Anak berkacamata itu tidak hanya menarik dasi Banzai agar kendur dan tidak beraturan (seperti yang dilakukannya di awal mereka bertemu), kini dia juga mengambilnya. "Kau tidak boleh rapi seperti ini. Ingin terlihat keren kan?"
Jalan di sekitar lorong sudah sepi sekali. Benar saja, ini sudah dua jam lewat setelah bel pulang sekolah. Tidak ada murid yang betah berada di sekolah lama-lama. Semua langsung rebutan keluar dari gerbang, tentunya kecuali murid-murid yang punya kesibukan yang menurut mereka penting dan bisa berguna untuk masa depan mereka, seperti OSIS dan ekstrakulikuler. Dan Geng Juara sekarang juga sedang punya misi penting. Mereka selalu berhasil mendeteksi bibit-bibit yang kemungkinan besar akan menyaingi mereka. Itu tidak boleh terjadi.
"Tapi kata Pak Jun," tukas Banzai, namun kalimatnya terpotong.
"Dengarkan saja apa yang kami katakan. Dulu di awal kami juga seperti itu. Lihatlah kami sekarang, siapa yang tidak kenal kami," ucap anak berkacamata itu. "Iya kan teman-teman?" Dia menanyakan kepada semua anak yang datang bersamanya. Semuanya berseru mengiyakan dengan gayanya masing-masing.
Banzai tidak mengerti mengapa Pak Jun dan Geng Juara berbeda. Selama ini dia hanya melakukan apa yang orang-orang pinta untuk dia lakukan. Tertulis kelas akan mulai pukul 7, maka dia akan datang maksimal jam 7. Tertulis seragam harus lengkap, maka dia tidak ingin ada bagian seragam yang tidak terpakai. Ditambah lagi Bi Unah, pembantu rumah tangga di rumahnya, selalu menggosok pakaian-pakaiannya hingga licin. Tertulis murid harus mendengarkan saat guru menerangkan, maka itulah yang dilakukannya. Termasuk ketika Geng Juara mengatakan murid baru akan terlihat keren jika berpenampilan berantakan, mereka bilang itu baik untuk anak baru. Seperti sudah menjadi bagian peraturan tidak tertulis diantara murid di sekolah ini. Benar Banzai ingin sekali terlihat keren dan memiliki banyak teman. Dia tidak tahu caranya memulai pertemanan. Namun kini dirinya sangsi dengan perkataan Geng Juara. Sangat berbeda dengan apa yang dipinta oleh Pak Jun. Lihatlah! Di hari pertama dia berpenampilan seperti ini saja dia telah mendapat teguran dari Pak Jun.
Dia telah terdidik sejak kecil seperti itu. Mengikuti aturan. Mengikuti perkataan orang (selama ini yang diikutinya adalah perkataan orangtuanya dan Bi Unah). Dan dia dapat bangku terdepan pun (di hari pertama dan beberapa hari berikutnya) karena di hari pertama saat dia baru pindah ke sekolah ini, Pak Jun menyuruhnya duduk di depan. Tidak ada maksud selainnya. Lalu dengan begitu dia berfikir bahwa bangku tersebut memang bangku yang diperuntukkan kepadanya. Bukan bangku lain. Kebetulan murid yang biasanya duduk disitu sedang tidak masuk. Murid tersebut salah satu anggota Geng Juara. Ini menjadi pemicu pertama geng paling besar di sekolah ini memulai aksinya kepada Banzai. Ada peraturan tidak tertulis bahwa tidak ada yang boleh menduduki kursi-kursi para anggota Geng Juara. Tapi bukankah Banzai tidak mengetahui semua itu? Lagipula Pak Jun yang menyuruhnya. Dia hanya mengikuti apa yang disuruh orang lain, apalagi jika itu seorang guru.
"Bukankah seragam harus dipakai dengan rapi?" ucap Banzai lagi. Dia ingin sekali segera terbebas dari Geng Juara. Tapi mereka semua ada tujuh orang. Mengelilingi Banzai yang sekarang sedang tersudut di ujung lorong. Dia takut mereka tidak sungguhan mau membantunya beradaptasi dengan sekolah ini. Penampilan mereka terlihat sangat rapi, tapi mengapa malah menyuruhnya berpakaian tidak rapi bahkan tidak lengkap?
"Kamu berhak mendengarkan apa kata Pak Jun, tapi apa yang kami katakan ini hanya demi kebaikanmu saja kok. Percaya pada kami," ujar salah satu dari mereka yang Banzai baru tahu anak tersebut sedang mencalonkan diri menjadi ketua OSIS. "Di sekolah ini tidak ada satu pun murid yang tidak pernah mengikuti saran baik dari kami. Coba tanyakan saja pada murid manapun yang kamu temui."
"Jadi aku harus coba menanyakan kepada mereka?" tanya Banzai lagi.
"Yap betul sekali. Tanyakan kepada mereka apakah Geng Juara selalu bersikap baik pada mereka atau tidak," ucap Si calon ketua OSIS dengan senyuman paling menawan yang pernah dia punya. "Daripada panjang lebar, sekarang dengarkan kami saja." Yang berucap berdeham sekali dan merangkul Banzai, "Oke. Pertama yang perlu kamu lakukan agar murid-murid disini tertarik untuk berteman denganmu adalah jadilah beda. Lihat semua murid disini, semuanya berpakaian rapi. Jadilah beda, dan kamu akan menjadi pusat perhatian. Kalau perlu pakailah aksesoris yang mencolok, supaya mereka menyukaimu. Berikutnya kamu berabunglah saja dengan kami, kita lakukan hal-hal yang menyenangkan."
"Wah. Benarkah aku boleh berteman dengan kalian?" sorak Banzai gembira.
"Tentu. Setelah ini kita akan bersenang-senang , oke?" rangkulan si kandidat calon ketua OSIS semakin erat. Tanpa diketahui Banzai, ada seulas senyuman di wajah teman barunya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Friends
Fiksi RemajaSepanjang 14 tahun Banzai hidup, dia belum pernah mempunyai teman. Apakah kamu mau menjadi temannya?