PLAY THE PLAYLIST
Athan bergerak gelisah tak menentu, tetapi matanya masih setia terpejam. Keringat bercucuran di pelipisnya, hingga kaos oblong hitam yang ia pakai basah dibanjiri keringat. Suara erangan itu muncul, lagi lagi dan lagi.
"Hosh hosh hosh!" Athan akhirnya bangun dari mimpi buruk itu dengan nada ngos-ngosan, seperti habis lari berkilo-kilo meternya. Athan mengusap keringat yang membasahi kepalanya dengan gusar.
Matanya melirik ke arah jam yang terpasang di dinding. Jam setengah dua. Selalu jam setengah dua.
Athan menghembuskan nafasnya, beranjak turun dari ranjang untuk pergi ke dapur karena tiba-tiba saja ia merasa haus. Suara deburan ombak Pantai Cemara Sewu menjadi teman malamnya mulai detik ini. Angin yang menyapu wajahnya membuatnya dirinya sungguh tenang.
Matanya menyipit untuk memastikan sesuatu jika di jembatan yang sangat cantik itu terdapat seorang gadis yang tengah duduk disana sendirian.
Memang, selain memiliki keindahan berupa pohon cemara sesuai namanya yang tumbuh di sepanjang pantai, terdapat pula jembatan yang berdiri kokoh diantara padang rumput yang indah. Bahkan air laut disana masih biru dan jernih. Masih tak banyak pengunjung yang mendatangi pantai ini. Oleh sebab itulah pantai ini masih asri dan karena itu juga Eyang Thalia membangun sebuah penginapan disini untuk mengisi hari tuanya.
Athan mendatangi gadis itu. Ia yakin betul jika disana adalah Thalia. Bermodal keyakinan itulah, ia melangkah dengan begitu mantap kesana.
Athan duduk di samping gadis itu. Sebelumnya, ia sudah menyelimuti punggung Thalia dengan selimut yang ia bawa. Gadis itu menoleh, terkejut. Rambutnya bertebangan menutupi sebagian wajahnya.
"Mimpi buruk?" tanya Thalia setelah melihat langit sekilas.
Athan menampilakan raut terkejutnya. "Bagaimana kamu tahu?"
Thalia tersenyum, merapikan anak rambut yang menutupi wajahnya. "Lihat, sekarang jam setengah dua. Dan saatnya bagi pangeran menerima kutukannya."
Lelaki itu tersenyum. "Saya masih jadi pangeranmu?"
"Dulu."
Athan mendesah kecewa. Namun beberapa saat kemudian ia tersenyum. "Mau saya ceritakan mengapa pangeran menerima kutukannya?"
Thalia menoleh, diam untuk berpikir. "Boleh. Tapi ada syaratnya."
"Apa?"
"Jangan panggil saya-kamu. Kesannya kayak bos ke bawahannya."
"Kamu kan bos saya."
"Yaudah."
"Okay. Aku-kamu?"
"Begitu lebih baik."
Thalia tersenyum. Memandang kakinya yang mengayun seirama dengan perpaduan alunan ombak dan angin yang berdesir.
"Bisa dimulai?"
Thalia mengangguk. Ia berdegup dengan kencang. Inilah saat-saat yang ia tunggu. Mendengar cerita langsung dari Athan mengenai masalahnya hingga ia harus dihantui mimpi buruk hingga sekarang. Dan saat yang ia tunggu benar-benar sudah tiba. Ya Tuhan, ia tak bisa mengukur bagaimana bahagianya ia sekarang.
"Dulu, aku punya seseorang yang aku sukai. Lisa."
Tenang Thalia. Tenang.
Athan menatap Thalia lama. "Dulu Tha, Dulu." ucapnya sambil terkekeh.
"Lanjutkan."
"Tanpa disangka temanku, Dirga juga suka padanya. Tanpa sepengetahuanku juga mereka saling berhubungan di belakangku. Mereka mengkhianatiku." Athan diam, menatap pasir putih yang sudah kehilangan jejak kaki pemiliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [REVISI]
Teen FictionThalia Novenda, gadis bodoh dan ceroboh. Sering kali bermimpi bertemu dengan pangeran. Lalu tiba-tiba ia kedatangan tetangga baru yang mirip sekali dengan pangeran yang ada di dalam mimpinya! Berbagai cara ia lakukan untuk menaklukkan Athanabil Adve...