"Tha? Udah siap?"
Thalia mengangguk sembari memakai tas punggungnya dengan tersenyum. "Ayo!"
"Eyang, Thalia sama Athan jalan-jalan dulu ya. Nanti nginep di rumah Paman Eko."
Eyang mengusap rambut Thalia dengan lembut. "Lah dalah. Kesana naik opo to nduk?"
"Sudah saya pinjamkan mobil kantornya Papa, Eyang, Eyang nggak perlu khawatir. Saya akan menjaga Thalia sebaik mungkin," jawab Athan dengan mantap. Guratan khawatir di dahi Eyang pun sirna, berganti dengan senyum simpul yang tetap menawan tak lekang dimakan usia. "Yowes yowes, pesen Eyang cuma satu. Jaga diri kalian masing-masing. Kalo ada apa-apa telpon Eyang."
Thalia bergerak hormat dengan sigap. "Siap Eyang!"
Setelah berpamitan dengan eyang, Athan dan Thalia masuk ke sebuah mobil jeep yang diberikan oleh Darwis dari kantornya selama kedua remaja itu menikmati indahnya kota istimewa Jogjakarta. Tentu saja hasil permintaan Athan karena sudah mendapatkan nilai sempurna di ujian semester yang lalu.
Sebenarnya ini adalah impian Athan sejak dulu. Sejak sebelum mereka memutuskan untuk memilih jalan pertemanan. Namun keinginan Athan untuk berkeliling dunia bersama Thalia harus kandas, berganti dengan hanya berkeliling Jogja berdua. Walaupun tak sesuai ekpestasinya dulu, tetapi Athan cukup puas. Apalagi Thalia juga terlihat antusias menjalani impian ini. Lelaki itu merasa jika Thalia juga menikmatinya, walau sebenarnya menginginkan lebih disaat bersamaan. Seperti, meminta lebih perihal status yang sekarang mereka jalani. Tapi ia tahu, keputusan yang telah disepakati tak mungkin diubah begitu saja. Athan maupun Thalia hanya takut jika salah satu diantara mereka akan marah hingga menjauh. Mereka tak menginginkan hal itu terjadi, sampai kapanpun. Biarlah status persahabatan ini yang berlayar mengarungi samudra, asal mereka berdua tetap bersama selamanya.
"Tujuan pertama kita mau kemana Than?"
Athan terkekeh. "Akhirnya kata 'kita' hadir setelah lama absen."
"Athan, serius!"
"Aku serius Tha. Sejak kapan sih aku main-main sama kamu?"
Boom! Thalia langsung speechless seketika. Duh, di samping Athan yang banyak bicara ini sungguh membuatnya mati kutu saja! Tak bisakah lelaki itu berbicara seadanya saja seperti dulu? Tuh kan, jantung Thalia jadi tak sehat dibuatnya.
"Tha, ada tempat yang pengen kamu kunjungi?"
Thalia mengangguk. "Ada. Tapi nanti aja. Waktu sore. Kalo lo?"
Athan nampak berpikir, sebentar. Lalu ia mulai mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, melewati jalan-jalan setapak khas perdesaan. Tak sampai sepuluh menit, mobil itu sudah berhenti di sebuah tempat rekreasi yang saat itu masih terlihat lenggang karena memang masih pagi.
"Gumuk Pasir?" tanya Thalia heran ketika mereka sudah turun dari mobil.
Athan mengangguk. "Ayo!"
Mereka berdua mulai masuk ke area wisata setelah membayar tiket. Ketika Thalia hendak mengeluarkan uang, Athan segera menampiknya dengan halus. "Than, biar gue aja yang bayar."
Athan memegang kedua bahu Thalia, menatap perempuan itu dengan intens sembari menggeleng. Thalia mati kutu melihat wajah Athan yang sedekat itu dengannya. "Biar aku aja. Aku yang akan bertanggung jawab atas segalanya selama tuan putri disini. Lagipula, aku kan sudah janji sama Eyang. Boleh ya Tha?"
Thalia masih diam membisu, ia seolah sedang terhipnotis atas ketampanan Athan yang tiada taranya. Apalagi jarak mereka yang masih berdekatan membuat Thalia tak bisa berkutik. Bahkan untuk dibuat mengangguk maupun menggeleng pun rasanya sungguh berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [REVISI]
Подростковая литератураThalia Novenda, gadis bodoh dan ceroboh. Sering kali bermimpi bertemu dengan pangeran. Lalu tiba-tiba ia kedatangan tetangga baru yang mirip sekali dengan pangeran yang ada di dalam mimpinya! Berbagai cara ia lakukan untuk menaklukkan Athanabil Adve...
![Irreplaceable [REVISI]](https://img.wattpad.com/cover/142192580-64-k213563.jpg)