Maaf kalian membacanya terganggu karna ada note dari aku. Btw aku senang banget saat ini.
Tanggal 13 ini, tepat sebulan aku nulis "PROMISE", dan alhamdulillah sekali selama sebulan belakangan ini aku melihat antusias kalian. Betapa senangnya aku melihat kalian menyukai cerita dari aku.
I just wanna say beribu ribu terima kasih kepada pembaca setia aku, kepada kalian yang setia menunggu kelanjutan cerita Caca dan Atul. Aku semakin bersemangat untuk menumpahkan segala imajinasi ku kedalam bentuk cerita. Gak ada kata yang mampu menjelaskan betapa bahagianya aku pada saat ini. Iyaa memang terkesan alay kan, tapi ini kenyataan loh wkwkw.
Monggo dilanjutkan kembali bacanya. Jangan lupa vote yaa sebelum membaca. Sama aku butuh kritik dan saran kalian. Sini sini Author cium dari jauh. Heheh
Love you xoxo Atul, eh salah nanti kenak tabok sama Caca. Love you xoxo para pembaca ku 💕
______________________________________________" Baik baik ya kamu sayang. Yang setia menjadi tema dalam doa ku. Semoga semesta ikut mengaminkan segala doa ku untuk bisa bersama dengan mu selamanya."
-Atul-
-----------------------------------------------------------------"Sorry, she is mine"
Kata kata yang diucapkan oleh pacar dari sahabat masa kecilnya masih terputar jelas dipikirnya. Seakan akan ada yang bisikan kata kata itu ditelinganya saat ini. Irvan memukul keras stir mobilnya. Emosinya memuncak, untunglah Irvan mampu membawa mobil sampai ketujuan dengan selamat walaupun dirinya dikuasi oleh emosi.
Sedangkan didalam rumah sakit, setelah mengurus administrasi rumah sakit. Atul mendorong kursi roda Caca, walaupun Caca bilang kalau dirinya sudah tidak apa apa dan dia hanya pingsan saja tapi Atul masih memperlakukan Caca seperti orang yang sakit parah.
"By, aku gak papa loh. Aku bisa jalan sendiri gausah pakai kursi roda kayak gini." kata Caca ngeluh yang didorong pakai kursi roda.
Saat dokter bilang kalau Caca sudah bisa pulang kerumah, Atul sangat senang sekali, mukanya sedikit agak lebih tenang. Atul pergi sebentar dan pulang pulang Atul mendorong kursi roda yang tentu membuat Caca dan Rio menatap dengan tatapan bingung. Tanpa meminta persetujuan dari kekasihnya, Atul mendudukan Caca dikursi roda itu dan mendorong kursi rodanya sampai ke parkiran mobil.
"Ssst sudah yaa, by. Aku gak mau kamu kenapa napa by. Pokoknya kamu duduk tenang ajaa yaa. Bentar lagi kita sampai di parkiran." jawab Atul dengan tenang.
Mau gak mau Caca menurutin sifat Atul. Inilah bentuk care Atul terhadap kekasihnya. Walaupun sedikit berlebihan tapi Caca senang. Caca melihat wajah Atul penuh dengan rasa cemas, rasa takut, dan rasa emosinya. Sejak Caca masuk ruang UGD, Atul hanya berfokus pada kekasihnya, hingga dia terlupa bahwa dirinya juga terluka. Luka yang masih ngeluarkan darah disudut bibirnya dibiarkan olehnya, yang menjadi objek terpenting saat ini adalah kesehatan dan keselamatan kekasihnya.
Selama perjalan pulang, Atul gak henti henti mengucapkan kata maaf kepada kekasihnya, padahal ini bukan salah Atul sepenuhnya. Atul nampak begitu menyesal gara gara kejadian tadi. Coba saja Atul gak menyelesaikan masalah tadi dengan kekerasan, coba saja Atul bisa menahan rasa emosinya dan rasa cemburunya mungkin kekasihnya tidak akan masuk ke UGD malam ini.
"Maafkan aku, by." kata Atul lirih sambil memeluk kekasihnya.
"Ini udah ke 156 kali kamu minta maaf sama aku." Kata Caca kesal. "Kamu gak salah sayang. Tolong jangan menyalahkan diri kamu karna masalah ini. Sini coba liat aku." Atul pun mengikuti perintah Caca dengan patuh. Saat ini mereka bertatapan. Atul menatap Caca dengan mata sendunya. Mereka menyatukan kening mereka, hidung mereka beradu. Nafas mereka saling kejar kejaran, tapi momen seperti ini sangat nyaman sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
RomanceCover by GRACE. Dulu, kamu pernah bilang kalau kamu mau menjadi seperti kedua orang tua kamu yang pacaran dari SMA hingga saat ini. Dulu kamu juga pernah berjanji untuk tetap bersama aku apapun itu kondisi dan keadaannya, walaupun terpisahkan hanya...