Tak masalah jika kau mengabaikanku. Tapi jika kau sudah bahagia dengan yang lain, aku menyerah. Sudah tak ada lagi kesempatanku untuk memperjuangkanmu.
Thalia Novenda
***
"Lo duluan ke kantin aja, Al. Gue mau ngajak Athan juga."
Jika Thalia sudah begitu, tak ada yang bisa Alisa dan Debby lakukan selain mengangguk. "Gue tunggu!" teriaknya sembari berjalan bersama Debby ke arah kantin.
Thalia bersenandung pelan dalam perjalanannya menuju kelas Athan sekaligus memikirkan tentang kejadian beberapa hari yang lalu ketika ia berada di apartemen Dave. Entah mengapa memikirkannya saja membuat pipi Thalia memerah hingga sebuah pertanyaan melesat di pikirannya. Apakah Athan sebegitu khawatirnya kepada dirinya hingga ia nekat pergi ke apartemen Dave?
Tak sampai dua menit gadis itu sudah sampai di ambang pintu kelas Athan, bersamaan dengan Farell dan Reza yang baru saja keluar kelas. "Hai cantik!" sapa Farell genit.
"Nggak usah panggil gue cantik! Gue udah tau kalo gue emang cantik!" jawab Thalia judes sembari berkacak pinggang.
"Galak bener sih Mbak, Bang Athan mana mau yang galak-galak kayak gini. Mending sama Bang Farell aja. Ya kan?" Farell menaik turunkan alisnya menggoda hingga membuat Reza segera menabok wajahnya karena merasa geli.
"Nyariin Athan? Dia tadi ke perpustakaan," ucap Reza disertai kekehan dari Farell ketika mendengar respon dari Thalia.
"Gue nggak nanya. Tapi thanks infonya. Bye!" Thalia segera berlari menuju lantai dasar bagian selatan, tempat di mana perpustakaan berada dengan hati yang berbunga-bunga. Bagaimana tidak berbunga-bunga jika ia akan bertemu dengan pangerannya?
Thalia menengok ke sana-ke mari sebelum masuk ke dalam perpustakaan. Ini adalah kedua kali ia memasuki perpustakaan selama dua tahun ia berada di SMA Gajah Mada. Selain karena mengembalikan buku paket pinjaman sekolah, ia sama sekali tak pernah datang ke tempat ini. Melihat buku yang ada di meja belajarnya saja sudah membuatnya mual, apalagi berrak-rak buku ini? Pasti sudah membuatnya pingsan. Gadis itu tak pernah masalah dengan buku sejenis komik, novel, ataupun majalah. Tapi jika itu sudah menyangkut buku tentang ilmu pengetahuan, ensiklopedia, kamus, Thalia angkat tangan.
Thalia masuk dengan hati-hati setelah melihat poster bertuliskan "JANGAN BERISIK!" di belakang seorang penjaga perpustakaan. Lalu kaki kecilnya melangkah perlahan-lahan untuk menyusuri setiap rak yang ada. Siapa tahu, Athan berada di salah satunya hingga kakinya berhenti pada rak keempat.
Badannya seolah lemas dan jantungnya berdegup menggila. Thalia membeku di tempatnya dengan air mata yang tiba-tiba meluruh di kedua bola matanya.
Kini, tepat dihadapannya sudah ada Athan dan juga seorang gadis yang bersandar di rak. Kedua tangan Athan seolah mengunci tubuh gadis itu dan jarak mereka sungguh berdekatan. Yang Thalia lihat, mereka tengah bercumbu dengan mesra. Tangan Athan nampak seperti menutupi keduanya seolah lelaki itu sengaja menyembunyikannya agar tak ada yang melihatnya.
Thalia hendak pergi, namun salah satu tangannya menyenggol buku hingga buku itu terjatuh, menimbulkan suara yang membuat kedua insan tadi tersentak kaget. Athan yang mendengar suara kegaduhan segera menoleh kepada sumber suara.
"Thalia?"
Mendengar namanya disebut, Thalia hanya diam. Ia menyeka air matanya terlebih dahulu sebelum akhirnya berbalik menatap keduanya dengan senyum simpul. "Ha—hai Athan! Ha—hai Kak Kiren!" sapanya lalu segera berlari menjauhi area perpustakaan dengan air mata yang berjatuhan. Ia tak peduli jika sepanjang jalan hampir semua siswa menatapnya dengan aneh, berlari dengan cucuran air mata. Thalia hancur, sehancur-hancurnya. Namun, tanpa disangka, tubuhnya menabrak seseorang. Thalia hendak pergi, tetapi tangan orang itu mencengkeram bahu Thalia dengan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [REVISI]
Teen FictionThalia Novenda, gadis bodoh dan ceroboh. Sering kali bermimpi bertemu dengan pangeran. Lalu tiba-tiba ia kedatangan tetangga baru yang mirip sekali dengan pangeran yang ada di dalam mimpinya! Berbagai cara ia lakukan untuk menaklukkan Athanabil Adve...