Tarik Ulur (3)

404 26 2
                                    

Siang ini, di aula sekolah akan ada pidato singkat para kandidat calon ketua OSIS. Wino merasa sangat percaya diri. Banzai jelas juga diajak dan diminta untuk mendukung Wino. Banzai sendiri sih oke oke saja, karena dia juga tidak kenal sama sekali dengan kandidat lain. Bahkan dia juga tidak tahu jumlah kandidat ketua OSIS ini.

Wino merangkul Banzai saat mereka berjalan menuju aula. Pakaian Wino dua kali lipat lebih rapi dari biasanya. Dia ingin terlihat lebih menakjubkan dua kali lipat dari biasanya. Wino sebenarnya termasuk cowok yang jadi idaman cewek-cewek di kelas ini, jadi tidak akan mengherankan kalau pendukung terbesarnya adalah para siswi. Dan kini dia sedang merangkul Banzai yang sama sekali tidak dikenal dimana-mana. Para cewek yang melihat mereka sepanjang jalan saling berbisik dan bergosip tentang siapa yang terlihat dekat dengan Wino, pujaan hati mereka.

"Kamu dukung aku kan?"

Banzai mengangguk mantap. Wah, orang-orang sedang melihat kearahnya sekarang. Tidak. Lebih tepatnya mereka sedang melihat ke Geng Juara. Kini Banzai sudah lebih mengenal setiap dari mereka. Mereka memang pantas jadi kelompok orang-orang keren. Zimmy, Ketua geng ini, adalah ketua kelas yang paling disegani, pintar dan nilai rapotnya selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolah ini. Dia juga anak donatur nomor satu di yayasan sekolah ini. Wino, Si calon kandidat Ketua OSIS yang paling kuat dan banyak pendukungnya. Selalu berhasil tampil percaya diri dan perkataannya selalu memikat siapapun yang mendengarnya. Kalian harus percaya, warna suaranya dengan tampangnya adalah berbanding lurus, Banzai sampai sangat yakin Wino akan dengan mudah menyingkirkan saingan-saingannya. Dia saja yang laki-laki, ketika diajak ngobrol seperti ini merasa senang sekali, apalagi para cewek saat mendengar Wino saat pidato diatas panggung nanti. Banzai kadang iri dengan Wino, dia cowok paket lengkap. Berikutnya Onggik, meski tidak sekaya Zimmy atau Wino dan merupakan murid pindahan dari kota kecil, Onggik bisa masuk Geng Juara dengan mudah. Kalau menurut Banzai, ini karena Onggik adalah teman yang supel, menyenangkan dan perhatian. Tapi yang Banzai tidak sadari adalah kelebihan Onggik yang utama bagi Geng Juara. Pandai merayu.

Woni. Dia siswa yang paling sering mengikuti olimpiade. Pantas sekali kalau bisa bergabung di Geng Juara. Dia pun kembaran identiknya Wino. Wajah dan perawakan mereka mirip 99%. Dan Banzai baru tahu kalau Woni tidak suka itu. Jadinya dia membuat potongan rambutnya sangat berbeda dari Wino. Jika Wino memiliki potongan rambut mengikuti tren yang sedang marak. Potongan rambut yang keren ala oppa oppa Korea. Sedangkan Woni memiliki potongan rambut yang selalu sama, tidak pernah berganti, poni panjang hingga menutupi sebagian mata, rambut selain poni yang sangat pendek. Jika Wino adalah cowok idola, maka Woni adalah cowok setengah gila. Begitulah panggilan mereka di sekolah ini. Ketika Woni lewat maka hawa-hawa kelam-lah yang dirasakan orang-orang disekitarnya. Kadang Banzai juga sedikit takut. Jika berucap perkataannya seringkali sinis. Namun beberapa hari ini sikap Woni ke Banzai lumayan selow.

Topan. Yang Banzai tahu tentangnya hanya dia tukang makan. Bagaimana tidak, perut Topan sebesar itu. Butuh diisi dengan banyak makanan, kalau tidak nanti kosong. Awalnya Banzai sedikit heran kenapa Topan bisa bergabung di geng ini. Tapi lama-kelamaan dia mulai paham. Topan seperti semacam bodyguard tak langsung Geng Juara. Siapapun yang melihat Topan berjalan bersama Geng Juara akan mengerti bahwa tidak ada yang boleh mengganggu Geng Juara jika tidak ingin berhadapan dengan murid berbadan besar ini.

Berikutnya ada Sam. Yang baru Banzai ketahui namanya akhir-akhir ini. Dia juga cowok yang famous di kalangan cewek tapi dengan persepsi yang berbeda. Kalau Wino adalah cowok idola yang susah didapatkan. Sedangkan Sam adalah cowok tampan tapi terkenal playboy yang mudah gonta-ganti pacar. Menurut Banzai, Sam sebenarnya anak yang cukup menyenangkan. Dia mudah bergaul. Ah, pantas saja sih kalau Sam mudah menggaet cewek. Oh iya dia juga pintar dalam berbagai mata pelajaran, tidak seperti kebanyakan playboy. Otaknya encer istilahnya.

Dan yang terakhir namanya diketahui oleh Banzai adalah Tama. Dia murid yang biasa-biasa saja. Tidak pintar tapi juga tidak bodoh. Tama inilah yang paling membuat Banzai heran, apa kelebihannya yang membuatnya dapat bergabung di Geng Juara. Tama juga jarang berbicara dan kelihatannya kurang bisa bergaul. Satu-satunya fakta yang dapat menguatkan keberadaannya di geng ini adalah dia sepupu Topan. Tama pun juga terlihat lebih sering berinteraksi dengan Topan daripada yang lain. Meski begitu, ketika Tama berjalan bersama Geng Juara, aura geng ini tertular juga pada dirinya. Kini pun Banzai juga merasakannya. Lihatlah semua bola mata yang menatap kearahnya sekarang!

Riuh tepuk tangan memenuhi aula saat para kandidat calon Ketua OSIS masuk ke dalan ruangan dan duduk di kursi terdepan yang disediakan untuk mereka. Sejajar dengan kursi-kursi para petinggi seperti kepala sekolah, pengurus yayasan dan para donatur. Sebelum berpisah dengan Geng Juara tadi, Wino sempat mengedipkan sebelah matanya ke Banzai. "Jangan lupa dukung aku."

Saat ini pemandangan yang membuat Banzai tercengang bukan riuh tepuk tangan ini. Tapi sesosok cewek yang sangat dikenalnya yang sedang berjalan menuju tempat duduk para kandidat. Mala.

Apa? Dia? Bagaimana bisa?

Seketika Banzai pun ingat dengan apa yang telah dilakukan Mala--Si cewek yang kini sedang mengunyah permen karet itu--kepadanya saat dia sakit beberapa hari yang lalu. Harusnya Banzai berterimakasih. Dia sudah memiliki niat akan itu. Tapi sekarang dirinya enggan untuk melakukannya, terutama di depan Geng Juara. Sekarang bahkan Mala memberikannya kejutan. Mala adalah salah satu kandidat calon Ketua OSIS?

Kebimbangan pun merasuki diri Banzai. Siapa yang harus dipilihnya, Mala atau Wino? Melihat Mala sedang duduk di kursi kandidat membuat Banzai dapat melihat sisi lain dari diri cewek itu. Sisi positif Mala jadi semakin terlihat di mata Banzai. Dia ingin sekali mengerang kesal saat ini, tapi itu tidak mungkin karena kini dia sedang duduk diapit oleh Zimmy dan Onggik.

Acara pidato telah dimulai. Riuh tepuk tangan menggema di ruangan ini setelah setiap kandidat menyampaikan pidatonya. Kini giliran Wino yang naik keatas panggung. Riuh tepuk tangan lebih kencang dari sebelum-sebelumnya.

Wino berdeham. "Mohon tenang. Mohon tenang." Dan riuh pun berkurang. "Nah begini lebih baik, agar masing-masing dari kalian dapat mendengar saya dengan lebih jelas. Saya tidak ingin ada dari kalian yang terdzalimi oleh riuh keramaian dari yang lainnya." Dan penonton pun kembali bersorak, bersiul, menyebutkan nama Wino berulang kali. Banzai terpukau. Sebegini kuatnya pengaruh Wino di sekolah ini. Dia pun juga anak donatur seperti Zimmy. Ayahnya sekarang sedang tersenyum bangga melihat anaknya diatas panggung. Dia bangga bahwa anaknya mirip dengan dirinya.

"Tenang-tenang," ucap Wino sembari sedikit terkekeh. "Oke kita mulai saja. Selamat Pagi semuanya!"

"Pagi!..." seru para hadirin.

"Kita mulai pidato ini dengan semangat oke?"

"Oke..."

"Pertama-tama kuawali dengan sebuah pertanyaan menarik untuk kalian. Perbaikan atau perubahan apa yang kalian inginkan jika saya menjadi Ketua OSIS?"

Berikutnya peserta saling cepat mengacungkan tangan. Mereka ingin menjadi peserta yang dapat memiliki kesempatan berdialog langsung dengan Wino. Sampai akhir acara pidato Wino, kegiatan berlangsung seru. Tidak ada yang mengantuk karena Wino menjadi pembicara yang sangat atraktif. Berbeda dengan peserta sebelum-sebelumnya. Sebenarnya ini tidak bisa dikatakan sepenuhnya pidato karena diawali dengan bincang-bincang terlebih dahulu, barulah kemudian Wino membacakan janji-janjinya yang dia tulis diatas kertas dengan suara yang penuh kharisma.

Kalau untuk teman-teman di kelas, mereka sudah biasa melihat Wino sehari-hari. Jadinya hype mereka sekarang tidak terlalu. Beda dengan murid-murid dari kelas lain. Mereka benar-benar menunggu-nunggu saat seperti ini. Sebenarnya Wino bisa se-famous ini juga karena dia sempat menjadi finalis ajang bakat bernyanyi kelas nasional. Tapi tidak berhasil meraih juara pertama.

Di akhir pidato pun riuh tepuk tangan tidak kalah keras dengan di awal pidato tadi. Wino membungkuk sekilas dan turun dari panggung dengan senyum lebar di wajahnya. Dia kembali duduk di kursinya.

Kini giliran Mala untuk menyampaikan pidatonya. Saat dia naik keatas panggung, hanya riuh kecil tepuk tangan yang terdengar. Itu pun hanya berasal dari para guru, donatur dan para petinggi. Banzai ingin sekali bertepuk tangan untuk menyemangati, tapi dia tidak berani melakukannya. Tidak ada satupun murid yang bertepuk tangan sekarang!

Banzai bertanya-tanya di dalam hati, apa yang kira-kira akan disampaikan oleh Mala? Apakah akan ada kejutan lainnya?

Fake FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang