Ada waktu di mana siang tak selamannya terang,terkadang membuat kita sedikit berharap akan ada sedikit perubahan pada rutinitas yang biasa terjadi. Meskipun perbandingannya sangat kecil namun harapan itu masih ada,harapan untuk menjalani satu hal yang berbeda dari peristiwa biasanya. Adit berada di balkon kamar matanya menatap ke arah bulan,yang bentuknya hanya terlihat sebagian, di iringi angin malam yang menyapu wajah tampannya yang selalu menjadi idola. Wajahnya yang oval,tulang rahang yang tegas,hidung yang mancung serta mata sipitnya hanya terlihat bag lukisan yang tak bernyawa. Tak ada expresi hanya dingin dan kosong. Entah apa yang di sembunyikan di balik topeng maha tampan itu, kesedihan kah?, kemarahan kah?,Kegelisahan?, atau mungkin kebahagian?.
Adit menatap ponselnya yang berlatar belakang fotonya dan juga kekasihnya,tidak tetapi tunangannya calon pendamping hidupnya kelak. Masih dengan tanpa ekspresi di wajahnya, Ia menatap beberapa foto milik Davina foto yang memang patut di akui luar biasa cantiknya. Apakah benar adit tak tergoda dengan segala ke cantikan yang Davina miliki? Hampir seluruh lelaki di muka bumi ini menginginkan pendamping hidupnya berparas seperti Davina namun mengapa Adit tak merasa seberuntung itu? Atau mungkin hanya berpura-pura menutupi perasaan beruntungnya itu.
Di tempat yang berbeda dengan situasi yang tak jauh berbeda di depan balkon kamar,dibawah sinar bulan serta sejuknya angin malam,berdiri pula seorang wanita yang berparas biasa namun wajahnya di penuhi aura-aura positif, ada kelembutan,ketegasan,kedamaian dalam setiap sudut matanya. Aura kecantikan yang tak semua orang mampu mengartikannya. Sarah menatap bulan yang hanya separuh itu dengan senyum tulus,seakan mereka memiliki rahasia besar yang memang hanya mereka berdua saja yang tau. Rahasia tentang di balik senyuman itu rahasia di balik hati seseorang. Bulan sepertinya banyak menyimpan ribuan kisah-kisah yang akan selalu terjaga ke rahasiannya sampai Alam yang mengungkapkan pada akhirnya.
***
Hari ini hari yang tak cukup mulus untuk Davina,Bangun kesiangan,kuis yang akan di laksanakan jalanan yang mendadak luar biasa padat,hingga parkiran favoritnya yang telah di pakai sesorang entah siapa itu. Davina memencet klakson dengan kesal kepada mobil yang tentu saja sudah tak ada pengemudinya itu, Davina pun tau hal yang di lakukannya akan sia-sia karna mobil itu tidak akan berpindah seberapa banyak pun keributan yang di perbuat oleh klaksonnya. Para Satpam dan tukang parkir berlarian menuju sumber suara. Setelah di rasa cukup dengan orang-orang yang akan Ia tumbalkan untuk Ia maki Davina pun turun dari mobilnya.
“Kalian tau kalau ini tempat parkir saya!” bentak Davina sekejap kecantika khas dewi aprodite tergantikan oleh kecantikan milik medusa.“maaf non, tapi bukannya tempat parkir non di parkir barat.” Ucap tukang parkir itu takut-takut.
“HEH! Mau gue parkir di barat utara selatan kutub sekalipun itu harus selalu ada tempat buat gue.” Maki Davina lagi
“baik non saya akan parkirkan mobil non di sini” ucap tukang parkir dengan rasa sangat takut.
“Ya Emang Lo harus!” bentak Nathea lagi dan melempar kunci mobilnya dengan jengkel lalu meninggalkan tempat parkiran yang cukup panas untuk kulit cantiknya itu.Davina berlari-lari menuju ruangannya untunglah kelas belum usai. Ia masih punya 35 menit untuk menyelesaikan kuisnya.
Mungkin bisa saja Davina meminta untuk menunda kuisnya terlebih dahulu namun ia sudah janji untuk tidak datang terlambat hari ini,tentu saja Davina merasa kesal pada dirinya sendiri yang tak bisa menepati janji.
Kuis sudah usai,mood Davina sudah tak seburuk pagi tadi. Davina melangkah menuju ruang Auditorium,Ia punya janji dengan Adit di sana.“adit” ucap Davina yang masuk ke auditorium ia melihat Adit duduk di bangku piano.
“hei” sapa Davina lagi riang dan menghampiri Adit.
Adit memutar duduknya menatap Davina,kali ini bukan wajah dingin melainkan wajah tegas.“Ada apa di parkiran tadi pagi?” ucap Adit dengan tatapan mengintrogasi.
“parkiran, gak ada apa-apa oh ya tadi aku ikut kuis loh” ucap Davina mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Davina” ucap Adit
“eh,mainin lagu dong” ucap Davina menekan-nekan tuts piano
“oke,anggap aku ngga pernah tanya ini” Ucap Adit dan akan pergi, Davina menggapai tangan Adit. Davina duduk di kursi piano.
“Maaf” ucap Davina
“Minta maaf bukan sama aku” ucap Adit
“iya,aku minta maaf sama mereka” ucap Davina
“sekarang” ucap Adit
“iya,” ucap Davina
Mereka berdua pun menuju tempat mobil Davina di parkirkan. Tukang parkir yang tadi segera menghampiri Davina.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Doubt,Just Love!
Romance"Cinta itu bukan tentang memberi dan menerima.Tetapi tentang terus memberi tanpa pernah berfikir apa yang akan kamu terima."