Davina terus mengekori Fero dan menarik-narik baju Fero.
"No..no. Aku ngga mau ke Bali" ucap Fero.
"Ih Ayo.. kan kasian Sarah kalau lu ngga ikut Fero." Rengek Davina. Fero melepaskan tangan Davina dari bajunya."Ya ngga usah ikut. Kamu aja berdua sama mr.flat kamu" ucap Fero
"Fero....nangis nih" rajuk Davina
"Ada apa sih ini?" Tanya Mira
"Itu Tante.. Feronya ngga mau ikut" ucap Davina
"Yaudah vin.. ngga usah di paksa ka Fero mungkin sibuk" ucap sarah
"Aaah.. ngga boleh. Harus ikut" rengek Davina dan menyentak-nyentakan kakinya.
"Adit... Feronya" ucap Davina yang kini memeluk Adit dan menangis di sana.
"Yaudah kalau dia ngga mau. Ngga usah di paksa. Ngga semua hal harus persis seperti yang kamu mau kan?" Ucap Adit tanpa Ekpresi.
"Tapi aku maunya Fero ikut" ucap Davina lagi
"Cengeng" ucap Fero
"Makannya Ikut" ucap Davina
"Engga ah.. kalau berdua sama kamu doang aku mau" ledek Fero yang langsung mendapatkan tatapan dingin dari Adit.
"Udah kamu ikut aja sana Fero. Sekalian temani Sarah" ucap Mira
"Duh tante Mira yang cantik. Aku sih ngga ada masalah pergi sama Sarah. Masalahnya itu males banget pergi sama Davina" ledek Fero
"Kak.. bilangin Fero suruh ikut"ucap Davina yang kini mendekat kepada Sarah dan menarik-narik tangan Sarah.
"Kak Fero..ikut aja ya. Please kasian Davinannya" ucap Sarah
"Duh..jangan kamu yang minta dong aku kan jadi luluh" ucap Fero dan mengerling Sarah. Adit lagi-lagi menatap Dingin ke arah Fero. Ya katakan saja dia memang egois. Tapi Ia tidak suka baik Sarah ataupun Davina di dekati oleh Fero.
"Bilang dulu Fero ganteng" ucap Fero dan menarik pipi Davina. Davina menggeleng.
"Kenapa ngga mau?" Tanya Fero
"Fero ngga ganteng. Gantengan Adit" ucap Davina
"Wah anak ini.. yaudah pergi sama Adit aja sana" ucap Fero
"Ngga mau.. maunya berempat" ucap Davina
"Yaudah bilang dulu Fero ganteng" ucap Fero
"Engga mau..engga boleh bohong. Fero ngga ganteng" ucap Davina. Fero menarik pipi Davina.
"Emang dasar Davina cengeng keras kepala. Yaudah mau berangkat kapan?" Ucap Fero yang akhirnya mengalah. Sebenarnya Ia memang sudah berniat Ikut sejak pertama kali Davina minta namun niat ingin mengerjai Davina sungguh lebih besar untuk Fero.
"Besok...!" Ucap Davina cepat. Ia bahkan menghentikan rengekannya dan tersenyum ceria.
"Besok kita pergi jadi semuanya siap-siap ya." Ucap Davina. Davina pun menghampiri Adit dan memeluk pinggang Adit.
"Sayang boleh pulang deh. Biar bisa siap-siap untuk besok" ucap Davina. Adit menatap Sarah dan fero lalu menatap Davina sesaat.
"Yaudah aku pulang" ucap Adit dan melepas tanga Davina pada pingganya.
"Aku antar ke depan ya?" Tawar Davina.
"Engga usah aku bisa sendiri." Ucap Adit. Davina mengkrucutkan bibirnya namun Ia tak mau mencari masalah dengan Adit sehingga Ia pun hanya mengangguk menyetujui."Yaudah Adit hati-hati ya" ucap Davina manja dan dengan cepat mengecup pipi Adit. Adit pun berpamitan singkat dengan Mira dan yang lainnya lalu keluar dari rumah mewah itu.
.
.
.
Adit sudah sampai di dalam rumahnya, Ia mendudukan dirinya di sofa. Kepalanya Ia sandarkan dan Adit pun memejamkan matanya. Ia sungguh tidak tau apa yang Ia mau sekarang. Ia pikir melepas Davina akan mudah nyatanya Ia sendiri tak mengerti mengapa Ia belum sanggup melepaskan Davina. Rasa hutang budi Ayahnya membelit pada dadanya. Jika bukan karna bantuan orang tua Davina dia tidak akan lahir dan jika bukan karna dirinya yang kabur mungkin kecelakaan pesawat itu ngga akan terjadi.
Ratih yang baru saja pulang menghanpiri Anaknya. Ia duduk di samping Adit dan mengusap lembut anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Doubt,Just Love!
Romance"Cinta itu bukan tentang memberi dan menerima.Tetapi tentang terus memberi tanpa pernah berfikir apa yang akan kamu terima."