√8

36.3K 2.3K 54
                                    

Apa aku harus jadi semur jengkol biar jadi seleramu?

Thalia Novenda

***

Rasanya Thalia tak sanggup lagi menahan senyumnya ketika kejadian kemarin berputar kembali di otaknya. Walaupun marah, ternyata Athan masih mau untuk menjelaskan ulang soal-soal matematikanya. Bahkan, lelaki itu mau menuliskan sejumlah soal di bukunya yang harus dikerjakan Thalia di pertemuan mereka selanjutnya.

Thalia bersenandung menuju rumah yang ada di sebelah. Wajahnya ceria seperti biasanya. Apalagi ketika melihat Athan sedang mengelap sepeda polygon hitamnya.

"Morning Athan!" seru Thalia dengan gembira. Namun, tak dibalas apapun oleh laki-laki itu.

"Athan, nebeng lagi ya!" ujar gadis itu sembari mengeluarkan puppy eyesnya.

Athan menatap Thalia dengan tak percaya lalu beberapa detik kemudian ia kembali berkutat pada sepedanya yang sudah selesai diperbaiki itu. "Bareng bokap sana! Gue bawa sepeda."

Mendengar jawaban Athan membuat Thalia cemberut. "Nggak mau! Maunya bareng Athan!"
Athan berdiri dan melemparkan lap yang kotor itu di tepat wajah Thalia. "Ogah!"

"Ih Athan ini kan kotor!" kesal Thalia membanting lap kotor itu ke lantai.

Sontak Athan tak bisa menahan tawanya ketika wajah Thalia yang bersih tiba-tiba terdapat noda hitam yang hampir memenuhi wajahnya. Thalia bingung. Memang apa yang salah darinya hingga Athan tertawa terbahak-bahak seperti itu? Jika dipikir-pikir, ia baru sekali ini melihat Athan tertawa lepas seperti ini dan ia terlihat lebih tampan seribu kali lipat.

"Athan ada apa sih? Ada yang salah?" tanya Thalia bingung karena lelaki itu tak berhenti tertawa membuat dirinya bingung setengah mati.

Thalia segera mengambil kaca bundar yang selalu ia bawa di dalam tasnya. Setelah melihat pantulan wajahnya, Thalia memekik, membuat Athan kembali tertawa. "Athan! Ada anak genderuwo di cermin Thalia! Cepet singkirin Than! Thalia takut!" pekik Thalia heboh hingga refleks membuat kaca bundar itu melayang jatuh hingga retak.

Melihat reaksi polos Thalia semakin membuat Athan ngakak dibuatnya. Penuturan yang keluar dari mulut gadis itu tanpa dibuat-buat dan terdengar sangat polos seperti anak kecil yang takut bertemu hantu. Hey, bagaimana bisa Thalia takut pada bayangan dirinya sendiri?

Dalam beberapa saat, Athan berusaha menetralkan kembali ekspresinya itu, menjadi Athan yang cuek dan dingin. Kakinya berjalan beberapa langkah mendekati Thalia lalu tangannya terulur meraih wajah gadis itu yang memejamkan matanya, entah sedari kapan. Diambilnya tisu basah di dalam mobil, lalu membersihkan wajah itu perlahan.

Thalia yang takut dengan pantulan wajahnya sendiri spontan menutup matanya. Memang sedari kecil gadis itu sudah parno tentang apapun berbau makhluk halus alias hantu. Pernah dulu ia ditakuti Debby dengan dikirim gambar hantu hingga dirinya tak berani tidur dan juga ke kamar mandi sendirian selama berhari-hari.

Di dalam rasa takutnya, Thalia merasa wajahnya diangkat oleh seseorang. Bau mint juga menguar di indra penciuamannya, membuat Thalia bingung. Memang di hadapannya ada apa hingga wanginya begitu menenangkan pikirannya? Apakah ada hantu di sana? Tetapi jika itu hantu, mengapa bau mint yang menguar, bukan bau kemenyan?

Thalia yang penasaran segera membuka matanya perlahan. Ia begitu terkejut ketika jarak antara dirinya dan Athan begitu dekat, mungkin hanya satu jengkal. "Merem," titah Athan membuat Thalia sebal, tetapi ia tetap melakukan apa yang lelaki itu katakan dengan senyum yang terbit di bibirnya, tentunya.

Irreplaceable [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang