Kuharap kalian tulus. Tidak sedang berpura-pura atau terpaksa.
Hari-hari Banzai kembali normal. Cukup normal bagi kehidupan Banzai, dan mungkin tidak bagi orang lain. Dia tetap menjadi siswa yang bebal dan tidak taat aturan sekolah. Para guru termasuk guru BK sampai angkat tangan dan tidak peduli lagi dengan anak itu. Terserah dia sajalah mau seperti apa. Pokoknya orangtuanya masih membayar ke sekolah ini. Orangtua Banzai juga yang meminta agar Banzai jangan sampai dikeluarkan, mereka menjelaskan bahwa anak mereka hanya butuh waktu untuk penyesuaian saja karena selama ini homeschooling.
Mereka saja yang tidak tahu apa yang telah dialami Banzai selama ini. Semua orang di sekolah ini tidak tahu, kecuali Mala dan Geng Juara.
Sekarang Banzai kemana-mana berdua dengan Mala. Bukan hanya sebagai tanda maaf karena kemarin kemarin sempat cuek ke temannya ini, yang sudah berulang kali menolongnya, tapi juga untuk memastikan bahwa Geng Juara tidak mengganggu Mala. Banzai khawatir Geng Juara tidak bisa menjaga janjinya. Mereka kan licik dan munafik.
Sudah satu bulan setelah misi selesai. Woni telah kembali dengan membawa medali juara. Kejadian di hari itu cepat terlupakan. Dan tas kecil milik seorang siswi, yang bahkan Banzai tidak mengenalnya sama sekali, telah kembali secara ajaib keesokan harinya. Di bawah sofa. Tukang bersih-bersih yang menemukannya saat dia menyapu kolong sofa yang cukup sempit itu.
Saat Si tukang bersih-bersih menyerahkan tas itu ke BK, para guru yang ada disana terbengong heran. Bagaimana bisa? Kemarin mereka juga telah mencari di bawah kolong.
Tapi masalah telah terpecahkan di hari itu juga dengan diberangkatkannya Woni sebagai pengganti. Jadi sekolah tidak terlalu pusing sejak hari itu. Dan dengan cepat melupakannya. Jadi mereka tidak mencari jauh mengapa tas itu bisa ditemukan di kolong sofa secara tiba-tiba.
Tapi ini tetap tidak adil bagi cewek yang tidak jadi berangkat itu, Sari. Saat tas kecil itu kembali padanya dengan utuh tak berkurang apapun, hatinya tetap sakit sekali. Bagaimana tidak, dia yang seharusnya mewakili sekolah berangkat ke olimpiade itu, bukan Woni. Woni lagi Woni lagi. Sudah dua kali sebelumnya Woni berangkat, dan sekarang dia berangkat lagi? Sari memang bersaing ketat dengan Woni. Dia sedih sekali dan bertekad keberangkatan yang berikutnya haruslah dirinya.
Dan...
Dia juga tetap ingin membongkar misteri hilangnya tas kecilnya ini. Dia berjanji pada dirinya sendiri dan pencuri sialan itu.
Hari ini Banzai diantar supir. Dia menawari Mala untuk berangkat bareng. Dan pulangnya juga bareng. Banzai yang antar. Maksudnya, supir Banzai yang antar. Dia merasa tidak enak pernah beberapa kali diantar ke rumah tanpa membalas.
Setelah mengantar Mala, mobilnya melaju ke rumahnya. Sesampainya disana ada sebuah taksi yang berhenti di depan rumahnya.
"Siapa itu?" gumam Banzai.
"Kayaknya itu Mama Papa Den."
Oh, mereka pulang.
Banzai masuk ke dalam rumah dengan hati yang cemas. Dia takut dikecewakan lagi.
"Banzai..."
Itu Mama. Dia tidak berubah sejak setahun lalu. Ya, mereka belum pulang selama satu tahun ini.
Nyonya Lucky melebarkan tangannya. Biasanya ketika mereka datang Banzai akan langsung memeluk Mama-nya. Senyumannya tersungging manis di wajahnya yang juga manis.
Tapi kali ini berbeda. Kita tidak akan heran. Banzai sudah menyimpan sesak terlalu banyak. Orangtuanya memang keterlaluan. Mereka tidak mengacuhkan anak kandung mereka sendiri, lalu sekarang mereka datang seakan-akan mereka tidak pernah berbuat salah. Banzai tidak menggubris Mama-nya dan malah berlari menuju kamarnya. Mengunci pintunya.
Nyonya dan Tuan Lucky terkejut. Anak mereka telah berubah. Setahun lalu Banzai adalah anak yang penurut. Tidak banyak tingkah. Dan pendiam. Dari kecil dia memang jarang sekali keluar rumah. Dia pernah bersekolah di TK. Namun saat menginjak usia SD, orangtuanya memutuskan untuk menyekolahkan Banzai di rumah saja. Memanggil guru. Sejak peristiwa Banzai hampir dibawa kabur oleh supir taksi. Sejak saat itu pula Banzai trauma dengan taksi dan tidak ingin naik taksi sendiri. Dia juga tidak mau naik ojek sendiri. Tidak mau naik bajaj sendiri. Pokoknya tidak mau berduaan dengan orang yang tidak dikenal. Apalagi jika orang itu pria dewasa. Cukup merepotkan sebenarnya. Itulah yang menciptakan sesosok Banzai, anak yang pendiam, tidak berpengalaman dalam pertemanan, polos, terkesan penurut, tapi di dalam dirinya tumbuh rasa tidak percaya diri dan mudah mendendam.
Nyonya Lucky bergegas menyusul Banzai di lantai dua. Sedangkan Tuan Lucky masih di ruang keluarga, menyesap kopinya. Antara Mama dan Papa Banzai, yang lebih terlihat peduli ke anak semata wayang ini memang Mamanya. Sedangkan Papa Banzai jarang mengekspresikan perasaaannya di depan anaknya sendiri. Isi otaknya sudah terlalu penuh dengan urusan pekerjaan. Sekarang saja dia sedang memikirkan tentang nilai dollar yang terus naik. Ini sangat mempengaruhi usahanya.
Nyonya Lucky mengetuk pintu perlahan. "Banzai sayang... Keluar sebentar Nak. Kamu nggak rindu sama Mama?"
Tetap hening.
"Banzai... Sudah makan belum?"
Hening. Diketuknya lagi pintu. Kalau sampai sudah tiga kali ketuk, maka akan ditinggalkannya kamar ini. Eh, ini kan rumah sendiri, buat apa pakai aturan begitu.
"Anakku sayang... Mau cerita cerita sama Mama?"
"Sampai Mama tidur sama kamu di kamarmu nggak apa-apa kok Zai... Jarang-jarang kan kita bisa kayak dulu lagi... Mau Mama bacain cerita ju..."
Pintu tiba-tiba terbuka. "Eoh.."
Mata Nyonya Lucky membulat. Dia terkejut.
"Aku sudah bisa baca cerita sendiri."
Wajah Banzai masih cemberut. Namun beberapa detik kemudian dia memeluk Mamanya dan menangis sesenggukan.
"Mama.... Mama..."
Cuma itu yang bisa keluar dari mulutnya saat ini. Nyonya Lucky cukup mengerti kesedihan seperti apa yang dialami oleh anaknya ini melalui getaran tangisnya. Dia mengusap surai Banzai lembut.
Anaknya ini pasti kesepian sekali selama ini. Nyonya Lucky juga merasa sangat bersalah. Entahlah berada di luar negeri tanpa membawa anak, dan hanya berkutat dengan pekerjaan dan suami, membuatnya sejenak melupakan kewajibannya sebagai seorang ibu dan merasa lebih bebas seperti seorang single. Padahal disini, di Indonesia, ada anaknya yang mungkin setiap malam ingin mengulang masa-masa dulu saat dia masih dibacakan dongeng oleh Mamanya sebelum tidur.
![](https://img.wattpad.com/cover/138873705-288-k891985.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Friends
أدب المراهقينSepanjang 14 tahun Banzai hidup, dia belum pernah mempunyai teman. Apakah kamu mau menjadi temannya?