Ketika aku sudah memiliki sandaran lain, kau datang. Saat aku benar-benar membutuhkanmu, kau pergi. Hey cinta tak selucu itu!
Thalia Novenda
***
"Tha? Lo gak papa?" tanya Dave khawatir karena setelah menyatakan perasaannya kepada Thalia, tiba-tiba saja gadis itu berlari ke toilet restoran dengan salah satu tangan yang menutupi mulutnya. Hanya dengan melihat tingkah Thalia, Dave yakin jika mual itu muncul lagi. Padahal Thalia baru saja memasukkan beberapa suap ramyeon ke dalam mulutnya.
Dave melihat wajah Thalia yang memucat dengan perasaan khawatir dan cemas. Lelaki itu segera beranjak dari kursi dan duduk di samping Thalia. Matanya menatap Thalia dengan pancaran rasa takut yang luar biasa. Dave amat sangat takut jika terjadi apa-apa pada gadis itu. Mungkin jika hal itu terjadi, Dave tak kan pernah memaafkan dirinya sendiri karena telah gagal menjaga gadis itu.
"Tha? Mual ya?"
Thalia menatap Dave lalu mengangguk lemah. Bahkan untuk sekedar berbicara saja rasanya Thalia sudah tak kuat. Badannya seolah remuk. Selain perutnya yang sakit, kepalanya juga pening. Rasanya ia ingin memuntahkan segala hal yang ada di dalam perutnya. Padahal yang Thalia tau, di perutnya sudah tidak berisi makanan apa-apa. Ramyeon yang baru saja ia makan pun terbuang sia-sia.
Dave segera beranjak dari kursinya menuju kasir. Setelah membayar makanan yang sama sekali belum disentuhnya itu, ia segera menggendong Thalia ala bridal style menuju parkiran mobil untuk segera pulang.
Dave mengemudikan mobilnya dengan sedikit tak fokus. Sesekali ia menengok ke bangku penumpang untuk memastikan bahwa Thalia dalam keadaan baik-baik saja. Mata gadis itu setia menutup. Mungkin ia lelah setelah mengalami kejadian yang berat hari ini.
"Tha, udah sampai." Dave membangunkan Thalia dengan pelan-pelan. Sebenarnya ia ingin menanyakan pertanyaan yang sedari tadi mengganjal di pikirannya. Apalagi kalau bukan mengenai jawaban yang akan Thalia berikan. Namun Dave sadar diri. Tak mungkin jika ia menanyakan hal itu disaat Thalia dalam kondisi seperti ini. Dave tak boleh egois. Ia harus mementingkan kesehatan Thalia di atas apapun, bahkan pada perasaaannya.
Mata Thalia membuka perlahan. Seketika perasaan pusing itu menyerang kepalanya lagi. Rasanya seperti beban yang amat sangat berat sedang berada di kepalanya. Indra pengelihatannya pun juga memburam. Perlu mengedipkan beberapa kali untuk memperjelas objek yang akan ia lihat.
Thalia melihat Dave yang ada di sampingnya. Lalu matanya beralih ke jendela mobil dimana rumah Athan sudah nampak di depan mata. "Dave?" panggil Thalia dengan lirih.
"Iya?"
"Tolong kasih seblak ini ke Athan ya." Thalia menujuk kresek seblak yang ada di bangku belakang. Dave mangangguk mengiyakan.
"Ada lagi?"
"Gue nginep dulu sama lo ya?"
***
Athan sedari tadi mondar-mandir tak jelas dengan ponsel yang selalu ia bawa di tangan. Entah mengapa, perasaannya menjadi tak enak ketika Thalia tak memberitahukan ke mana ia akan pergi. Sebenarnya lelaki itu tau bahwa Thalia akan pergi dengan Dave. Tetapi mengapa Thalia tak mau jujur dan malah menyembunyikannya? Apa yang mereka berdua lakukan sangat rahasia hingga Thalia tak mau memberitahukannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [REVISI]
Teen FictionThalia Novenda, gadis bodoh dan ceroboh. Sering kali bermimpi bertemu dengan pangeran. Lalu tiba-tiba ia kedatangan tetangga baru yang mirip sekali dengan pangeran yang ada di dalam mimpinya! Berbagai cara ia lakukan untuk menaklukkan Athanabil Adve...