PLAY MULMED YA!
Jangan bahagia kalo itu cuma pura-pura. Jangan senyum kalo itu terpaksa. Dan jangan tertawa kalo itu cuma buat menipu orang.
Irreplaceable
***
Thalia sudah siap dengan seragam abu-abunya yang sudah menjadi ikonnya anak SMA. Untuk kesekian kalinya, ia memandang wajahnya yang terpantul dalam cermin panjang di hadapannya ini. Cukup baik, matanya yang sembab hasil menangis semalaman tak begitu kelihatan berkat bantuan make up. Ia patut bersyukur akan hal itu.
Setelah selesai memastikan bahwa wajahnya baik-baik saja, Thalia turun ke bawah, menyapa kedua orang tuanya yang sedang sarapan bersama. Namun, ia sama sekali tak berniat untuk bergabung karena nyatanya, nafsu makannya hilang sejak beberapa hari yang lalu.
Thalia langsung saja berpamitan pada Aldhi dan Ratna untuk berangkat sekolah. Hari ini Dave sengaja ingin menjemputnya, jadi itulah alasan mengapa Thalia tak berangkat bersama ayahnya.
Ketika perempuan itu membuka pintu, Thalia menggerakkan bibirnya berulang kali agar senyum yang ia keluarkan nanti tidak aneh dan kaku. Setelah cukup bisa membuat senyum yang menipu, Thalia memegang gagang pintu dengan satu tarikan nafas.
"Thalia, lo harus senyum, seperti biasanya..." ujarnya dalam dirinya sendiri.
"Dor!" Thalia menepuk bahu Dave yang sudah menunggunya sedari tadi dengan ceria. Dave nampak terkejut mendapat tepukan yang membuyarkan lamunan lelaki itu.
Perempuan itu tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi terkejut Dave yang lucu. Lelaki itu justru mendengus dan menatap cewek itu dengan tatapan dingin. "Udah?"
"Apanya?"
"Pura-pura bahagianya."
Thalia tersentak. Ia memandang Dave dengan sendu. Tawanya yang nyaring kini berganti hening. Senyum lebar yang terpatri di wajahnya, kian memudar.
Melihat perubahan ekspresi dari Thalia membuat praduga Dave benar adanya.
Thalia tengah berpura-pura bahagia.
Bahkan Dave tak yakin jika perempuan itu menertawainya karena mungkin saja perempuan itu sedang menertawai hidupnya sendiri? Who knows...
Lelaki itu memegang bahu Thalia lembut, menyuruh Thalia menatap manik matanya yang teduh. "Tha, jangan bahagia kalo itu cuma pura-pura. Jangan senyum kalo itu terpaksa. Dan jangan tertawa kalo itu cuma buat menipu orang. Seseorang tak selamanya bahagia Tha, pasti ada rasa sedih dalam hidupnya. Lo boleh menipu semua orang dengan ketawa lo, dengan senyum lo, dengan keceriaan lo. Tapi buat gue? Nggak bisa Tha. Gue udah hafal mana yang palsu dan mana yang asli dari diri lo. Jadi, gue mohon, jadi diri lo sendiri. Kalo lo nggak mau semua orang khawatir dengan keadaan lo, setidaknya jadilah diri lo sendiri di hadapan gue. Biar gue bisa menampung segala kesedihan lo. Oke?"
Tak terasa air mata menetes di pelupuk mata Thalia. Bahu perempuan itu terguncang hebat, nyaris terisak. Dave segera memeluk Thalia dengan erat, mengusap rambutnya dengan lembut dan pelan. Bahkan lelaki itu sudah tak peduli lagi jika seragamnya akan ikut basah dengan air mata itu. Yang Dave pedulikan hanyalah Thalia, Thalia, dan Thalia.
"Apa ini keputusan yang benar Ma?" dari balik jendela, Aldhi dan Ratna mengintip interaksi antara anak semata wayangnya dengan Dave.
Ratna yang ditanyai seperti itu hanya mengangkat bahu tak tahu. "Ini semua Thalia yang minta Pa. Mama yakin, Thalia pasti sudah tau mana yang terbaik untuk dirinya sendiri dan orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [REVISI]
Teen FictionThalia Novenda, gadis bodoh dan ceroboh. Sering kali bermimpi bertemu dengan pangeran. Lalu tiba-tiba ia kedatangan tetangga baru yang mirip sekali dengan pangeran yang ada di dalam mimpinya! Berbagai cara ia lakukan untuk menaklukkan Athanabil Adve...