Tarik Ulur

434 27 8
                                    

Lihatlah mereka membantuku mengerjakan hukuman itu! Mereka benar-benar teman-temanku!


Dua hari Banzai tidak masuk sekolah. Kata dokter pribadi keluarganya, dia hanya masuk angin saja karena seharian belum makan. Kalau sudah bad mood akut Banzai memang sering melupakan fakta bahwa dia juga manusia yang bisa lapar.

Dan hari ini Banzai kembali bersekolah meski malas sekali. Malas dengan siswa-siswanya. Malas dengan guru-gurunya. Malas dengan Geng Juara juga. Saat dua hari kemarin dia terus memikirkan tentang kemungkinan bahwa Geng Juara hanya mengerjainya saja selama ini. Dan... rasanya dia ingin sekali meminta maaf kepada Mala karena sejak awal telah berburuk sangka kepadanya. Padahal Mala adalah satu-satunya murid di kelas yang benar-benar peduli padanya. Ya, sekarang dia baru sadar tentang ini.

Banzai memasuki kelas seperti biasa. Keramaian kelas di pagi hari juga seperti biasanya. Ada yang sibuk gosipin artis-artis, ada yang ramai menceritakan ulang keseruan pertandingan sepakbola internasional yang ditayangkan tadi malam, ada yang duduk sendirian sembari makan permen karet di bangku paling belakang. Banzai tersenyum dengan sendirinya dan hendak menuju kesana.

Hari ini aku akan merubah sikapku pada Mala. Tidak ada ruginya duduk bersamanya lagi seperti waktu itu.

"Banzai." Seseorang menepuk bahunya.

"Eh." Banzai menoleh dan terkejut. Ternyata Onggik.

"Gabung yuk," ajak Onggik dan menunjuk kearah Geng Juara yang sedang berkumpul di bangku depan. Ketika Banzai melihat kesana, mereka melambaikan tangannya tanda mengajak Banzai untuk bergabung.

Tumben sekali.

Banzai kembali menoleh ke Mala. Cewek itu sedang membaca bukunya dan tidak memperhatikan bahwa Banzai sudah di kelas.

"Ayolaah."

Banzai pun mengikuti permintaan Onggik. Sesampainya di depan dia menerima sambutan dari semua anggota Geng Juara. Kejadian yang sangat langka. Sampai-sampai tanpa sadar Banzai mengerutkan keningnya.

"Gimana kabarmu Ban? Kudengar kemarin kamu sakit." celetuk yang berbadan paling besar.

"Woi, Top. Masa dipanggil Ban?" sela Woni. "Dikira ban mobil? Panggil yang lengkap atau ambil kata Zai ajah. Lebih bagus kedengarannya."

Seorang Woni membela Banzai? Ralat. Seorang Woni membela orang lain? Sedang kesurupan jin apa dia hari ini?

"Ya kemarin aku sempat masuk angin dan deman," jawab Banzai seperlunya. Dia merasa harus tetap waspada.

"Kamu duduk disini aja Zai bareng kita-kita, biar pinter." Kini giliran Wino, kembaran Woni--Si calon kandidat Ketua OSIS--yang berlagak terlalu manis hari ini. Banzai menoleh lagi kearah Mala, lalu dia memutuskan untuk duduk di bangku depan ini.

"Maafin kita soal kejadian di mall kemarin ya... gara-gara kita kamu jadi dipanggil di ruang BK," ucap Zimmy tulus. Apakah kalian yakin kalau Zimmy sedang berkata tulis dari hatinya?

"Yaah sebenarnya hari itu aku dihukum mengepel lorong sepulang sekolah sih, cuma karena aku sakit jadinya boleh pulang."

"Apa itu harus digantikan di hari lain?" Salah satu anggota Geng Juara yang sedari tadi sibuk ikutan nimbrung di obrolan cewek-cewek di sebelah, menggoda mereka seperti biasanya, kini mulai tertarik dengan hukuman dari BK untuk Banzai. Siapa sih yang tidak suka melihat orang lain sedang dihukum, ya kan?

"Sepertinya iya karena ada catatannya. Dan itu baru akan tercoret saat aku sudah melakukannya."

"Woah teman-teman kita bantu Banzai saja gimana? Hitung-hitung sebagai tanda maaf kita," seru anak ini dengan gaya slengekannya. Tidak ketinggalan dia mengatakannya sambil tetap memberi kedipan sebelah mata ke cewek-cewek di sebelah. Untung bertampang cakep, kalau tidak paling sudah dipelengosi oleh cewek-cewek itu.

"Wah setuju tuh Sam!" seru Topan, Si bocah gendut. "Habis itu ada konsumsinya ya..."

"Huuu... selaluu saja..."

"Iya nih. Makanan mulu isi kepalanya!"

"Yang ada kamu yang harusnya kasih konsumsi ke kita-kita..."

"Kok begitu sih," ucap Topan cemberut.

"Tuh di tas mu kan banyak snack." Dan semuanya pun tertawa melihat tampang Topan yang malu karena ketahuan membawa jajan banyak di dalam tasnya.

Banzai tersenyum kecil sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Seriusan nih mereka mau bantu?

Zimmy seakan dapat membaca isi pikiran Banzai, berkata, "Iya Banzai. Kita akan bantu kamu mengepel lorong. Kalau dikerjakan bareng-bareng paling tidak terasa." Dia pun merangkul Banzai yang tampak bimbang memikirkan sesuatu.

"Iya setujuuu..." seru Onggik tidak ketinggalan.

"Iya deh." Woni pun menyetujuinya.

"Iya aku setuju," satu orang lagi anggota Geng Juara yang jarang membuka mulut di dekat Banzai, Tama, juga menyetujuinya. Intinya semua setuju, kecuali Topan yang tetap kekeh harus ada konsumsinya, kalau tidak katanya nanti dia bisa kelaparan.

Banzai melihat satu-persatu wajah anggota Geng Juara. Hari ini mereka tampak berbeda sekali. Sangat tiba-tiba. Anak-anak lain di kelas ini pun kini sedang melihat ke arah Geng ini dengan tatapan bertanya-tanya, kecuali Mala. Dia selalu bisa mencium sesuatu dengan lebih tajam. Dia melihat kearah Banzai.

Apa yang sedang kalian rencanakan lagi?

Saat Banzai menoleh lagi kearahnya, Mala kembali fokus ke buku dan berharap Banzai tidak sempat melihat perubahan gerakannya tadi. Ah, sekarang dia juga harus beneran fokus ke buku karena sebentar lagi ulangan Matematika dan dia ingin membuktikan ke Banzai kalau tidak akan ada adegan menyontek di ulangan kali ini.

Fighting!

Sedang di depan, Banzai sejenak melupakan rencananya untuk meminta maaf pada Mala. Nanti saja,pikirnya. Sekarang dia sedang asyik lanjut ngobrol seru dengan Geng Juara. Geng yang anggotanya masyhur di sekolah ini. Bisa-bisa dia dijauhi lagi kalau kelihatan dekat dengan anak 'pinggiran' seperti Mala.

Fake FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang