I keep ignoring you. But I still care
Athanabil Adventiano
***
Anggi menyesap teh panasnya sembari membaca majalah wanita di hadapannya. Matanya yang sibuk membaca kata demi kata yang tertuang manis di dalamnya terusik ketika pintu rumah ditutup secara kasar, sehingga menimbulkan suara yang menggema.
"Bisa pelan-pelan nggak sih Than?" Anggi menatap Athan garang. Namun, anaknya itu malah berjalan dengan lesu dan duduk di sampingnya. Matanya menatap kosong ke depan. Bahkan ucapan-ucapan dari ibunya yang bertanya tentang apa yang sedang terjadi sengaja ia abaikan begitu saja.
"Athan! Kamu kenapa sih?" Anggi mulai menaruh perhatian penuh pada anaknya. Wanita itu juga sudah tak berselera lagi untuk melanjutkan aktivitas yang sangat disukainya itu. Apalagi kalau bukan membaca.
Athan bangkit dari duduknya. Tas yang ada di punggung ia tenteng dengan tangan kanan sedangkan tangan lainnya mengusap wajah dengan gusar. "I'm Okay Mom."
Sebelum langkah Athan mulai menjauh. Anggi memegang tangan Athan dengan erat. "Cepet mandi trus ganti baju. Mama mau ngomong," ucap Anggi dengan lembut yang dijawab Athan dengan anggukan lesu, setelah itu ia kembali berjalan menuju kamarnya di lantai dua.
Athan menyalakan lampu kamarnya lalu entah mengapa langkah kakinya tak menuju kamar mandi seperti perintah ibunya tadi. Dirinya malah melangkah menuju balkon kamar, menatap langit yang sangat indah dengan warna orange yang mendominasi, bagaikan sebuah cat yang tumpah di kanvas angkasa. Lelaki itu memejamkan matanya sebentar, membiarkan angin dingin menyapu wajah serta tubuhnya yang terasa amat lelah.
Namun, masih beberapa detik ia memejam, perasaan bersalah itu tiba-tiba muncul di lubuk hatinya yang paling dalam. Athan merasa tak berguna sekaligus pengecut ketika melihat Thalia yang tadi pingsan tepat di hadapannya, tetapi dirinya hanya diam mematung tanpa tau harus bertindak apa. Ia masih syok berat dengan hal itu. Rasanya kejadian itu bak Deja Vu pada kejadian beberapa tahun silam. Tentu saja Athan ingin menolong Thalia, membawanya menuju UKS dengan lengannya sendiri, namun entah mengapa tubuhnya kaku tak bisa bergerak. Hatinya juga terus berdebar dengan keringat dingin yang bercucuran di pelipis.Athan takut. Ia takut jika kejadian dahulu terulang kembali. Ia masih tak kuat. Bahkan hatinya belum sepenuhnya pulih.
Athan menatap sebuah ruangan yang ada di seberang rumahnya. Ruangan itu masih gelap, tak ada pencahayaan yang menerangi. Athan tau, setelah dibawa ke UKS, Ratna dan Aldhi segera datang dan membawa Thalia menuju rumah sakit terdekat. Entah apa yang disembunyikan dari keluarga itu tentang Thalia, Athan benar-benar ingin tahu. Hatinya kembali mencelos sakit ketika perilaku kasarnya selama ini terulang di memorinya. Bentakan, ucapan kasar, serta semua usaha Thalia untuk meluluhkan hatinya menerkam Athan perlahan. Kini Athan sadar jika perbuatannya selama ini sangatlah kejam dan tak adil untuk Thalia.
Lelaki berseragam abu-abu itu mengacak rambutnya frustasi. Ia kesal, ia marah, ia ingin melampiaskan semuanya. Tapi dengan apa? Tak mungkin ia berteriak dengan keras di sini, pasti para tetangga akan marah. Merokok? Tidak. Athan bukan tipikal perokok. Ia masih sayang dengan paru-parunya. Mabuk? Tentu saja ia masih ingat dosa. Lantas ia harus bagaimana? Athan tersiksa. Batinnya membutuhkan tempat untuk berkeluh kesah. Tapi dengan siapa setelah dia pergi darinya untuk selamanya?
Athan turun dari kamarnya menuju lantai dasar. Kedua orang tuanya sudah menunggu untuk makan malam, seperti biasanya.
"Gimana sekolah kamu Than?" Darwis memasukkan potongan kentang ke dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [REVISI]
Teen FictionThalia Novenda, gadis bodoh dan ceroboh. Sering kali bermimpi bertemu dengan pangeran. Lalu tiba-tiba ia kedatangan tetangga baru yang mirip sekali dengan pangeran yang ada di dalam mimpinya! Berbagai cara ia lakukan untuk menaklukkan Athanabil Adve...