Hari ini aku sadar. Aku hanyalah seorang badut yang menghibur pangeran sembari menunggu tuan putrinya kembali.
Thalia Novenda
***
"Tha lo inget kan besok tanggal berapa?" Dave mengikuti Thalia yang berjalan tergesa-gesa menuju kantin. Sepertinya gadis itu sedang menghindari pertanyaan ini.
"Tha? Thalia! Dengerin gue dong!" karena ucapannya sama sekali tidak digubris, Dave segera menarik tangan Thalia hingga gadis itu berhenti dengan menatapnya jengkel.
"Apaan sih Dave!?" Thalia segera berjalan kembali. Namun, lagi-lagi Dave mencegahnya. Dugaan Dave benar. Thalia sedang menghindarinya.
"Besok gue jemput jam sembilan. Titik. Nggak pake koma!"
Thalia berdecak. "Gue nggak bisa, Dave. Gue mau liat Athan Olimpiade. Batalin aja itu nya."
Dave mengusap wajahnya gusar. Gadis di hadapannya ini benar-benar keras kepala. Sangat keras kepala! "Trus gimana sama kesehatan lo? Ini penting Tha, sekali aja lo ngelewatin ini—""Gue tau Dave. Gue tau. Tapi gue nggak bisa liat Athan berjuang sendirian. Gue harus ke sana buat support dia, kasih semangat ke dia, bukan malah pergi ke tempat terkutuk itu!" Thalia menyatukan tangannya di dada. Ekspresinya memelas. Sebuah ekspresi yang tak bisa Dave tolak jika gadis itu sudah meminta sebuah permintaan. "Ya Dave? Sekali ini aja turuti permintaan gue dan gue mohon, jangan bilang Mama Papa. Oke?"
***
Thalia berlari ke sana ke mari dengan panik. Bagaimana tidak? Hari ini bertepatan dengan berlangsunnya Olimpiade Biologi yang Athan ikuti. Bukannya bangun pagi untuk menyemangati Athan, gadis itu malah molor sampai jam menunjukkan angka delapan.
Thalia buru-buru mengambil poster yang membuatnya kalang kabut seperti ini. Poster berisikan dukungan-dukungan untuk Athan yang ia buat semalaman. Bahkan poster itu baru selesai pukul 2 dini hari. Setelah berpamitan dengan Anggi, Thalia segera membuka aplikasi ojek onlinenya. Namun, hal itu ia urungkan ketika sebuah mobil mendekat ke arahnya. Mobil milik Dave.
"Ayo Tha, masuk!"
Thalia segera masuk ke dalam mobil Dave dengan cepat. Ia tak mau membuang waktu lebih lama lagi. Dave pun sepertinya mengerti kondisi, lelaki itu mengendarai mobil dengan menyalip di setiap celah yang ada hingga lima belas menit kemudian mereka sudah sampai di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kampus yang mengadakan Olimpiade Biologi tersebut.
Setelah memarkirkan mobil, Thalia segera masuk di kampus megah itu dengan setengah berlari. Ketika Thalia hendak belok kanan, Dave segera menarik Thalia karena gadis itu salah arah. Seharusnya belok kiri, bukan belok kanan.
Olimpiade yang sudah diadakan setiap tahun ini sudah dipenuhi oleh banyak orang. Mulai dari panitia, peserta, maupun umum sebagai supporter. Thalia menyalip di setiap bangku untuk bisa duduk di baris terdepan. Ia tak mau melewatkan sedetikpun tanpa melihat wajah Athan yang kala itu sungguh luar biasa tampan.
Kini, Athan dan Kiren sudah duduk bersebalahan di sebuah podium beserta tiga kelompok peserta lainnya. Sistem olimpiade ini adalah cerdas cermat. Jadi, siapa yang bisa menjawab diharuskan memencet bel. Jika menjawab salah, maka poin akan berkurang dan pihak lawan diperbolehkan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
"Semangat cowok nomer tiga! Semangat PACARKU!" teriak Thalia dengan sengaja menekankan kata pacarku lantaran sedari tadi kupingnya panas mendengar decakan kagum dari kaum hawa ketika melihat sosok Athan. Sontak saja para gadis itu menatap Thalia sembari diam seribu bahasa. Thalia tersenyum penuh kemenangan.
Thalia terus bersorak-sorak gembira ketika kekasihnya menjawab pertanyaan dengan benar dan tepat sasaran. Namun, ia juga bersorak ketika tim lawan memenangkan poin. Jadi, setiap saat gadis itu bersorak, tak pernah takut jika suaranya akan habis. Apalagi, kedua tangannya senantiasa mengangkat poster itu dengan senang. Athan harus memenangkan olimpiade ini. Ini adalah impiannya.
Setelah melewati berbagai babak yang cukup sengit, akhirnya SMA Gajah Mada menang juara satu melawan SMA Venus asal Jakarta. Jaraknya pun terbilang sangat tipis.Athan membawa sebuah piala dengan begitu bangganya. Lelaki itu segera menuju Thalia dan memeluk gadis itu dengan erat, berterima kasih karena sudah selalu mendukungnya. Banyak perempuan di sana mendengus kecewa ketika cowok incaran mereka ternyata sudah punya pacar. Mesra sekali pula, jadi sulit ditikung ih.
Thalia tersenyum lebar kepada Athan. "Selamat ya Athan! Athan emang hebat!" puji Thalia tulus.
Athan mengusap rambut Thalia dengan lembut. "Makasih ya Sayang.""Wah! Ini pacar baru kamu Than?" sebuah suara membuat Thalia berbalik. Athan refleks melepas genggaman Thalia dengan tatapan terkejut. Thalia yang melihat itu hanya bisa diam, menyaksikan.
"Gimana kabar kamu?" gadis itu mengulurkan tangannya. "Lama kita tidak berjumpa."Athan masih diam. Pikirannya kosong menatap gadis itu. Thalia menyenggol lengan Athan hingga lelaki itu tersadar dari lamunannya. "I—ini Lisa?"
Gadis itu tertawa. "Iyalah gue Lisa. Masa lo udah lupa sih?"Ha? Lisa?
Sepertinya Thalia tak asing dengan nama itu. Ia pernah mendengar nama itu di suatu tempat. Tetapi dimana?
***
"Ayo Tha, kita masih punya waktu sepuluh menit buat ke sana." Dave menghampiri Thalia yang sedang duduk sendiri di aula yang sudah kosong. Tatapan gadis itu hanya kosong di depan. Bahkan pelupuk matanya sudah berkaca-kaca, nyaris menangis ketika Dave tak segera datang.
"Tha, ada apa?" Dave memeluk Thalia dengan erat. Lelaki itu mengusap punggung Thalia yang naik turun karena sesenggukan. Bahkan Dave dapat merasakan jaket jeansnya mulai basah.
Hati Dave terasa teriris ketika Thalia menangis seperti ini di hadapannya. Bahkan bahunya nyaris merosot karena tak kuat menahan sesak melihat gadis yang ia cintai menangis tersedu-sedu. Lelaki itu mengepalkan tangannya dengan kuat. Ia sudah memperingatkan Athan untuk tidak membuat Thalia menangis lagi. Tapi apa yang lelaki itu perbuat ha? Dave sudah susah payah membuat Thalia tersenyum, namun dalam satu jentikkan jari, Athan mampu meluruhkan senyuman itu menjadi derai air mata tanpa henti.
Thalia tahu siapa Lisa. Ia ingat. Lisa adalah gadis yang Athan sebut dalam setiap tidurnya. Gadis yang membuat Athan berubah cuek seperti ini. Tiba-tiba gadis itu datang lagi, merusak benteng pertahanan yang Athan buat dalam sekali tatap. Bahkan Athan melupakan bahwa ada Thalia yang sedari tadi menyakisakan interaksi keduanya sebelum akhirnya pergi melupakan jika ada Thalia di sana.
Jadi, siapa yang akan dipilih Athan nantinya? Siapkah Thalia merasakan patah hati untuk kedua kalinya?
Hayoloooo wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [REVISI]
Ficção AdolescenteThalia Novenda, gadis bodoh dan ceroboh. Sering kali bermimpi bertemu dengan pangeran. Lalu tiba-tiba ia kedatangan tetangga baru yang mirip sekali dengan pangeran yang ada di dalam mimpinya! Berbagai cara ia lakukan untuk menaklukkan Athanabil Adve...