√22

36.8K 2K 143
                                        

Ini nyempetin update disaat masih baru mudik dan silaturahmi ke rumah tetangga 😆😆

HAPPY READING CINTA❤❤

***

Kecilannya imut-imut. Gedeannya amit-amit. Kalo bukan Athan, siapa lagi.

Thalia Novenda

***

"Hallo Ma? Iya ada apa?"

Terdengar suara khawatir dan cemas dari balik telepon tersebut. "Thalia kabarnya gimana? Sehat nak?"

"Thalia baik-baik aja Ma. Mama sama Papa nggak usah khawatir."

"Syukur deh. Oh ya minggu lalu nggak lupa kan?"

"Udah Mamaku sayang. Dave yang nganterin."

"Dave? Dave anaknya Mas Eko yang di Jogja itu?"

Thalia mengangguk walaupun ia tahu ibunya tak dapat melihatnya. "Iya Ma. Oh ya, Mama kapan pulang?" rengek Thalia dengan manja.

"Sabar ya... Papa masih ada urusan bisnis sayang. Mama juga masih ada kerjasama dengan butik yang ada di sini. Selain itu, Mama Papa juga sekaligus nyari dokter. Maaf ya Mama dan Papa nggak bisa nemenin kamu di sana."

Thalia tersenyum maklum. "It's Okay Ma. Thalia nggak papa kok. Jangan lupa oleh-oleh buat Thalia yang banyaaaaak ya!"

"Pasti dong! Nih Papa mau ngobrol sama kamu."

Suara lembut Ratna berganti dengan suara bariton dari Aldhi. Pria itu menyapa Thalia dengan ramah dari saluran telepon. "Hallo? Thalia? Putri Papa nggak bandel kan di sana?"

Mendengar pertanyaan Aldhi membuat Thalia terkekeh. "Nggak Papaku sayang. Thalia nurut kok sama Tante Anggi dan Om Darwis."

"Nah gitu dong! Sekali-kali nurut sama calon mertua," kekeh Aldhi yang ditanggapi dengan senyuman merona dari Thalia.

"Papa bisa aja!"

"Uang jajan nanti Papa transfer ya. Jangan boros!"

"Nah akhirnya kata-kata ini keluar juga padahal Thalia udah nungguin sedari tadi," ucap Thalia yang akhirnya dapat bernafas lega setelah kata uang terdengar di indra pendengarannya.

"Dasar mata duitan!" Aldhi terkekeh lalu kembali berbicara. "Yaudah Papa tutup dulu ya. Jaga diri baik-baik sayang. We try the best for you. We love you darling."

"I love you too Ma Pa. Cepat pulang. Thalia miss you so much."

Panggilan telepon sudah dimatikan. Thalia menatap nanar ponselnya yang sudah mati. Air mata menetes begitu saja ketika panggilan itu berakhir. Ia sangat-sangat merindukan masakan ibunya dan kecupan hangat ayahnya. Ia juga rindu dengan obrolan-obrolan singkat serta perhatian kedua orang tuanya. Sudah hampir satu bulan lamanya kedua orang tua Thalia pergi ke Prancis. Selain untuk urusan bisnis, mereka juga mempunyai banyak hal yang harus diurus di sana.

Thalia mengusap air matanya dengan kasar. Ia tak boleh lemah seperti ini. Ia harus kuat dan tegar untuk menghadapi takdir yang sudah digariskan Tuhan. Tak mau berlama-lama larut dalam kesedihan, Thalia segera keluar dari kamarnya bertepatan dengan Athan yang juga hendak keluar. Lelaki itu sudah berpakaian rapi dengan sweater hitam dan juga celana jeans selutut. Rambutnya yang acak-acakan sehabis keramas juga ia biarkan begitu saja. Terdapat tas punggung berwarna hitam yang menempel di punggungnya. "Athan mau ke mana?" Thalia mengikuti Athan hingga turun ke lantai dasar.

Irreplaceable [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang