aja kalau emang mau pulang" amuk Davina. Semua mata pun mengarah kepada mereka seakan berebut mencari tahu apa yang terjadi kepada mereka. Davina pun semakin terisak.
"Kamu yang minta aku untuk di sini dan renungin kesalahan aku. Tapi aku bener-bener ngga tau dimana letak kesalahan aku!" Ucap Davina. Adit menarik bangku dan duduk di hadapan Davina.
"Davina.." ucap Adit
"Dia yang sengaja nabrak aku. Dia juga rusakin kue aku. Davina udah minta maaf. Tapi dia bilang dia akan rebut Adit dari Davina. Salah kalau Davina marah?" Ucap Davina dengan isakannya.
Adit menggenggam tangan Davina mencoba untuk menenangkan Davina.
"Dia juga bilang kalau Adit ngga pantes untuk Davina. Memangnya siapa yang pantas untuk Adit. Davina takut kehilangan Adit. Karna itu Davina dorong dia. Tapi Adit marah sama Davina tanpa mau denger penjelasan Davina" ucap Davina yang semakin terisak. Adit memeluk Davina. Ia mencoba menenangkan Davina.
"Iya,Adit salah. Adit minta maaf ya" ucap Adit. Davina menggeleng.
"Engga.. Adit jangan minta maaf. Adit ngga salah. Davina yang salah karna udah bikin Adit marah dan capek. Tapi Davina bener-bener ngga bisa minta maaf sama Marsha. Davina ngga mau Marsha ambil Adit" ucap Davina yang masih terisak. Adit mengusap punggung Davina lembut.
"Iya yaudah. Kita pulang ya" ucap Adit. Davina menggeleng lagi dalam pelukan Adit.
"Adit jangan marah dulu. Maafin Davina dulu" ucap Davina.
"Iya Adit maafin. Sekarang pulang ya." Ucap Adit
"Tapi Adit jangan pergi. Jangan sama Marsha" ucap Davina
"Aku ngga kenal sama Dia. Lagi juga siapa emangnya yang berani ngambil aku dari kamu?" Ucap Adit. Davina melepas pelukan Adit. Ia masih mencebik dengan imutnya.
"Ayo pulang,Adit capek banget hari ini" ucap Adit. Davina mengangguk. Adit bangkit dari kursinya begitupun Davina, mereka pun bersama.
***
Davina sudah berada di dalam mobil dengan Adit. Ia terus memeluk Tangan Adit dan bersandar di sana.
"Vin,jangan kaya gini dong berat" ucap Adit.
"Maksud Adit aku gendut?" Tanya Davina
"Engga, tapi ngga usah kaya gini terus" ucap Adit. Davina pun mengabaikan Adit dan tetap bersandar pada lengan Adit. Adit pun hanya bisa pasrah.
"Adit ini mobil siapa?" Tanya Davina yang baru menyadari mobil yang Ia tumpangi.
"Rendy" ucap Adit singkat.
"Kok pake Mobil Rendy?"tanya Davina
"Siapa yang buang mobil aku?" Tanya Adit.
"Davina" saut Davina
"Tuh tau" saut Adit lagi.
"Adit kenapa ngga mau pake mobil yang Davina kasih? Kan uang Davina uang Adit juga" ucap Davina
"Kamu mau aku di ganti sama orang lain begitu aja?" Tanya Adit. Davina menggeleng.
"Kenapa? Gimana kalau pria itu lebih segalanya dari Adit" Ucap Adit
"Ngga mau.. Davina maunya cuma Adit" ucap Davina
"Hampir mirip seperti itu Davina. Ngga semua hal dapat di nilai dari hal yang lebih baik. Mungkin mobil itu ngga punya arti buat kamu. Tapi untuk aku mobil itu berarti" ucap Adit. Davina terdiam sesaat. Ia menjauhkan dirinya dari Adit.
"Mobil Adit ada di rumah Davina kok. Nanti aku kembaliin" ucap Davina. Adit menoleh kepada Davina dan tersenyum tipis.
"Thanks" ucap Adit. Davina mengangguk senang dan kembali bersandar pada lengan Adit.
"Jangan kaya gini Davina" keluh Adit lagi namun Davina tetaplah Davina Ia tak akan perduli.
***
Seperti biasa Adit harus mengangkat tubuh Ramping Davina yang tertidur menuju kamarnya. Setelah melepas sepatu dan menyelimutinya Adit pun keluar dan turun ke bawah. Di sana Ia bertemu Dava,Sarah dan Juga Mira yang menunggunya.
"Dit..sorry banget ya" ucap Dava
"Ngga papa mas" ucap Adit
"Kamu udah makan? Makan dulu ya? Atau biar Sarah bikin sesuatu buat kamu" ucap Mira
"Ngga usah tan makasih. Udah malam juga. Kasihan Sarah,Adit juga mau pulang" ucap Adit. Sarah mengangkat kepalanya menatap Adit. Ia cukup tertegun dengan ucapan Adit yang terkesan peduli padanya. Namun kemudian Sarah menyadarkan dirinya sendiri. Bahwa tentu saja Adit hanya berbasa-basi. Menolak untuk di sana dengan cara Sehalus mungkin. Ya,mengapa juga Adit harus di sana ketika kekasihnya sudah tertidur.
"Ngga mau ngobrol dulu dit?" Tanya Dava
"Sorry banget mas. Gua banyak Deadline tugas mas" ucap Adit. Dava pun mengangguk.
"Oh yaudah hati-hati ya." Ucap Dava.
"Eh sebentar Dit, Tadi Sarah bikin siomay dan itu enak loh. Biar Sarah bungkusin buat kamu ya" ucap Mira
"Ngga usah ngerepotin tante" ucap Adit
"Engga kok. Sarah tolong bungkusin ya" ucap Mira. Sarah mengangguk dan meninggalkan mereka.
Dava dan Adit berjalan menuju teras depan dan mengobrol sesaat di sana menunggu Sarah datang.
"Jadi kapan sidang?" Tanya Dava dan duduk di kursi yang ada di Teras 
"Euhm semester depan mas" ucap Adit. Dava pun mengangguk.
"Dit,gua tau mungkin lu udah capek banget ngadepin Davina. Semoga lu lebih sabar lagi ya. Inget bokap gua dan bokap lu udah sepakat untuk ngejodohin kalian. Lagi juga Bokap gua udah nitipin Davina ke lu. Gua harap lu bisa jaga Davina dan kejadian kaya gini ngga terulang lagi" ucap Dava. Adit hanya mengangguk tanpa tau harus menjawab Apa.
"Davina emang nyebelin. Tapi lu pasti kenal dia. Sebenarnya dia baik dan yang paling penting dia cinta banget sama lu. Gua percaya banget sama lu,gua ngehormatin lu,gua juga udah nganggep lu seperti adik sendiri. Tapi dit seperti yang lu tau. Perasaan Davina segala-galanya buat gua. Gua ngga akan ngebiarin siapapun nyakitin dia" ucap Dava. Adit masih hanya terdiam. Dava mengangkat kepalanya dan menatap Adit. Ia tersenyum Ramah namun penuh Arti.
"Lu ngerti maksud gua kan dit?" Tanya Dava.
"Iya mas" ucap Adit. Ponsel Dava berdering. Dava melirik ponselnya kemudian Ia berdiri. Dava memegang pundak Adit.
"Gua masuk dulu ya,salam buat nyokap" ucap Dava,Ia menepuk pundak Adit. Sarah pun keluar dengan plastik di tangannya.
"Sar.. kalau udah selesai. Masuk ya. Jangan kelamaan di luar nanti sakit" ucap Dava dan mengusap kepala Sarah lembut lalu meninggalkan mereka berdua. Sarah mengangguk dan mendekat pada Adit yang terlihat melamun.
"Adit.." panggil Sarah. Adit tak merespon Ia masih terbenam dalam pikirannya sendiri.
"Dit"panggil Sarah lagi. Adit bergeming. Ucapan Dava terlalu membuat pikirannya melayang jauh. Sarah memberanikan diri untuk menyentuh Adit. Adit pun sedikit terperanjat.
"Hmm sorry." Ucap Sarah. Adit pun berdiri dari duduknya.
"Kamu ngga papa?" Tanya Sarah. Adit terdiam sesaat. Sarah pun mengulurkan plastik berisi siomaynya.
"Ini,euhm akan lebih enak kalau di hangatkan lagi. Bumbu kacangnya aku pisah. Bisa kamu simpan di kulkas." Ucap Sarah. Adit mengambil plastik itu.
"Thanks" ucap Adit datar.
"Makasih juga karna udah antar adik aku pulang" ucap Sarah. Adit mengkerutkan keningnya.
"Oh Davina. Iya" ucap Adit
"Yaudah sana pulang. Masih ujan sih. Tapi kamu pakai mobil kan. Hati-hati" ucap Sarah.
"Aku tau" ucap Adit. Ia pun melangkahkan kakinya untuk meninggalkan sarah namun Sarah menahan Adit dengan ucapannya.
"Adit" panggil Sarah lembut. Adit menghentikan langkahnya dan menoleh kepada Sarah.
"Aku tau kamu mungkin kamu tersinggung,aku juga tau ini bukan urusan aku. Tapi paling tidak kamu ngga seharusnya marah ke Davina karna mengganti mobil kamu dia tulus ngelakuin itu. Dia bahkan cari sendiri mobilnya untuk kamu. Aku pikir dia cinta dan peduli banget sama kamu" ucap Sarah.
"Kalau kamu tau ini bukan urusan kamu maka jangan ikut campur. Kita tidak sedang dalam hubungan bisa saling menasehati atau menggurui. Urus saja urusan mu. Dan satu lagi bukan karna kamu kakak tiri Davina atau karna kita dalam satu kelompok kamu bisa bertingkah seakan-akan kita berteman. Buat aku kamu hanya seseorang yang aku kenal dan ngga akan pernah menjadi lebih. Jadi tolong jangan bertingkah memuakan" ucap Adit dan meninggalkan Sarah. Sarah hanya terdiam di tempatnya tanpa mampu mengatakan apapun entah mengapa hatinya terasa begitu ngilu mendengar ucapan Adit. Sarah sungguh tidak tau apa yang membuat Adit begitu membenci dirinya.
***
HAPPY READING ya... 😘

No Doubt,Just Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang