💖6

1.7K 127 9
                                    

Davina berlari dengan riang ketika melihat pria yang di tunggunya sejak tadi.
"Adiit" panggil Davina dan memeluk Adit. Adit tak mebalas sedikitpun pelukan Davina.
"Adit kemana aja? Davina muter-muter nyariin Adit tau" ucap Davina dan melepas pelukannya. Adit pun berjalan pelan yang di ikuti oleh Davina. Seperti biasa Davina bergelantung manja pada tangan Adit.
"Adit udah makan belum? Adit selesai kelas jam berapa? Adit pulang bareng ya,Davina ngga bawa mobil." Ucap Davina. Adit tak menjawab semua ucapan Davina hanya terus berjalan. Davina pun terus mengikuti langkah Adit. Hingga mereka berhenti di depan sebuah kelas. Adit membuka pintu kelas.
"Masuk" ucap Adit. Davina menatap Adit kemudian kelas tersebut. Davina mendesah kesal,Ia sungguh ingin memaki Dava karna memberitahu Adit tentang jadwal kelasnya.
"Tapi Adit jangan pulang duluam ya" ucap Davina. Adit mengangguk.
"Janji dulu" ucap Davina. Adit menatap dingin Davina.
"Yaudah kalau kamu ngga mau masuk. Itu artinya kamu ngga perlu lulus cepat dan aku ngga perlu menikahi kamu dengan cepat" ucap Adit. Davina pun dengan cepat. Mengecup pipi Adit dan masuk ke dalam kelas tak lupa menutup pintu kelas itu. Adit menyentuh pipi yang di kecup Davina tadi. Tak ada ekpresi apapun dari wajah Adit. Adit pun meninggalkan kelas Davina. Lalu melanjutkan langkahnya menuju kelasnya yang tak jauh dari kelas Davina. Adit masuk ke dalam dan Ia pun dudul di kursi kosong yang sudah di siapkan oleh ke tiga temannya itu. Hanya mereka berempat dikelas itu yang berbeda angkatan.
"Eh ada pacarnya Queen Davina nih" ledek Juan.
"Tadi ya tuan putri lo itu bikin kerusuhan di kelas nyariin lo gitu" ucap Shakila dengan nada tak suka.
"Gua liat Brivta juga loh. Jangan bilang si Brivta mau kuliah di sini juga" ucap Juan. Adit tak menjawab apapun. Ia hanya mengeluarkan netbooknya.
"Oh yang mukannya sok seksi itu yang namanya Brivta. Mantan kamu kan?" Ucap Shakila galak pada Rendy. Rendy tak mengatakan apapun hanya ikut diam. Ia sungguh tak ingin mencari masalah dengan kekasihnya itu.
"Iya Sha,lama tuh Rendy sama Brivta jaman SMA. Rendy kan yang ngeMos Brivta terus ngejar-ngejar Brivta gitu" ucap Juan.
"Kalau lo semua mau ngeggosip mending keluar. Jangan ganggu hak orang lain" ucap Adit dingin.
"Yaelah galak Amat pak" ucap Juan. Kemudian mereka berempat menoleh kearah seseorang yang tanpa sengaja membuat kebisingan karna terjatuh dan buku-bukunya pun ikut terjatuh. Semua mata memandang pada wanita bertubuh gempal itu sesaat lalu kembali kepada kesibukan mereka masing-masing ya memang begitu siapa yang akan peduli dengan seorang gadis gendut. Coba saja yang terjatuh wanita secantik Davina sudah dapat di pastikan semua pria akan berlari menolong wanita itu. Adit hanya menghela napasnya mendapati siapa wanita yang ternyata sekelas dengannya yang tak lain adalah Sarah wanita yang hari ini menjadi korban kekasihnya. Sarah yang sudah kembali berdiri pun bersiap untuk duduk,Ia berniat untuk duduk di kursi kosong yang ada di depan Adit namun tanpa ada yang menyangka Adit Tiba-tiba saja menendang bangku itu. Hingga Sarah terlonjak kaget begitupun yang lainnya. Termasuk Juan,Shakila dan Rendy. Jika Davina yang bersikap seperti itu tentu mereka tak kaget. Tapi kali ini adalah seorang Aditya Bramantyo. Pria dingin yang tak pernah peduli dengan lingkungan sekitarnya.
"Pindah tempat lain. Gua ngga mau lu ngehalangin pandangan gua dengan badan lu" ucap Adit dingin tanpa menatap Sarah. Sarah memandang Adit dengan tatapan tak percaya. Ia sungguh tak habis pikir apa semua orang di kampus ini hanya dapat menilai seseorang dari penampilan saja? Di universitasnya dulu Ia bahkan masih dapat memiliki teman meskipun Ia gendut dan jelek. Namun seberapa pun kesalnya Sarah,Ia tak berani mengatakan apapun. Ia hanya dapat pergi dan menjauh. Sarah memelih kursi paling belakang.
"Are you oke bro?" Tanya Juan
"Lu kenapa sih dit?" Tanya Shakila. Adit tak menjawab apapun Ia hanya melanjutkan mengetik pada Netbooknya. Rendy menoleh ke arah Sarah yang sudah duduk di kursi belakang menunduk ketakutan. Pandangan yang lain pun mengarah pada mereka.
"Lu kenal sama dia?"tanya Rendy. Adit tetap tak menjawan pertanyaan ketiga temannya itu. Karna Ia sendiri pun tak tau mengapa Ia melakukan hal itu.
"Kalau menurut gua lu keterlaluan sih dit, emangnya tuh anak salah apa sama lu? Lu kebanyakan gaul sama nyonya lu itu sih" cibir Shakila kesal dan memutuskan untuk berpindah tempat duduk kebelakang. Ia duduk di samping Sarah. Adit tak mau peduli. Terserah shakila dan yang lainnya mau apa. Itu sama sekali bukan urusan Adit.
Shakila mengulurkan tangannya pada Sarah.
"Hai.. Shakila" sapa Shakila. Sarah menoleh dan dengan ragu-ragu Ia menjabat tangan Shakila.
"Sarah" ucap Sarah dengan ragu-ragu. Ia sungguh merasa trauma dengan beberapa sikap orang-orang kepadanya baru-baru ini. Sarah sungguh kesulitan beradaptasi di tempat itu,benar-benar berbeda di tempatnya. Paling engga meskipun kampusnya bukan kampus se mewah emerald tapi di sana mahasiswa/i mempunya sikap yang baik. Bahkan hampir tak pernah ada yang terang-terangan merendahkanny. Entah kalau di belakangnya.
"Apa kau mengenal Adit?" Tanya Shakila.
"Adit?" Tanya Sarah bingung. Shakila menunjuk Adit dengan wajahnya. Sarah dengan cepat menggeleng.
"Euhm.. maafin sikapnya ya. Biasanya dia ngga kaya gitu. Dia emang dingin sih tapi ngga kaya tadi gitu." Ucap Shakila. Sarah pun mengulas senyumnya.
"Ngga papa kok" ucap Sarah
"Mungkin ketularan pacarnya kali ya." Ucap Shakila.
"Pacarnya?" Tanya Sarah. Shakila menatap Sarah semakin bingung.
"Kamu ngga kenal? Anak baru ya?" Ucap Shakila. Sarah pun mengangguk.
"Kalau begitu kamu harus hati-hati sama yang namanya Davina. Duh,jangan sampe deh berurusan sama dia. Mengerikan" ucap shakila. Sarah pun hanya dapat mengangguk. Paling tidak Ia tau pria tampan itu adalah kekasih Adik tirinya. Pantas saja mereka pacaran sama-sama mempesona sekaligus mengerikan.
"Semester berapa? Dulu pindahan dari mana?" Tanya Shakila mengitrogasi dengan cerewetnya.
"Semester 5,dari universitas udayana" ucap Sarah
"Wah.. anak negeri. Pinter dong ya. Pasti susah deh menyesuaikan disini kan beda banget sama negeri. Apa lagi mahasiswanya. Kalau gua semester 7. Kalau butuh bantuan apa-apa bilang gua aja. Gua dan temen-temen gua asik kok anaknya. Ya kecuali yang satu itu. Tapi serius deh biasanya Adit ngga kaya gitu." Ucap Shakila tanpa jeda. Lagi-lagi Sarah hanya bisa mengangguk dan berusaha untuk tersenyum. Meskipun Ia begitu merasa canggung.
"Kita tuh di sini karna tahun lalu kita ngga ambil mata kuliah. Tahun lalu mata kuliah ini belum wajib. Sekarang jadi wajib. Ngeselin kan?" Ucap Shakila lagi.
"Iya kak" ucap Sarah.
"Oh by the way.. lu di sini kos? Atau gimana? Kalau kos tinggal bareng gw aja gua sendiri loh soalnya ortu gua di german." Ucap Shakila lagi.
"Aku tinggal sama mama" ucap Sarah. Shakila pun mengangguk dan tak beberapa lama dosen pun memasuki kelas itu. Membuat Sarah selamat dari ocehan shakila yang mungkin saja akan lebih panjang dari sinetron Indonesia.
***
Kurang lebih 2 jam Adit di dalam kelas. Adit pun menyerahkan quisnya lebih dulu lalu keluar dari kelas tersebut. Bertepatan dengan itu Davina baru saja akan masuk ke kelas Adit. Dari kejauhan Sarah hanya dapat memandangi dua orang itu. Sungguh senang menjadi cantik dan kaya Raya,bahkan Davina bisa keluar masuk ruangan mana saja seenaknya.
"Hei..baru aku mau nyusul kamu"Ucap Davina. Adit hanya menatap tak suka lalu berjalan lebih dulu tanpa ragu-ragu Davina pun menyusul Adit. Setelah kepergian Davina yang lain pun mendesah kesal bahkan termasuk sang dosen yang selalu merasa kalau Davina selalu semaunya. Sarah yang tanpa sadar masih memandang ke arah pintu pun di kagetkan oleh ucapan Sarah.
"Itu tuh yang namanya Davina. Orang bilang sih Cantik. Cantik apanya, biasa aja gitu. Ya untung aja di tajir melintir. Eh udah tau belum gossipnya kalau Adit tuh terpaksa pacaran sama dia" ucap Shakila pada Sarah. Sarah pun menoleh pada Shakila. Sebenarnya Ia tak mau tau. Tetapi Ia juga sedikit penasaran.
"Iya, jadi tuh dulu bokapnya Adit bangkrut gitu. Jadi ya mereka di jodohin gitu. Ya semacam ortunya Adit ngejual Adit gitu sih. Lihat aja Adit mukannya aja ngga bahagia gitu. Jadi mereka itu bukan pacaran tapi majikan sama Assitantnya"ucap Shakila. Sarah kembali menatap ke arah pintu tadi. Jadi itu yang ngebuat Adit begitu menurut dengan Davina. Tetapi masa sih Adit ngga sedikit pun tertarik pada Davina. Bukannya Davina itu cantik,luar biasa cantik. Sarah menggelengkan kepalanya. Ia sungguh tak ingin ikut campur. Ia hanya ingin lulus kuliah secepatnya lalu ia bisa dapat pekerjaan agar tidak perlu lagi serumah dengan Davina.
***
Davina mengejar-ngejar Adit hingga parkiran. Adit masuk kedalam mobilnya dan Davina mengikuti.
"Adit.. kenapa sih?" Tanya Davina
"Emang kamu harus selalu masuk kelas kaya gitu ya?" Ucap Adit.
"Abis Adit lama!" Ucap Davina
"Kamu bisa ngga sih sedikit aja ngehargain orang lain?" Ucap Adit.
"Iya deh iya. Aku ngga kaya gitu lagi. Tapi Adit jangan marah ya." Ucap Davina dan bergelayut manja pada lengan Adit. Adit hanya bisa menghela napasnya.
"Kita makan dulu ya baru pulang. Aku belum makan" ucap Davina.
"Aku harus ngerjain tugas" ucap Adit. Davina mengkrucutkan bibirnya.
"Yaudah aku ngga usah makan" rajuk Davina dan kini bersandar pada pintu mobil. Adit pun menjalankan mobilnya. Sepanjang perjalan Davina tak mengatakan apapun hanya terus menekuk wajahnya.
"Kamu mau makan dimana?" Tanya Adit yang akhirnya memilih mengalah. Karna tentu saja jika Davina sakit akan lebih merepotkannya. Davina pun merubah wajahnya menjadi ceria.
"Euhm aku mau bbq, kita ke resto korea yah" ajak Davina dan kembali merangkul lengan Adit lalu bersandar di sana. Adit pun hanya menuruti kemauan Davina.
"Adit,kamu ngga bosen ya pakai mobil ini terus? Kamu kan udah 4 tahun pakai mobil ini" ucap Davina dan memandangi mobil Adit.
"Ini masih bisa di pakai" saut Adit singkat. Davina pun hanya mengedikan bahunya dan menatap isi mobil itu dengan tatapan tak suka.
***
Adit dan Davina baru saja menyelesaikan makan mereka. Davina pun meminta bon kepada pelayan. Pelayan mengantarkan bon pembayaran untuk Davina. Adit sudah memberikan kartu kreditnya namun Davina mengambil kartu Adit dan mengeluarkan miliknya.
"Aku aja yang bayar" ucap Adit. Davina mengabaikannya dan meminta pelayan untuk membawa kartu miliknya. Davina pun mengbalikannya pada Adit. Adit menatap Davina tak suka.
"Kalau kamu mau ngelakuin apapun yang kamu suka. Lakuin aja semua hal sendiri" ucap Adit.
"Kok Adit ngomong gitu. Emang Davina salah apa?" Ucap Davina.
"Kamu ngga pernah salah" saut Adit dingin. Adit pun mengambil kartunya dan memasukan kembali ke dalam dompetnya.
"Dit,kita cari sepatu yuk" ucap Davina.
"Aku ada tugas Davina" ucap Adit.
"Duh please deh Adit. Tugas kan ngga akan bikin kamu mati kan? Bisa besok atau lusa kan? Mending kita cari sepatu. Sepatu kamu itu udah ngga up to date banget tau dit. Kamu itu harus fashionable dong kan kamu pacar aku" ucap Davina. Adit menatap Davina cukup dalam.
"Ya memang seperti inilah kamu. Kamu ngga pernah menganggap urusan orang lain penting" ucap Adit dan berdiri dari kursinya lalu meninggalkan Davina. Davina pun ikut berdiri,Ia sudah akan mengejar kalau saja pelayan tak lebih dulu memanggilnya untuk mengembalikan kartu Davina.
***
Hallloooo happy Reading yaa... 😀😀😀😀😀

No Doubt,Just Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang