Saat kamu luka dan menderita, aku ada menghapus luka. Saat aku jatuh dan tak berdaya, kamu lupa aku pernah ada.
Thalia Novenda
***
Thalia terus menggigit kukunya sembari mondar-mandir di depan pintu warna putih itu. Suara erangan itu tiba-tiba menghilang, tetapi perasaan cemas dari Thalia tak kunjung lenyap. Ditatapnya jam yang ada di ponsel yang ia bawa. Deretan angka yang menujukkan pukul setengah dua pagi membuat Thalia terbelalak seketika. Ia segera berjalan menuju kamarnya, namun suara erangan itu muncul lagi. Bahkan lebih keras.
Tak mau berpikir panjang lagi, Thalia berlari memasuki kamar Athan dengan perasaan yang cemas luar biasa. Hal pertama yang ia liat dari kamar lelaki itu adalah gelap. Hanya ada lampu tidur yang menyala di dekat kasur lelaki itu. Gadis itu berjalan cepat menuju kasur Athan. Ia nampak terkejut ketika lelaki itu terlihat gelisah dan nampak kesakitan dengan buliran-buliran keringat yang membasahi seluruh tubuhnya, namun matanya setia menutup. Dengan lembut ia menggoyang-goyangkan tubuh Athan pelan sembari memanggil nama Athan berulang-ulang. "Athan! Wake up!"
Lelaki itu masih terpejam tetapi terus bergerak gelisah.
"Athan! Athan! Bangun!" Thalia menggoyangkan tubuh Athan lebih keras hingga lelaki itu terbangun dengan nafas yang memburu dan tiba-tiba saja Athan memeluk tubuh mungil Thalia di dalam dekapannya. Dengan hal itu, Thalia dapat merasakan basahnya baju Athan karena keringat.
"Please, don't go. I need you... Lisa," ucap Athan lirih tepat di telinga Thalia. Gadis itu tercekat ketika sebuah nama yang asing terdengar di indra pendengarannya. Tiba-tiba saja hatinya mendadak ngilu dan sakit. Degup jantungnya juga menggila. Siapa Lisa? Mengapa Athan mengigau nama itu terus menerus?
Namun, Thalia sadar. Ia harus mengesampingkan perasaannya karena saat ini bukanlah saatnya untuk memikirkan hal itu. Yang terpenting sekarang adalah kondisi Athan yang jauh berbeda seperti biasanya. Lelaki ituu terlihat rapuh dan tak berdaya.
"Tenang Than, tenang. Nih minum dulu." Thalia menyodorkan segelas air putih yang ada di nakas yang langsung diteguk habis oleh lelaki itu. Thalia tersenyum senang ketika Athan mulai tenang.
"Sekarang lo tidur lagi, okay?" Thalia mendorong tubuh Athan dengan hati-hati menuju kasurnya kemudian menyelimutinya dengan penuh kasih sayang.
Setelah hatinya lega lantaran Athan sudah terlihat baik-baik saja, Thalia bangkit dari duduknya lalu pergi karena matanya sudah memberat. Dilihatnya jam di ponsel untuk kesekian kalinya. Pukul setengah empat. Baik, Thalia tak pernah tidur selarut ralat sepagi itu.
Ketika Thalia berjalan menjauhi ranjang, sebuah tangan mencekal lengannya. "Jangan pergi," ucap Athan dengan suara yang serak. Sontak saja Thalia terkejut bukan main dengan ucapan Athan barusan. Ia tidak sedang bermimpi kan? Athan meminta dirinya untuk tidak pergi meninggalkannya? Benarkah itu?
Senyum Thalia mengembang di luar batas. Bahkan rasanya raganya berada di angkasa, menari-nari dengan begitu indahnya.
"Jangan pergi, Lisa."
Deg!
Senyum lebarnya memudar seketika ketika bukan namanya yang Athan sebut. Lagi-lagi Athan menyebut nama Lisa, Lisa, dan Lisa. Hatinya kembali ngilu. Rasanya baru sebentar sekali Thalia merasakan apa itu bahagia. Baru beberapa detik yang lalu Thalia merasa di awan-awan. Namun pada detik ini juga Thalia jatuh sejatuh-jatuhnya dan baru sadar jika awan tak terlalu kuat untuk menapung tubuhnya. Thalia tertawa miris. Seharusnya ia tau jika Athan tak kan mungkin mengatakan hal semacam ini. Lantas mengapa ia masih terus berharap?

KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [REVISI]
Teen FictionThalia Novenda, gadis bodoh dan ceroboh. Sering kali bermimpi bertemu dengan pangeran. Lalu tiba-tiba ia kedatangan tetangga baru yang mirip sekali dengan pangeran yang ada di dalam mimpinya! Berbagai cara ia lakukan untuk menaklukkan Athanabil Adve...