Teman?

952 55 10
                                    

Jika aku bisa berteman dengan anak-anak yang terkenal, bukankah itu hal yang menguntungkan? Ah, setidaknya ada yang kusukai untuk kujadikan teman disini.

Banzai heran, katanya dia boleh berteman dengan mereka. Tapi kenapa hari ini dia dicueki? Banzai bukan anak yang biasa menyapa duluan, jadi yang dilakukannya hari ini hanyalah duduk diam mendengarkan guru menerangkan dan saat istirahat dia pergi ke kantin dan makan sendirian. Selama jam sekolah dia tidak berbicara kepada siapapun kecuali beberapa kali menjawab soal dari guru. Tunggu, sebenarnya tadi si cewek permen karet (Banzai tidak terlalu tertarik mengetahui namanya termasuk nama-nama di kelas ini) sempat berusaha menyapa Banzai. Tapi Banzai lagi-lagi menyuekinya karena dia melihat teman-teman di kelas tidak ada yang berteman dengan anak itu. Mungkin karena dia suka menyontek? Ini kan sekolah yang terkenal dengan murid-muridnya yang pintar. Lalu mengapa Si cewek permen karet masih bisa bertahan disini? Yang jelas, Banzai lebih tertarik berteman dengan Geng Juara. Mereka tampak bergaul dengan banyak orang dan rasanya tidak ada yang tidak mengenal mereka. Toh aku juga sudah menjadi teman mereka, pikir Banzai.

Hingga bel pulang sekolah berdering Geng Juara tetap terlihat seperti tidak terlalu mengenal Banzai kecuali sekedar sebagai anak baru di kelas ini. Ah, Banzai memutuskan untuk segera pulang. Hari ini dia tidak membawa sepeda, lebih memilih naik bis saja. Lebih santai. Meski sebenarnya rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah. Cuma sekitar 3 km saja.

Ternyata saat dia menunggu bis di halte dekat sekolah, Geng Juara mendatanginya.

"Hei Bro."
"Hei, sendirian aja?"

Banzai ingin jual mahal sedikit. Sebagai pembalasan karena mereka hari ini cuek sekali. "Ada apa kalian kemari?"

"Woah, anak baru bicara begitu sama anak lama," ucap satu-satunya yang memakai kacamata di Geng Juara. Banzai mengetahui nama ketua Geng ini, Zimmy. Si Ketua Kelas.

"Mau ikut hangout nggak?"

"Hangout?" Banzai tertarik dengan kata yang mereka ucapkan ini. Sepertinya seru.

"Ah kamu tidak tahu apa itu hangout?" ejek Si Calon Kandidat Ketua OSIS. "Hangout artinya kita keluar senang-senang."

"Jalan-jalan," yang berdiri disana, paling jauh sendiri, berceletuk. Dia menghampiri Banzai, duduk di sebelahnya, merangkulnya, dan entah bagaimana sekarang Banzai sudah ikut berdiri bersamanya. "Yuk kita jalan-jalan bareng sama temen-temen." Suara ini suara paling ramah yang pernah Banzai dengar sejak hari pertama masuk. Kalian harus mendengarnya sendiri jika tidak percaya. Banzai mengangguk sekilas dan berusaha tersenyum.

Dipandanginya satu-satu wajah yang ada disini. Selama ini dia tidak terbiasa mengingat banyak orang karena dunianya hanyalah seputar rumah, orangtuanya dan Bi Unah. Tapi sekarang dia sudah sekolah yang 'betulan'. Dia harus belajar mengenal wajah dan nama sekaligus lebih banyak lagi.

Geng Juara berisi tujuh orang, yang bagi Banzai tidak ada yang tampak buruk. Kecuali ada satu yang jauh lebih gendut daripada yang lainnya. Tapi itu tidak masalah. Geng Juara tetap dikenal dimana-mana. Geng ini juga berisi murid-murid terkenal. Ada kandidat calon ketua OSIS pula. Ah, lihatlah sekarang. Meski seharian dicueki, tapi mereka mengajak Banzai hangout! Keren. Baguslah. Mereka benar-benar teman. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Mereka berniat hangout ke Mall. Bahasa gaulnya, nge-mall. Salah satu dari mereka memesan dua mobil. Ya daripada naik bis. Eh, siapa ya itu? Banzai masih belum mengetahui namanya. Bahkan nama Si anak yang masih merangkulnya sekarang pun dia tidak tahu. Nama-nama jarang disebut di kelas. Karena sistem absen tidak lagi pakai kertas atau dipanggil satu-satu oleh guru, melainkan pakai absen sidik jari yang dipasang di setiap kelas. Seragam juga tidak dipasang nama lagi, ini sejak setahun yang lalu. Sejak kejahatan bisa lebih mudah dilakukan kepada orang-orang yang diketahui namanya oleh Si penjahat. Data bisa dilacak dengan mudah. Dan selanjutnya aksi dapat dilakukan dengan memanfaatkan data tersebut.

Dua mobil yang mereka pesan datang sangat cepat ternyata, beriringan pula.

"Let's Go!"

Teriakan ini memecah lamunan Banzai. Ah, tidak apa-apa pulang terlambat, paling Bi Unah akan telfon Mama Papa, dan kemudian Mama Papa pasti akan biasa saja, batin Banzai.

Fake FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang