Aku ingin mendekat, tapi aku tak bisa. Aku ingin menjauh, tapi aku tersiksa. Ketika ditanya, apa mau hati?
Athanabil Adventiano
***
Athan dan Thalia kini sudah ada di gazebo belakang rumah, Athan asik dengan rubiknya sedangkan Thalia menatap tak berminat dengan lembaran soal yang baru saja lelaki itu berikan.
Athan benar-benar menepati janji yang diberikan oleh Ratna untuk selalu membimbing Thalia dalam pelajaran sekolah. Hal itu ia lakukan karena ia tahu Thalia adalah tipikal orang pelupa sedangkan dia menyentuh buku saja rasanya seperti menyentuh air kobokan. Jijik. Jadi perlu ada bimbingan rutin agar nilai Thalia tetap stabil. Dan itu ia lakukan sekarang.
Thalia melirik Athan yang kini berkutat pada buku biologinya setelah beberapa saat mengotak-atik rubik kesayangannya itu dengan diam-diam, dibalik buku paket matematikanya. Athan nampak fokus membaca kalimat demi kalimat yang Thalia tak ingin tau. Bahkan ia lebih memilih menghafal lirik lagu korea daripada menghafal nama spesies yang ada di buku tersebut. Malas, tentu saja itu alasannya. Tak berminat, tambahannya. Lagipula siapa yang mau menghafal nama-nama aneh itu? Yang ada bikin pusing kepala saja.
"Fokus aja sama soal lo." Athan berucap tanpa melirik membuat Thalia salah tingkah. "Kenapa?" kini Athan melihat Thalia intens lalu beralih menatap soal gadis itu yang masih kosong mlompong.
"Lupa lagi?" tanya Athan sedikit geram. Thalia mengangguk pelan. Soal di hadapannya ini benar-benar luar biasa membuatnya pening. Athan menghembuskan nafasnya kasar. Ia kembali menjelaskan cara mengerjakan soal yang sudah tersaji sedangkan Thalia mendengarkan dengan saksama walaupun rasa kantuk sudah menggelayutinya. Suara Athan benar-benar bagaikan dongeng di telinganya sehingga Thalia sudah tak dapat menahan kantuknya!
"Paham?" Athan menatap Thalia dengan lembut.
"Kerjain lagi!"
Thalia mengetuk-ketukkan pensil mekaniknya dengan bosan. Lelaki di hadapannya ini sudah kembali berkutat dengan buku biologinya lagi hingga tak terasa matanya memejam perlahan-lahan setelah berusaha berjuang menahan kantuk. Thalia tertidur.
"Selesai?" Athan menutup bukunya serempak. Ia sedikit terkejut ketika gadis di hadapannya ini sudah tertidur pulas. Bahkan gadis itu mendengkur dengan
halus. Pasti Thalia lelah, pikirnya.
Athan meletakkan pensil mekanik yang mengapit diantara jari jemari lentik Thalia dengan pelan. Lalu dengan senyuman, Athan menggendong Thalia bak bridal style menuju kamarnya.
Lelaki itu sedikit tercengang ketika Thalia yang dulu menurutnya berat berubah menjadi ringan. Bahkan lengannya seolah tak merasakan ada beban di sana. Ini karena ototnya yang mulai kuat atau memang berat badan Thalia yang menurun? Apakah gadis ini melakukan program diet di saat proposi tubuhnya sudah termasuk dalam tubuh ideal?
Athan meletakkan tubuh Thalia dengan hati-hati. Tak terasa melihat Thalia yang begitu polos membuat bibirnya tertarik ke atas secara otomatis. Tak mau berlama-lama merasakan debaran di dadanya ini, Athan segera menyelimuti Thalia dengan lembut lalu bergegas pergi. Lelaki itu sudah duduk di depan kolam renang sembari membaca kata demi kata yang ada di soal matematika yang ia buat. Kini soal itu sudah tidak kosong lagi. Isinya pun bukan jawaban, melainkan curahan perasaan yang Thalia tulis. Ada gambar animasi Athan disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [REVISI]
Teen FictionThalia Novenda, gadis bodoh dan ceroboh. Sering kali bermimpi bertemu dengan pangeran. Lalu tiba-tiba ia kedatangan tetangga baru yang mirip sekali dengan pangeran yang ada di dalam mimpinya! Berbagai cara ia lakukan untuk menaklukkan Athanabil Adve...
![Irreplaceable [REVISI]](https://img.wattpad.com/cover/142192580-64-k213563.jpg)