Aku tidak salah. Begitupula kamu. Karena yang salah adalah paham.
Irreplaceable
***
"Athan! Tunggu! Thalia masih nali sepatu nih! Jangan ditinggal." Thalia berteriak ketika Athan sudah mendahuluinya keluar dari rumah tanpa meliriknya sama sekali.
Setelah kejadian kemarin, Athan dan Thalia sepertinya memang sudah baikan. Namun, hal itu tak mengubah sikap Athan kepada Thalia. Lelaki itu tetap bersikap cuek dan acuh tak acuh membuat Thalia geram sendiri di buatnya. Memang lelaki itu tak ada manis-manisnya sama sekali!
Athan sudah naik pada sepeda berwarna hitamnya. Melihat hal itu membuat Thalia panik sendiri. Ia segera berlari cepat menuju Athan hingga menghiraukan tali sepatunya yang masih dalam keadaan belum terikat. Tanpa ia sadari, kakinya menginjak tali sepatu tersebut hingga ia tersandung dan siap untuk terjatuh.
"Makanya pelan-pelan." Syukurlah, dengan sigap Athan menahan tubuh gadis itu agar tak mencium kasarnya paving depan rumahnya. Tak mau berlama-lama memegang tangan Thalia, Athan segera menegakkan tubuh mungil itu dan dalam detik selanjutnya lelaki itu sudah jongkok di hadapan Thalia untuk membenahi tali sepatunya yang belum terikat.
"Mau sampe kapan lo diem, Kutu?" ucapan dari Athan membuat Thalia tersadar dari speechlessnya atas kejadian yang baru saja lelaki itu lakukan. Thalia tahu itu hanya perlakuan biasa saja dan nampak tak spesial, tapi bagi Thalia, apapun yang dilakukan Athan untuknya semuanya terasa sangat begitu istimewa.
Thalia segera naik di bagian belakang sepeda Athan yang entah sejak kapan sudah lelaki itu modifikasi sehingga mempunyai tempat duduk. Thalia diam-diam tersenyum hangat lalu memegang bahu Athan.
"Yok! Jalaaaaan!" pekik Thalia dengan semangat yang membara.
Entah mengapa hari ini Athan menjalankan sepedanya dengan pelan-pelan karena ia ingin terus berlama-lama dalam posisi seperti ini. Jika ia dapat memilih, lelaki itu lebih memilih berkeliling dunia bersama Thalia dengan sepedanya daripada pergi ke sekolah saat ini juga. Ocehan demi ocehan yang ia rindukan selama ini telah hadir sebagai asupan paginya. Athan yang biasanya risih dan memprotes setiap cerita tak penting yang Thalia ceritakan kini memilih untuk diam mendengarkan dan sesekali menimpali jika Thalia meminta pendapatnya.
Tetapi itu tak berlangsung lama lantaran Athan merasa risih ketika tangan Thalia nangkring di kedua bahunya. Hey, itu membuatnya menanggung beban yang berat. Senyum smirk muncul di sudut bibir Athan. Lelaki itu segera melajukan sepedanya kencang hingga hampir membuat Thalia terhuyung ke belakang. Thalia yang masih asik bercerita itu memekik dan langsung memeluk Athan dengan erat.
"Athan! Bilang kek kalo mau ngebut!" protes Thalia tak terima yang sama sekali tak ditanggapi Athan. Lelaki itu tersenyum puas. Rencananya berhasil ketika tangan Thalia yang tadinya nangkring di bahunya beralih memegang perutnya dengan erat. Ah, bahagia memang sesederhana itu.
"Athan, Thalia mau ke kantor dulu," kata gadis itu setelah mereka tiba di sekolah di jam yang sangat mepet. Untung saja gerbang sekolah belum ditutup.
"Kenapa?"
"Ngumpulin tugas. Kemarin waktu ngerjain tugas Thalia ketiduran hehe." Thalia berujar sembari nyengir sedangkan Athan mengangkat satu alisnya. Sekarang ia ingat beberapa fakta yang pernah Farell ucapkan tentang Thalia kepada dirinya bahwa gadis itu sangat mudah sekali tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [REVISI]
Fiksi RemajaThalia Novenda, gadis bodoh dan ceroboh. Sering kali bermimpi bertemu dengan pangeran. Lalu tiba-tiba ia kedatangan tetangga baru yang mirip sekali dengan pangeran yang ada di dalam mimpinya! Berbagai cara ia lakukan untuk menaklukkan Athanabil Adve...