√33

33.8K 2.1K 144
                                        

Percayalah ini bukan akhir dari segalanya. Bahkan ini adalah awal dari kisah hidupmu, walaupun bukan bersamaku.

Thalia Novenda

***

Thalia harus pulang dengan harapan yang pupus. Athan tak di sampingnya, lelaki itu tak menemaninya pulang ke rumah setelah hampir satu hari Thalia menunggu dan menunggu. Menunggu seseorang yang sedang merasa tak ditunggu sama sekali.

Air mata Thalia sudah mengering, membekas di kedua pipi. Hatinya remuk, hancur, dan tak dapat didefinisikan lagi bagaimana bentuknya.

Hanya sekedar menghubungi pun sepertinya tak pernah terlintas di benak Athan, apalagi berusaha mencari ke mana Thalia pergi. Realitanya Athan sudah lupa bahwa Thalia dulunya adalah prioritasnya. Ah, Jika dipikir-pikir, jika Lisa sudah datang kembali, untuk apa Thalia ada? Bukankah Thalia lebih baik menghilang saja dari muka bumi ini? Bukankah tugas Thalia sudah selesai untuk membuat Athan semangat menjalani hidupnya lagi? Bukankah begitu seharusnya?

Thalia sudah sampai di depan kediaman rumah Darwis. Setelah mengucapkan terima kasih kepada Dave yang sudah mau menemani serta mengantarkannya pulang, Thalia menghirup udara dalam-dalam sebelum memasuki rumah megah itu. Mempersiapkan batin dan mental yang kuat untuk bertemu dengan Athan, lelaki yang sudah berulang kali menyakiti hatinya.

Suara tawa menggema dari ruang tamu keluarga itu. Pintu rumah juga terbuka lebar. Dapat Thalia tebak, pasti ada tamu yang sedang berkunjung. Thalia tak bisa menampilkan rasa terkejutnya ketika tamu tersebut adalah kedua orang tuanya, Ratna dan Aldhi. Mereka berdua akhirnya pulang setelah sekian lama berada di negeri orang.

Thalia segera menghambur ke pelukan ibunya. Air mata gadis itu tak bisa dibendung lagi. Thalia menangis sesenggukan, melampiaskan segala kesedihan yang ia tahan sedari tadi. Sudah hampir dua bulan lamanya mereka tak saling temu, membuat rindu semakin menumpuk dan menyesakkan dada. Thalia benar-benar merindukan kedua orang tuanya. Tak pernah ia sangka hari ini tiba juga. Hari di mana kedua sosok yang ia sayang datang untuk menjemputnya pergi, sangat tepat pada kondisi hati Thalia yang butuh sandaran.

"Tha, Athan mana?" tanya Anggi ketika Thalia hanya pulang sendirian sedangkan anaknya belum juga menampakkan diri. Biasanya mereka berdua akan pulang bersama, tetapi anehnya malam ini tidak. Anggi jadi curiga jika sesuatu yang buruk telah terjadi pada hubungan keduanya.

Thalia menggeleng tidak tahu dan tak ingin tahu. Mungkin lelaki itu sedang bersenang-senang sekaligus bernostalgia bersama Lisa. Bukankah begitu?

Ratna segera membantu Thalia untuk membereskan segala barang-barang yang ada di kediaman Anggi. Tak enak hati karena harus meninggalkan Thalia begitu lama sehingga harus merepotkan keluarga itu.

Sebelum pergi, Thalia memeluk Anggi dengan erat. Air matanya pun menetes seolah sesak di dada itu tak kunjung hilang juga. Ia pasti akan merindukan tinggal bersama keluarga ini. Walaupun mereka masih terbilang tetangga dekat, tetapi tetap saja rasanya akan berbeda.

Anggi bilang, Thalia boleh menginap sesekali untuk menemani wanita itu bercerita sepanjang malam. Thalia hanya mengangguk, walaupun dalam hatinya ia mengatakan bahwa hal itu tak kan pernah terjadi lagi selamanya.

"Tha, kenapa wajah kamu murung? Sedih nggak tinggal serumah sama Athan lagi?" Ratna memasukkan baju-baju ke dalam lemari Thalia. Tak mendapat respon, Ratna mencolek dagu anaknya karena ternyata Thalia sedang melamunkan sesuatu. "Ngelamunin apa sih?"

Irreplaceable [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang