Satu

5K 145 5
                                    

Nika berjalan dengan santai menuju sekolahnya. Tentu dengan kebiasaannya yang menggunakan earphone ditelinganya. Nika sangat tidak menyukai kebisingan, karena itu Nika selalu menyendiri.

Rio, Raka dan Rian adalah teman baru Nika di SMA. Jujur saja selama ia masuk TK tidak ada yang mau berteman dengannya karna ia sangat dingin. Entah bagaimana ketiga orang ini betah berlama-lama berteman dengannya. Ah, dan juga perempuan yang sejak SMP mengganggu Nika. Dia bilang dia sangat ingin menjadi teman Nika, bahkan dia rela tidak ada yang mau berteman dengannya hanya untuk berteman dengan Nika.

Kini Nika berdecak malas ketika sudah melihat perempuan yang berdiri dengan wajah ceria setiap harinya. Nika sampai tidak mengerti apa yang ada di kepala wanita itu. Bahkan dalam keadaan yang biasa saja dia selalu memasang wajah ceria.

Hanya dia, Fiona. Perempuan yang terus mengganggunya sejak SMP. Sebenarnya Nika tak menganggapnya teman, tapi semenjak Fiona mengajaknya berkenalan waktu itu, Nika terpaksa memiliki teman aneh seperti Fiona. Karena Nika tau, tidak ada yang mau berteman dengan Fiona juga kala itu.

Padahal Nika sangat berharap kalau dia tidak akan bertemu lagi dengan Fiona. Tapi dengan tingkah bodohnya dia selalu mengikuti Nika. Ah, Fiona juga tetangga di rumah Nika. Maka dari itu Nika berfikir kalau ia ingin segera cepat lulus dan pindah rumah dengan penghasilannya sendiri.

"Selamat pagi handsome!" Fiona berteriak keras sampai membuat murid yang lain menoleh ke arahnya.

Nika berjalan melewati Fiona begitu saja. Fiona mengerucutkan bibirnya lalu segera mengejar Nika. "Sudah sarapan?"

Nika tidak menjawabnya.

"Sudah mengerjakan PR kimia?"

Nika masih diam.

"Masih jomblo kan?"

Nika menatap Fiona dengan tatapan tak mengerti.

Fiona menunjukan cengiran khasnya. "Ah, syukurlah." Lalu ia melewati Nika begitu saja.

Nika menatap kepergian Fiona dengan tatapan aneh. Bagaimana bisa ada makhluk seperti Fiona disini?

Hidupnya benar-benar akan disulitkan olehnya.

*

Nika menatap Fiona yang sudah mengerjakan soal matematika di depan kelas. Tadi namanya dipanggil untuk mengerjakan soal di papan tulis karna dia selalu mengajak Nika untuk mengobrol.

Jam istirahat yang seharusnya sudah Nika laksanakan 10 menit yang lalu,  menjadi terbuang sia-sia karna Fiona yang harus dihukum lebih dulu. Kalau soal yang Fiona kerjakan belum benar, anak kelasannya tidak boleh melaksanakan istirahat.

Fiona mengerjakannya dengan wajah ceria. Nika tak habis fikir dengannya. Disaat murid yang lain sedang was-was takut untuk maju kedepan, tapi Fiona dengan gembiranya maju kedepan.

"Ya, jawaban benar. Kalian boleh istirahat," ucap Bu Riska. Murid-murid menghembuskan nafas lega lalu segera berlarian keluar kelas.

Fiona kembali ke tempat duduknya yang posisinya di depan Nika. Nika merapihkan buku-bukunya lalu mengeluarkan novel yang sedang ia baca akhir-akhir ini. Tak lupa dengan earphone-nya, ia segera menyetel musik kesukaannya lalu memulai  aksi majinasinya.

Fiona mengubah kursinya menghadap kearah Nika. Ia menopang dagunya lalu menatap wajah Nika tiap incinya. Diam-diam dia mengagumi sosok Nika.

Fiona senang sekali melihat Nika yang sibuk membaca novel. Disaat Fiona yang tengah melihat kearahnya dan Nika benar-benar tak peduli dengan hal itu, justru membuat Fiona semakin jatuh hati pada Nika.

Nika berbeda.

"Tau gak sih gue suka sama lo?" Fiona membuka suaranya. Entah ini yang keberapa kalinya Fiona mengatakan hal ini di depan Nika yang sedang mendengarkan musik.

Fiona tau Nika tak akan mendengarnya, maka dari itu Fiona memiliki nyali yang besar untuk berbicara seperti itu.

Sebenarnya, Nika selalu mendengarkan lagu dengan volume yang sedang. Nika sebenarnya tau kalau Fiona sering mengatakan hal ini di depannya. Tapi Nika hanya pura-pura tidak mendengarnya.

"Lo tuh dingin gitu. Gue heran disaat orang lain mencoba buat deketin lo, lo selalu bersikap kasar. Lo pasti bilang, kau jelek dan aku sama sekali tidak tertarik denganmu, lalu wanita yang mencoba menyatakan perasaan untukmu berlari menangis seperti orang gila." Fiona tertawa sendiri.

Nika diam-diam mendengarkannya. Walaupun matanya fokus pada novelnya.

"Tapi kau mengijinkan aku untuk berteman denganmu. Aku merasa diriku sangat beruntung untuk hal ini," ucap Fiona.

"Ah, aku juga sedang belajar Bahasa Korea sedikit-sedikit melalui drama Korea." Fiona sedikit membanggakan dirinya.

"Aku bingung harus bicara apa sekarang, aku kehabisan kata-kata. Eotteoke!"

Fiona tertawa sendiri lalu ia kembali melihat kearah Nika. Ia benar-benar akan menghabiskan waktu istirahatnya dengan menatap wajah Nika. Bahkan Fiona sampai tidak sadar kalau waktu sudah berlalu.

Fiona tersenyum lebar. "Kau sangat tampan sampai membuatku malas untuk makan."

Lalu bell masuk berbunyi. Nika mengangkat kepalanya dan melepas earphone-nya.

Fiona membulatkan matanya. "Bagaimana kau bisa mendengar bell berbunyi?"

Nika hanya diam menatap Fiona.

"Jawab singkat juga gak apa-apa." Lanjutnya. Fiona khawatir Nika mendengar segala perkataannya. Masalahnya bell sekolah akan terdengar dengan suara yang sangat kecil jika sedang dalam menggunakan earphone, karena kelas Fiona berada di ujung koridor yang jauh dari speaker lapangan.

"Aku mendengar lagu dengan volume kecil. Dan aku juga mendengar celotehanmu," ucap Nika membuat wajah Fiona langsung bersemu merah.

"K-kau serius?" Nika bangkit dari duduknya. "Kau mau kemana?"

"Bukan urusanmu."

Fiona menatap kepergian Nika. Ia menutup wajahnya.

"Kau benar-benar gila, Fiona!"

*

Nika dan Fiona menaiki bis sekolah yang arahnya menuju rumah mereka berdua.

Fiona terdiam duduk di samping Nika. Ia benar-benar malu kalau Nika sampai mendengar apa yang ia ucapkan tadi.

Aish, kau benar-benar bodoh Fiona.

Bis berhenti tepat di depan komplek mawar. Nika dan Fiona segera turun. Karena letak rumahnya yang berada di dalam komplek, keduanya masih harus berjalan masuk kedalam yang lumayan jauh. Keduanya memilih diam tanpa kata.

Nika kembali menggunakan earphone-nya. Fiona yang melihat itu hanya berdecak pelan.

Dingin sekali.

Setelah sampai di rumah masing-masing, mereka masuk tanpa ucapan sampai bertemu esok hari. Fiona sudah terlanjur malu.

Mungkin besok Fiona akan mencoba kembali me-netral kan semuanya.

*
Finish Edit!

20 April 2018

Hurts To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang