💖41

1.6K 131 15
                                    

Angin laut menerpa wajah cantik Davina,membuat rambut hitam Indahnya ikut bergerak tak beraturan menutupi sebagian wajah sedih Davina. Tangan Davina meremas dengan gemetar kayu pembatas disana. Berkali-kali Ia menarik napasnya lalu menghelakannya. Terasa sekali bahwa setiap helaanya membawa rasa sakit yang luar biasa. Meskipun begitu tak ada satu pun air mata yang lolos dari matanya.
Fero memakaikan jaketnya pada pundak Davina. Davina menoleh pada Fero lalu kemudian tersenyum. Senyuman yang sangat lembut namun mengisyaratkan banyak sekali luka. Davina mengangkat tanganya dan menyentuh pipi Fero. Davina semakin melebarkan senyumnya.

"Kamu lapar?" Tanya Davina. Fero tak menjawab apapun Ia hanya terus menatap Davina.

"Hei.. bukankah seharusnya kamu senang sekarang. Tertawalah dan jadilah menyebalkan sebagaimana biasanya. Kamu mau ngeledekin aku sekarang hmm?" Ucap Davina yang kini mengangkat satu tangan lainnya untuk menangkup pipi Fero yang terasa mendingin. Ya tentu saja mereka sudah berada di sana lebih dari 3 jam.

"Kamu mencintai ku Fero?" Tanya Davina

Fero menggelengkan kepalanya. Davina semakin melebarkan senyumannya.

"Ishh.. kamu benar-benar membuat ku terlihat buruk. Harusnya kamu bilang kamu cinta sama aku dan kamu janji akan terus ngebahagiain aku" ucap Davina lagi. Fero menurunkan kedua tangan Davina dari pipinya. Ia menggenggam tangan itu.

"Vin.. Aku akan memberikan Adit untuk mu" ucap Fero. Davina menggelengkan kepalanya.

"Jangan.. jangan lagi. Aku akan baik-baik aja tanpa Adit. Aku janji. Aku janji pada mu aku akan baik-baik saja. Okey?"ucap Davina. Fero menatap Davina dengan begitu terluka.

"Tapi kamu ngga baik Davina" ucap Fero

"Sok tau! Aku baik..ya kalau aku sedih wajar dong. Namanya juga baru putus. Tapi aku ngga akan mati cuma gara-gara ngga ada Adit. Emangnya Adit siapa. Biar aja dia pergi sama Sarah gendut itu." Ucap Davina lagi dan kembali tersenyum kali ini memamerkan dertan gigi putih cantiknya.

"Vin..dia hanya salah paham kalau aka dia tau.."

"Ssst.. kalau dia cinta sama aku.. bahkan tanpa perlu tau itu. Dia akan tetap mencintai ku Fero. Udah ah.. aku ngga mau mikirin Adit. Oke" ucap Davina

Fero tak mampu mengatakan apa-apa lagi Ia hanya menatap Davina dengan sendu.

"Euhm.. sekarang Davina lapar.. makan yuk..Davina ngga mau makan dirumah. Davina masih marah sama Sarah. Tapi kalau Sarah masak-masakan yang enak nanti Davina tetep makan. Jadi kita makan di luar aja ya.. yaa..yaa" ucap Davina dan menarik-narik kaos Fero. Fero hanya menganggukan kepalanya singkat.

"Yess... gendong" ucap Davina

"Ngga mau." Ucap Fero. Davina memukul lengan Fero.

"Issh.. turun ngga cepet" ucap Davina

"Kenapa harus gendong sih vin" ucap Fero

"Ya Gendong aja" ucap Davina. Fero pun mengalah. Ia membungkukan sedikit Badannya membuat Davina bisa naik dan Fero menggendong belakang Davina mereka berdua pun meninggalkan tempat itu.

.
.
.
Dava yang sejak tadi mondar-mandir di tempatnya pun menoleh saat mendengar suara tawa Davina. Mira dan sarah pun ikut berdiri dari duduk mereka. Masuklah Davina yang sedang memukuli lengan Fero dengan terus tertawa.

"Ohh.. jadi gitu. Aku baru tau" ucap Davina pada Fero. Fero hanya mencoba tersenyum pasalnya Ia tau cerita yang ia ceritakannya tak selucu dengan Apa yang di tertawakan Davina.
Tawa Davina terhenti saat melihat tiga orang yang menunggunya.

"Loh kalian belum tidur?" Tanya Davina. Ia pun melirik jam di tangannya.

"Udah jam 11 malam loh. Kaka ngga kerja besok?" Tanya Davina dengan wajah polosnya seakan-akan tak tau bahwa semua orang di sana mengkhawatirkannya.
Dava menatap bingung ke arah Davina. Ia seakan ingin mengatakan sesuatu namun Fero memberikan gelengan yang sangat pelan.

No Doubt,Just Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang