Pertemuan singkat yang melekat bahkan menjadi perekat yang kuat.
Thalia Novenda
***
"Apakah kau tertidur nona?" lelaki berbaju biru dengan jubah berwarna merah yang melambai-lambai ketika angin bertiup mendekat pada seorang gadis yang tengah tertidur pulas di rengkuhan pohon tua yang kokoh.
Gadis yang bersandar di sebuah pohon dengan menggenggam buku itu nampak bergeming, sama sekali tak terusik dengan kedatangan pangeran tampan yang ada di dekatnya. Ternyata benar, gadis berkepang dua itu tengah tertidur pulas karena memang di hutan yang rimbun ini sangatlah nyaman. Angin sepoi-sepoi yang bertiup membuat siapa saja tak tahan untuk menyelami dunia mimpi yang kadang lebih indah dari realita yang ada.
Barulah belaian halus di pipinya membuat gadis bergaun sederhana itu membuka matanya perlahan. Ia terkejut setengah mati ketika seorang lelaki yang sangat tampan berada dalam jarak yang sungguh dekat dengannya. Lelaki itu memiliki rahang yang tegas, berbola mata cokelat, hidung yang berdiri tegak menantang, dan juga alis yang tebal, seolah Tuhan menciptakan kesempurnaan di wajahnya tanpa celah.
Mata gadis itu menutup kembali karena hembusan nafas lelaki itu menerpa wajahnya. Bahkan bau maskulin itu menguar memenuhi indra penciumannya.
"Thalia, you are so beautiful," ucap lelaki itu tiba-tiba.
Gadis bernama Thalia itu tersenyum. Matanya tetap terpejam menikmati belaian halus di pipinya lagi dan beberapa saat kemudian, sebuah benda yang kenyal menyentuh bibirnya. Teksturnya halus dan manis. Kaki Thalia tertarik menikmati sensasinya. Bahkan degup jantungnya menggila.
"Thaliaaaaaaa!"
Suara yang memekakan telinga itu membuat ciuman mereka berhenti. Lelaki itu mengernyit bingung lalu berdiri tegak. Tangannya berkacak pinggang penuh amarah. Wajah Thalia begitu takut melihat perubahan ekspresi dari sang pangeran secara tiba-tiba. Kaki lelaki itu terangkat, menendang Thalia menuju jurang yang tak jauh dari sana diikuti tawa yang menggema mengerikan. Thalia berteriak keras ketika tubuhnya terhempas ke tempat yang gelap nan dalam. Ia merasakan tubuhnya mati rasa, dan...
Bruk!
"Aduh!" Thalia berdecak. "Kebiasaan deh Mama suka teriak-teriak kalo bangunin Thalia!" gerutu gadis itu yang segera bangun dari lantai. Pantatnya berdenyut sakit karena mencium lantai marmernya yang keras nan dingin.
Dengan mengelus-elus pantatnya yang sakit, Thalia turun dari lantai dua menuju lantai dasar. "Mama kenapa sih teriakin Thalia dari tadi! Thalia kan masih mimpi Pangeran, Ma!"
Ratna—Mama Thalia yang sedang menyiapkan beberapa piring untuk sarapan tertawa pelan lalu membelai rambut anak semata wayangnya dengan sayang. "Tentu kamu harus bangun, Sayang. Biar kamu sadar kalau mimpi itu nggak seindah realita."
Thalia mencak-mencak di tempatnya. Bibirnya mengerucut sebal. "Apaan sih, Ma! Realita Thalia juga indah kok!"
"Ada apa sih?" Aldhi—Papa Thalia datang lalu duduk di meja makan setelah pria itu mencium pipi Ratna mesra. "Anak Papa kok pagi-pagi udah marah-marah kenapa?"
"Anak kamu nih Pa, lagi mimpi basah kayaknya," kekeh Ratna, mengerling jahil pada Thalia.
"Mama kira Thalia cowok!" Thalia dibuat sebal untuk kedua kalinya. Memang mamanya ini suka sekali menggodanya. Entah menggoda perihal nilai ulangan, style pakaian, bahkan masalah cowok yang tak ada yang mau menjadi pacar Thalia. Padahal kenyataannya, yang naksir Thalia itu banyak. Bahkan dalam satu kelas bisa tiga sampai lima orang. Tetapi, Thalianya saja yang tidak mau dan cenderung pemilih. Tak hanya itu, Thalia juga cenderung cuek dan malas menanggapi setiap cowok yang berusaha mendekatinya. Jadi, mereka sudah gugur sebelum berjuang dengan adanya peringatan untuk jangan dekat-dekat pada gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [REVISI]
Fiksi RemajaThalia Novenda, gadis bodoh dan ceroboh. Sering kali bermimpi bertemu dengan pangeran. Lalu tiba-tiba ia kedatangan tetangga baru yang mirip sekali dengan pangeran yang ada di dalam mimpinya! Berbagai cara ia lakukan untuk menaklukkan Athanabil Adve...
![Irreplaceable [REVISI]](https://img.wattpad.com/cover/142192580-64-k213563.jpg)