Kamu berubah. Menjadi lebih baik. Tetapi mengapa aku menjadi takut jika ini tak berlangsung lama?
Thalia Novenda
***
Thalia mengucek matanya beberapa kali untuk memperjelas indra pengelihatannya. Setelah sudah lebih jelas, matanya beralih menatap jam digital yang ada di nakas. Thalia buru-buru keluar dari pulau kapuknya yang nyaman ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Baik, kurang tiga puluh menit lagi dan gerbang sekolah akan ditutup. Ia masih mempunyai waktu sepuluh menit untuk mandi bebek, sepuluh menit untuk berganti pakaian, dan WHAT! Lima belas menit untuk berangkat sekolah! Itu sudah melampaui batas aman! Gadis itu segera berlari dari lantai dua menuju lantai dasar. Jantungnya terus bergemuruh hebat. Ruang makan sudah kosong. Fix! Pasti keluarga ini sudah memulai aktivitasnya masing-masing.
Thalia segera berlari menuju pintu dengan tergesa-gesa. Pasti jika begini Athan sudah berangkat. Lantas ia harus berangkat naik apa? Angkot? Bus? Hey, bukankah Thalia sudah bilang bahwa dia trauma menaiki kendaraan umum?
Damn it! What the Hell! Apa ia harus membolos saja hari ini?
"Singkirakan pikiran bodoh lo itu!" Tiba-tiba saja ada yang merangkul pundak Thalia lalu menggiring gadis itu untuk keluar dari rumah dan menaiki motor sport hitam milik lelaki itu.
Lelaki itu adalah Athan.
Thalia mengucek kembali matanya ketika Athan benar-benar di hadapannya. Tangannya mengulurkan helm berwarna pink kepada Thalia. Ha? Sejak kapan Athan mempunyai helm berwarna pink? Dan untuk apa coba dia memilikinya?
"Lo mau kita tambah telat? Cepet pake!" Athan mendorong helm itu di depan dada Thalia. Thalia yang masih melongo segera mengambil helm itu dan memakainya dengan tergesa.
"Pegangan, gue mau ngebut!"
Lagi-lagi Thalia hanya diam dan patuh. Tangannya dengan gemetar memeluk perut Athan yang sudah berlapis dengan jaket kulit berwarna cokelat. Lelaki itu segera menarik tangan Thalia agar menyentuh perutnya itu. Lalu dalam sepersekian detik, motor itu sudah membelah Kota Bandung yang sudah nampak padat merayap.
Thalia tersenyum di balik helm pink lucu itu. Pipinya ia sandarkan di punggung Athan yang gagah. Tangannya yang melingkar di perut Athan ia peluk dengan erat. Merasakan sedekat ini dengan Athan, seperti sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Bahkan sedari tadi jantungnya bergemuruh hebat. Jika dipikir-pikir kembali, ini adalah pertama kalinya Thalia menaiki motor sport milik Athan. Dulu, ketika Thalia meminta, Athan pasti menolak. Lelaki itu lebih memilih menaiki mobil maupun sepeda jika bersama Thalia.
Thalia dulu pernah bertanya pada Anggi. Katanya, motor itu memang sangat spesial bagi Athan, mengingat motor itu ia beli hasil dari menabungnya selama bertahun-tahun dan tentu saja tak sembarang orang diperbolehkannya duduk sebagai penumpang di motor itu.
"Harus jadi orang spesial Tha, buat duduk di motor Athan," kata Anggi waktu itu. Pikiran Thalia langsung menerawang jauh ke angkasa. Apakah kini dia sudah menjadi orang yang istimewa di hati seorang Athanabil Adventiano?
"Than, kita mau ke mana? Bukannya kalo mau ke sekolah kita belok kanan ya?"
Athan nampak menoleh ke spion motor. "Liat aja nanti."
Jadi, mereka akan membolos bersama begitu? Athan dan Thalia? Oh my god! Demi apapun ia yakin pasti pipinya sudah bersemu merah sekarang! Ternyata, motor sport hitam Athan sudah terparkir pada sebuah rumah sakit yang Thalia kenal betul. Rumah sakit yang beberapa waktu lalu ia kunjungi bersama Dave.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [REVISI]
Teen FictionThalia Novenda, gadis bodoh dan ceroboh. Sering kali bermimpi bertemu dengan pangeran. Lalu tiba-tiba ia kedatangan tetangga baru yang mirip sekali dengan pangeran yang ada di dalam mimpinya! Berbagai cara ia lakukan untuk menaklukkan Athanabil Adve...
![Irreplaceable [REVISI]](https://img.wattpad.com/cover/142192580-64-k213563.jpg)