Tetaplah di sini. Menungguku berubah agar menjadi layak di sisimu.
Athanabil Adventiano
***
Hoo.. semakin ku kejar, semakin kau jauh
Tak pernah letih tuk dapatkanmu
Terus berlari namun ku takut terjatuh lagi
Tak ingin lagi... membuat ku perih...
Sadarkan aku... dari mimpiku...
Inilah yang Thalia lakukan selama dua jam pelajaran kosong. Gadis itu tengah di depan kelas sembari membawa sapu di tangan. Di hadapan 35 siswa IPA F ia membuat konser dadakan. Debby yang merekam jalannya konser serta Alisa yang berkeliling meminta sumbangan sukarela dari kawan-kawannya.
Thalia terus berteriak layaknya penyanyi rocker profesional. Keadaan kelas menjadi ramai. Banyak yang sorak-sorak dan ikut bergabung dengan Thalia di depan kelas. Namun, tak banyak lainnya yang mencibir dan menganggapnya aneh. Thalia juga tak peduli. Ia tetap menggalang konser dadakan dengan penuh rasa bahagia.
Oh, mungkinkah dirinya ada di depan mataku
Bila mungkin terjadi pasti itu hanya mimpi
Mungkinkah jadi milikku? Hooo
"Mungkin."
Tiba-tiba saja suara seseorang yang ada di ambang pintu menghentikan aksi bernyanyi Thalia. Gadis itu otomatis menoleh. Ia begitu terkejut melihat Athan dan Reza sudah nangkring di sana.
Thalia buru-buru turun dari meja guru yang sempat ia naiki. Tak lupa ia melepas topi abu putih yang terpasang terbalik di kepalanya dan juga dasi yang ia ikatkan di dahi. Rambutnya yang acak-acakan pun ia rapikan. Dan tentu saja sapu yang ia gunakan sebagai microphone dadakan itu ia hempaskan jauh-jauh.
Jadi ceritanya begini, hari ini adalah Selasa. Hari di mana nama Thalia dijadwalkan untuk melaksanakan piket kelas. Namun, bukan Thalia namanya jika gadis itu akan melakukan apa yang diperintahkan. Bukannya menyapu lantai, Thalia malah menggunakan sapu itu sebagai alat pendukung konser bernyanyinya. Dan jadilah sekarang, konser itu berhenti mendadak ketika orang yang ia singgung dalam lagu berjudul Semakin Ku Kejar Semakin Kau Jauh ciptaan Five Minutes sudah ada di hadapannya dengan senyum geli.
Thalia tersenyum kikuk di hadapan Athan. Astaga, sudah berapa lama lelaki itu berdiri di sana? Mengapa ia tak menyadarinya? Demi Tuhan, mau ditaruh mana wajahnya sekarang!?
"Athan, udah lama?" tanya Thalia gugup dan malu.
"Hmm, lumayan." Thalia berucap syukur ketika lelaki itu tak melihat keseluruhannya. Lalu ucapan syukur itu berubah menjadi umpatan setelah Reza menyambung. "Setelah lo naik meja guru, tepatnya."
Damn it! Itu artinya sudah hampir satu lagu Thalia nyanyikan dan aish Thalia bahkan lupa apa saja kegilaan yang ia perbuat barusan.
Thalia menutup wajahnya sembari terus mengumpat dalam hati. "Kenapa gue sial mulu sih!" gumamnya.
Athan tersenyum tipis lalu menarik tangan yang Thalia gunakan untuk menutupi wajahnya. "Buruan, gue laper," ajak lelaki itu sembari menggenggam tangan mungil Thalia sedangkan Thalia hanya diam mematung ketika Athan menariknya keluar dari kelas. Tarikannya begitu halus dan juga tak kasar seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [REVISI]
Teen FictionThalia Novenda, gadis bodoh dan ceroboh. Sering kali bermimpi bertemu dengan pangeran. Lalu tiba-tiba ia kedatangan tetangga baru yang mirip sekali dengan pangeran yang ada di dalam mimpinya! Berbagai cara ia lakukan untuk menaklukkan Athanabil Adve...