√53

30.9K 1.7K 195
                                    

JANGAN LUPA IKUT PO KEYLANDARA DI @penerbitbintangmedia @afganbooks @lagunabookstore yaaaaa! Dijamin nyesel kalo nggak beli!!

Dan jangan lupa follow ig ku @aameliars @duniamelia

HAPPY READING❤

"Than, lo makan dulu gih. Biar gue sama Reza yang gantian nemenin Thalia," Farell menepuk bahu Athan untuk membangunkan lelaki itu dari tidurnya. Setelah kejadian itu, keadaan Thalia berangsur membaik hingga akhirnya boleh dijenguk dan Athan adalah orang yang selalu berada di samping Thalia setiap harinya.

Athan bangun, mengucek matanya yang pedih. Aku sudah bangun Tha, kapan giliranmu untuk bangun? Batin Athan pilu.

"Than? Makan sana. Biar tubuh lo tetep fit," ulang Reza.

"Nggak! Gue mau nemenin Thalia disini," jawab Athan sembari menatap tangan Thalia yang selalu ia pegang itu.

"Tapi Than--"

"Kalo gue nggak mau ya nggak mau!" bentak Athan dengan keras, membuat kedua sahabatnya terkejut atas perilaku Athan yang penuh emosi.

Melihat kesalahan yang ia perbuat, Athan segera melunak. Ia memandang lantai rumah sakit dengan sedih. "Gue nggak bermaksud bentak kalian, sob. Cuma... Gue trauma. Kalian liat sendiri kan kemarin. Belum aja gue ninggal Thalia satu detik, dia sudah mau pergi sob. Gue takut. Gue takut Thalia kenapa-kenapa saat gue nggak ada di sisinya. Gue mau jadi orang pertama yang memanggil dokter saat dia terjadi apa-apa dan gue mau jadi orang pertama yang dia liat saat matanya membuka nanti. Gue mau selalu disisinya agar Thalia tau dia nggak akan pernah sendirian menghadapi semua ini."

Farell dan Reza terhanyut dalam duka lara yang dialami sahabatnya itu hingga tak terasa matanya berkaca-kaca. Ya Tuhan, betapa besar pengorbanan lelaki ini terhadap perempuan yang tengah terbaring di sana.

Farell menepuk bahu Athan dengan rasa iba. "Gue bawain makanan lo kesini ya bro? Setidaknya cacing di perut lo nggak meraung minta makanan."

Athan mengangguk. "Thanks!"

Reza dan Farell pergi meninggalkan Athan yang kembali sendirian di ruangan itu. Hanya bunyi detak jantung Thalia yang terpantau di mesin yang menjadi temannya. Ratna dan Aldhi sedang mengurus segala keperluan di rumah sakit, sedangkan Alisa dan Debby mencari udara segar sekaligus menenangkan diri mereka masing-masing.

Athan masih senantiasa memandangi jari jemari lentik Thalia yang terasa hangat lalu menciuminya dengan lembut. "Tha, kapan kamu mau sadar? Aku kesepian..."

Tanpa disangka sebuah keajaiban terjadi. Jari milik Thalia merespon, walaupun hanya dengan gerakan kecil. Hal itu membuat Athan terkejut lalu segera berlari untuk menemui sang dokter.

"Are u serious sir?"

"Sure! Please check it doctor!"

Dokter memeriksa segala kondisi tubuh Thalia pascakritis. Mulai dari detak jantung, mata, dan berbagai bagian tubuh lainnya.

Pria itu tersenyum. Menjelaskan bahwa Thalia sudah melewati masa kritisnya dan akan sadar dalam jangka waktu yang dekat.

Kabar gembira itu membuat hati Athan lega. Ia bahagia, memandang wajah Thalia yang masih tertidur pulas di ranjang dengan senyuman yang tulus dan manis. "Good job! Good job my girl!"

***

Matahari berganti bulan. Kebisingan berganti kesunyian. Malam telah tiba, tetapi kini tak ada bedanya bagi Thalia. Mau pagi, siang, maupun malam, perempuan itu tetap saja belum sadar. Seolah alam bawah sadarnya lebih menarik dari dunia nyata.

Irreplaceable [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang